delapan

1K 73 0
                                    




                   

SENJA

"Ja,"

"Hmm?" Senja mengalihkan pandangan dari jalanan yang ditatapnya. Beralih menatap Arga. "Kenapa?"

"Ikan ikan apa yang bisa terbang?" Arga tersenyum menatap jalan di hadapannya. Sesekali melirik Senja.

"Hah?"

"Ikan yang bisa terbang, apa coba?"

Senja mengerutkan kening. "Ikan Indosiar?"

Arga menggeleng.

"Ikan terbang?"

Arga masih menggeleng.
Senja menggumam sebentar kemudian terkekeh. "Nggak tau. Apa emang?"

"Lelelawar."

Ada hening yang membingungkan selama sepersekian detik, kemudian, tawa mereka meledak.

"Jayus banget, Argaaaa." Senja masih tertawa. "Ya ampun."

"Kalo orang ngatain jayus mah, harusnya nggak ketawa."

"Eh, Iya juga ya?"

Arga tertawa.

"Lagi, lagi." Senja bersandar.

"Yee, jayus jayus, tapi nagih."

Ia terkikik. Tadinya Ia merasa pusing, mual, bahkan, karena macet yang sedang berusaha mereka urai. Pasalnya, macet di hadapan mereka ini sudah berlangsung selama 4 jam. Rumah Senja mungkin bisa dicapai berpuluh-puluh tahun lagi.

"Hm.." Arga mengetuk-ngetukkan jari. "Bola bola apa yang mirip kucing?"

"Bola...." Senja tersenyum. "Bola kucing?"

"Apa tuh bola kucing?"
"Iya, itu, bola yang mirip kucing."

"Emang ada bola kucing?"

"Nggak sih."

Arga tertawa.

"Nggak tau, ah. Nggak jelas sih pertanyaannya."
"Yeee, ngambek. Giliran nggak bisa jawab, ngambek."

"Oke, nyerah. Apa bola yang mirip kucing."

"Hm....... Yakin nyerah?"

Senja mengangguk.

"Bolaemon."

Senja menatap Arga bingung. Kemudian Ia mengatup erat bibirnya, berusaha keras menahan tawa. "Jayus banget. Sampe bingung mau ketawa atau nangis."

Mereka berdua tertawa, dan, entah, mungkin karena macet yang mencekam itu, jarak canggung yang tadinya selalu melingkupi, seperti hilang meluap di udara.

"Gue kemarin ke daycare."

"Hah?"

Senja tersenyum kecil. "Ngelamar kerja."

Ia mengangguk.

"Diterima nggak?"

"Iya. Heheh." Senja menautkan jemarinya. "Seneng deh rasanya, bisa kerja bareng anak-anak kecil, nggak kerasa, pasti, capeknya."

"Jauh tempatnya, Ja?"

"Nggak tau alamat lengkapnya sih. tapi, kalo dari sekolah, naik angkot 2 kali, terus jalan bentar, nyampe."

"Oooh."

Ketika Senja akan turun dari mobil, Arga ragu-ragu bertanya, Senja bahkan dapat melihat kilatan ragu itu di wajah Arga.

"Ja?"

"Iya?" please jangan, jangan, jangan, jang—

"Kalo lo kerja ke daycare itu, boleh nggak gue yang anterin?"

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang