Chapter 14 : Titik Terang Bag. 1

Start from the beginning
                                    

"Jangan menyentuhku!" desis Kabuto penuh penekanan, dia menepis tangan Zetsu kasar dan berdiri tegak dengan sikap menantang.

Zetsu memiringkan kepalanya ke satu sisi. "Aku hanya menyingkirkan debu dari pakaianmu," sahutnya dengan senyum malaikat, namun nada suaranya terdengar mencemooh. "Kau terlalu lama berada di dalam kubangan, Kabuto. Suatu prestasi besar mengingat kau datang tanpa membawa bau busuk dari kubangan kotor itu. Well, walau harus kukatakan jika penampilanmu sekarang tidak sekeren dulu."

Dengan gerakan cepat, Kabuto mengeluarkan pistol tangannya dari balik jas hitamnya, amarahnya semakin memuncak. Tanpa ragu dia menempelkan mulut pistolnya tepat di dahi Zetsu. "Kau ingin mati, huh?!" ancam Kabuto sungguh-sungguh, lupa jika dia akan kehilangan segalanya jika tidak hati-hati.

Zetsu tersenyum lebar, terlihat tidak takut pada senjata yang ditodongkan kepadanya. "Aku mungkin akan mati di tanganmu, tapi apa kau yakin bisa keluar dari ruangan ini dalam keadaan hidup?" Zetsu bicara dengan tenang walau seringaian mengejek itu kembali terlihat di wajahnya. "Anak buahku tidak akan tinggal diam jika aku mati di sini, dan Bos Besar- dia juga pasti membunuhmu dengan keji." Zetsu menyingkirkan mulut pistol Kabuto dengan tangannya secara perlahan. Pria itu menjulurkan kepalanya dan berbisik pelan di telinga Kabuto. "Kau akan kehilangan segalanya jika salah langkah!" ancamnya tajam.

Kening Kabuto berkedut, marah, pria berkacamata itu sangat marah. Perlahan dia menurunkan senjatanya walau tidak rela. Dengusan kasar terdengar dari mulutnya saat dia kembali menghempaskan pantatnya dengan keras ke atas kursi dan memasukkan kembali pistol tangannya ke dalam saku jas.

"Ternyata akal sehatmu bekerja dengan sangat baik," ejek Zetsu yang kini tertawa puas karena saat ini dialah yang berada di atas angin. "Sebaiknya kau mulai menjaga sikapmu, Kabuto! Aku bukan lagi Zetsu yang dulu. Karena seperti yang kau tahu, dengan posisiku sekarang, aku bisa melenyapkanmu dari organisasi kapan saja!"

Keadaan di luar ruangan itu pun sama panasnya, baik anak buah Zetsu maupun anak buah Kabuto berdiri dengan sikap siaga, melempar tatapan tidak percaya dengan aura membunuh yang kental. Mereka harus selalu siap jika hal paling buruk terjadi, begitu juga dengan Kakashi dan Yamato, keduanya tetap memasang ekspresi tenang, bersikap seolah tidak saling mengenal satu sama lain. Misi yang mereka emban membuat keduanya kini berada di dalam dua kubu yang bersebrangan. Sesuatu yang sebenarnya sama sekali tidak mereka perhitungkan sebelumnya.

.

.

.

Pagi ini suasana di Konoha High School lebih ribut daripada hari-hari biasanya. Murid-murid berlari menuju satu tempat; gedung olahraga. Bisik-bisik mulai menjalar dari mulut satu murid ke murid lainnya, hal penting apa yang menyebabkan kepala sekolah mengumpulkan murid-murid di gedung olahraga sepagi ini.

"Apa yang terjadi?" tanya Sasuke pada Gaara, tanpa mengidahkan keributan di sekitar mereka, keduanya berjalan santai menuju gudang olahraga.

"Sas, cepat! Semua murid sudah berkumpul," seru Neji yang berdiri di depan pintu masuk gedung olahraga.

Sasuke hanya menghela napas kasar, tanpa terpengaruh ucapan Neji, dia terus berjalan santai, masuk ke dalam gedung olahraga. Pemuda itu sangat terkejut saat melihat Naruto berdiri di sana bersama rekannya yang seingat Sasuke bernama Utakata, ekspresi keduanya terlihat sangat serius sementara beberapa guru, termasuk Kurama dan Itachi berdiri tenang, walau dari ekspresinya jelas mereka sedang gelisah saat ini. Apa yang terjadi? tanya Sasuke di dalam hati.

"Aku dengar ada murid yang berusaha menyelinap keluar asrama, tadi malam," kata Kiba pada Neji dan Shikamaru yang berdiri di kanan-kirinya. "Naruto dan Kurama-sensei memergoki mereka tadi malam dan melaporkannya pada kepala sekolah."

TAMAT - Under CoverWhere stories live. Discover now