"Aku kalah ma." jawabnya lirih. Aku dan Muna menatap wajah pesimis Nizar. Kemana semangat era kebangkitan yang ia gadang-gadang sebelumnya? Ah urusan apa denganku. Memikirkan kakaknya saja membuatku kalut tak karuan, apalagi mengurusi dirinya.

"Kenapa bisa kalah?" tanya Tante Mira lembut menggenggam jemari Nizar.

"Gaya senamku tidak manusiawi untuk kaum lansia. Katanya bisa mengindikasi patah tulang, keseleo dan kemungkinan mempercepat tulang keropos." aku dan Muna menahan tawa. Tante Mira mengacak rambut Nizar.

"Mamakan sudah bilang mereka orang tua tidak akan mampu mengikuti gerakan aktif kamu. Lagian ada-ada aja sih ikut perlombaan begitu."

"Inikan demi menyatukan segala usia." alasan yang aneh.

"Udah semangat heboh sama rambutnya, lagian mereka bisa jadi udah pada rabun penglihatannya. Kalau dipikir-pikir percuma tampil heboh." ledek Muna. Nizar melirik kami berdua. Dia seakan malas membalas ocehan Muna.

Boleh aku jujur? Sebenarnya melihat tingkah tanpa gairah tengil khas Nizar membuat aku kehilangan dirinya.

"Aku gagal kak." dia terlihat lesu.

"Bumi tertawa karena salah satu cucu Adam kalah sebelum bersinar. Mundur sebelum maju menghadapi hari esok. Diam saat jarum jam terus berputar menelan sisa hidupku. Hampa, kosong, suram segera menemaniku. Aku hilang harapan sebelum menemukan arti kebangkitan." mulai lagi tengil-nya. Baru juga gue puji. Patah semangat aja masih berlebihan.

"Kamu ini berlebihan. Sudah sekarang mama siapkan makan malam buat kamu yah. Nak Rezky jangan pulang dulu yah! Tante siapkan dessert buatan tante. Ayo Muna bantu mama!" Muna mengangguk dan mengekori Tante Mira meninggalkan aku dan si tengil yang sedang lemah tak berdaya karena bumi gonjang-ganjing. Nah kan aku ikutan lebay.

"Zar.. Besok ikut aku mau?" dia menatapku lesuh. "Mau ngapain?"

"Kita jalan-jalan dan aku akan merombak gaya alay kamu. Lalu aku akan membantu kamu dalam urusan mencari jati diri." tawarku padaku. Aku berjalan mendekatinya, duduk di sampingnya.

"Anak seumuran kamu ini seharusnya bergaya alami, nggak seperti ini. Mau ikut parade warna-warni..?" Nizar mengangguk, antara mengerti atau mengumpulkan daya ketengilannya.

"Oke hyung aku akan mengikuti saran yang terbaik darimu." dia menatapku dengan bijak. Ah anak ini, tunggu tadi dia bilang aku apa? Hyung?

"Hyung?" tanyaku tak mengerti.

"Itu berarti kakak laki-laki di negara Korea. Teman-teman perempuanku mengajarkan aku. Seharusnya Kak Muna manggil hyung dengan sebutan oppa..." dikira gue anggota boyband Korea.

"Sudahlah Zar. Sekarang kamu bisa membantuku kan?" dia kembali berfikir.

"Hmmm bagaimana ya hyung..." Ah ingin rasanya ku jedoti kepalanya. Tengil akut nih anak.

"Demi kebaikan kakak tercinta aku akan mau membantu hyung asal Kakak Muna tersenyum." aku membalas dengan senyuman yakin. Tentu saja aku akan membuat Muna-ku tersenyum. Wanita yang aku cintai pantang menderita bila aku sudah memilikinya.

"Besok kamu aku jemput di depan sekolah yah. Jam berapa kamu pulang sekolah?"

"Jam satu."

Bonus Palsu Where stories live. Discover now