Part 7

36 3 0
                                    

Ps: Eve dibaca Ivi ya hihi.

Enjoy~

.

Setelah malam itu, aku dan Galih berbaikan lagi. Dia pun sempat izin sakit di sekolah, yang aku tahu karena dia kelelahan akan sibuknya latihan band. Ya aku akui, menjalani aktivitas sekolah dan band itu sangat susah kalau tidak memiliki stamina yang bagus.

Ujian tengah semester pun sudah ku lalui dengan bantuan Frieska, Julia, dan Angel yang sangat baik mengajariku beberapa pelajaran yang tertinggal.

"Hari ini latihan?" Tanya Galih setelah melepaskan headset di telinga ku.

"Engga, kenapa?" Tanya ku balik. Saat ini aku ada di kelas, jam pulang sekolah telah berbunyi daritadi, cuma aku masih betah di sekolah dan sekalian menunggu Galih yang lagi suka sekali mengerjakan matematika, pelajaran yang rasanya ingin aku musnahkan.

"Gue pengen ngerjain lirik lagu, lo mau ikut?" Ajaknya yang langsung ku sambut dengan mata berbinar-binar.

"Mau! Mau!"

Dia hanya terkekeh dan merapihkan alat tulisnya ke dalam tas. Setelah itu rasanya raga ku terbang bersama kupu-kupu di awan. Kata-kata yang berlebihan memang. Tapi sungguh, Galih merangkulku dengan senyumannya yang aku akui memang patut untuk menjadi candu bagi penggemarnya. Aku beruntung bukan di perlakukan oleh orang terkenal seperti Galih?

"Eve! Eve! Sadar hei!" Terasa guncangan di badanku dan aku tersadar kedua tangan Galih berada di bahuku. Tatapan matanya terlihat cemas.

Aku terkekeh geli akan tingkah ku karena perlakuan Galih itu, "Maaf ya, gue melamun. Ayo!" Dia menggelengkan kepalanya yang aku tanggapi dengan kabur secepatnya ke parkiran.

.

Suasana sore hari di kafe yang biasa aku kunjungi dengan Galih cukup ramai. Aku memesan secangkir teh hangat dan Galih memesan kopi hitam. Aku bingung, kenapa ya laki-laki itu suka kopi hitam?

"Ve, lo ga mau nanyain gue sesuatu gitu?" Tanya Galih tiba-tiba. Aku menjauhkan ponsel dari hadapanku dan menatapnya.

"Hm, kayaknya ga ada deh." Jawabku. Dia mendesah dan mengeluarkan alat tulisnya dan note kecil. Galih kembali menatapku.

"Lo, engga, kamu sukanya apa?"

"Ha?" Responku bingung. Aku sadar bahwa dia mengubah panggilan 'lo' 'gue' jadi 'aku' 'kamu'.

"Lo sakit ya, tiba-tiba kayak gini?" Lanjut ku dan dia hanya menggeleng.

"Bukan begitu, aku cuma mendalami karakter. Inget ya, aku lagi mau nulis lirik lagu." Jelasnya yang tetap saja membuat aku bingung.

"Oh gitu, yaudah terusin aja." Dengan polosnya aku menyetujui. Dia tersenyum manis. Duh ya Tuhan, bilangin Galih dong jangan senyum terus!

Aku menunduk menghindari senyumannya yang membuat perasaan aneh itu datang lagi. "Kamu belum jawab pertanyaan aku." Ucapnya. Mau tak mau aku menatapnya lagi.

"Pertanyaan apa?"

"Kamu sukanya apa?"

Kamu.
Aku menggeleng-gelengkan kan kepalaku yang rasanya error. Bagaimana bisa aku memikirkan jawaban seperti itu?

"Eve?" Panggilnya yang membuat aku tersadar lagi.

"Eh, maaf, aku melamun lagi." Dia menghela nafas.

"Kamu sepertinya lagi banyak fikiran ya?"

Iya.

"Tidak terlalu kok."

Open Your HeartDonde viven las historias. Descúbrelo ahora