Part 5

62 4 0
                                    

Hari ini aku kedatangan tamu. Ia tampak rapi dengan kemejanya yang di padu dengan celana jeans, tak lupa jam tangan yang selalu ia pakai ke sekolah. Aku tatap wajahnya, tampan. Timbul banyak pertanyaan di fikiranku. Apa ia sudah punya pacar? Apa pacarnya lebih cantik daripada aku?

"Hei Eve! Kau membuatku takut." Aku hanya tertawa kecil menanggapinya.

"Jadi apa yang membawamu kesini?"

"Hanya ingin main. Sudah lama sekali aku tidak main kesini bukan?" Ia tersenyum jahil kepadaku.

"Ya, sudah lama sekali. Sampai aku ingin sekali melupakanmu!" Ia tertawa mendengar ucapanku. Jujur, aku hanya bercanda. Ia tak akan pernah terlupa dari ingatanku sekalipun.

"Kamu perempuan jahat yang aku kenal, Eve. Kau tahu, aku sama sekali tidak berniat melupakanmu."

"Oh waw, jadi sekarang kau sudah mulai suka tebar pesona di depan ku, huh?" Kami pun tertawa bersama akan sifat konyolnya.

"Bagaimana kabar bunda dan ayah?" Tanyanya setelah meneguk orange juice yang aku sediakan.

"Baik. Kamu salah waktu jika ingin bertemu mereka sekarang. Tapi, kurasa mereka sudah tidak ingat denganmu Gi." Aku tersenyum jahil kepadanya. Ya, dia Ergi, teman masa kecilku dan sekarang kami masih berteman, walaupun tidak sedekat dulu.

"Mana mungkin mereka melupakanku! Lalu, bagaimana dengan keadaanmu?" Aku teringat kejadian kemarin sore. Ia tersenyum menunggu jawabanku.

"Aku baik. Baik sekali, jadi kamu tak usah khawatir." Aku tersenyum meyakinkan. Dia hanya menghela nafas lega tanpa meminta penjelasan lanjut tentang aku dan Carlos.

---

Galih : aku on the way.

Sabtu malam telah tiba, Galih menepati janjinya untuk mengajakku ke konser. Bunda kembali memarahiku karena dari tadi aku bolak-balik memenuhi perlengkapanku. Galih meminta sebuah syarat jika aku mau ikut dia ke konser. Syaratnya aku tidak boleh bertanya sepanjang konser nanti. Dan ia juga bilang kalau dia tidak bisa menemaniku selama konser. Katanya, dia kerja di belakang panggung. Pantas, ia bisa mengajakku.

"Sudah cantik, Eve."

"Bunda, buat Eve kaget saja!" Bunda tersenyum menatapku. Di rapikannya rambutku yang lurus.

"Ayah mana, Bun?" Tanyaku yang menghentikan aktivitasnya.

"Di ruang kerjanya. Kamu minta izin dulu sama ayah gih!" Aku mengangguk dan mencium pipi bunda.

"Aku sayang bunda!!!" Aku pun berjalan menuju ruang kerja ayah. Ketika aku membuka pintu, pandanganku menjadi nyaman. Ayah sudah mulai tua, tapi ia masih terlihat semangat akan karirnya.

"Hei, sweetheart. Ada apa? Tumben sekali kamu masuk ke ruang kerja ayah, hm?" Aku mulai melangkah dan duduk di sofa seberang meja kerja ayah.

"Aku ingin nonton konser bersama Galih." Ayah bangkit dari bangkunya dan menuju ke arahku. Dia duduk di sampingku dan menatapku penuh tanya.

"Apa ia pengganti Carlos?"

"No, ayah! He just friend." Ayah menghela nafas dan aku menyandarkan kepalaku ke pundaknya. Ayah mulai mengusap rambutku.

"Ayah rasa untuk sementara ini, ia hanya teman. Tapi untuk ke depannya mungkin berbeda."

"Yah.. cukup. Aku tidak ingin menjalin hubungan special dulu. Ayah kan tahu, apa yang kemarin terjadi." Ucap ku seraya bangkit dari sofa.

"Jangan terlalu lama untuk menutup hati, itu saran ayah." Aku mengangguk. Terdengar suara langkah kaki mendekat. Ternyata bunda.

"Galih sudah di ruang tamu." Ucapnya membuat aku tersenyum. Aku menengok ke ayah dan ayah pun tersenyum.

---

Kami sekarang dalam perjalanan ke lokasi konser. Di dalam mobil hanya terdengar suara radio. Tanpa sengaja, aku memperhatikan Galih dengan teliti. Ia memang tampan, walaupun ia hanya memakai kaos lusuhnya yang bertuliskan Green Day.

"Apa aku tampan?" Tanyanya yang membuat aku mengalihkan pandangan ke arah depan. Aku yakin pasti pipiku terlihat merah saat ini.

"Ti.. tidak! Dasar pede!" Jawabku yang di sambut kekehannya. Tak lama, kami pun sampai.

"Kamu masuk lewat depan. Aku masuk lewat belakang dan ini tiketnya." Galih memberikan aku tiket. Tiket yang bertuliskan VIP Class 1st Rectovero Concert. Aku tersenyum sendiri melihatnya sampai tidak sadar kalau Galih sudah meninggalkanku. Lelaki macam apa coba?!

---

Aku bosan. Acaranya belum di mulai-mulai karena satu personil yang masih belum datang. Aku menengok ke arah kiri yang ku dapati anak perempuan sekitar umur sebelas tahunan sedang tersenyum ceria melihat panggung. Aku menengok ke arah kanan mendapati perempuan cantik yang sangat dewasa dari penampilannya, sibuk dengan smartphonenya. Aku merasa tidak punya teman sama sekali. Ku raih smartphoneku.

Evelina : bosan. Mengapa lama sekali mulainya?

Galih : ingat syaratmu.

Aku mendesah kesal mengingat syarat konyol itu. Aku melihat para personil mulai memasuki panggung dan aku sudah tidak peduli dengan Galih. Tapi pandanganku ini sangat aneh, salah satu personil mempunyai bentuk badan yang sangat familiar di ingatanku. Ia yang bermain gitar terlihat menunduk memainkan gitarnya, seketika drum sudah mulai bermain, si pemain gitar itu pun mulai menatapku.. tunggu, menatapku? Suara riuh dari sekitarku mulai terdengar saat musik mulai di mainkan. Fikirankupun menyangkal kalau yang tadi aku lihat itu salah. Aku teringat perkataan Julia yang ku tanggapi tidak serius. Tapi siapa sangka kalau kenyataannya dia pemain band papan atas?

Satu lagu Rectovero telah selesai di nyanyikan. Kini suara indah sang vokalis di gantikan dengan suara yang tidak asing bagi ku. Ya suara Galih.

"Selamat malam semua. Saya ingin menyanyikan sebuah lagu. Lagu ini tentang seorang perempuan yang akhir-akhir ini mengisi kehidupan saya. Ini untuk tamu special saya yang berada di bangku VIP..." seketika semuanya melihat ke arah bangku penonton VIP. Pandangan mereka jatuh ke arah perempuan dewasa yang ada di sebelah kanan ku. Pertanyaan bermunculan di otak ku. Apa dia pacar Galih? Tidak! Tidak mungkin! Perempuan ini terlihat dewasa sekali buat Galih! Lalu siapa yang Galih maksud?

"Maaf jika ini mengejutkan bagi kamu. Saya cuma mau berterimakasih karena kamu sudah membuat hidup saya lengkap." Lanjutnya dengan senyum tebar pesona. Lengkap? Berarti benarkan fikiran ku mengarah ini untuk pacarnya! Aku masih melirik ke arah kanan dan kiri melihat siapa yang wajahnya terlihat mencurigakan. Tapi semuanya mencurigakan karena tampang memuja kepada sang idola. Tapi perempuan dewasa yang ada di sebelah kanan ku biasa saja. Datar. Apa dia benar-benar pacar Galih? Bisa saja kan, dia berpura-pura cuek supaya terhindar dari tatapan mematikan para fans Galih. Ah aku terlalu mendramatisir.

Lagu pun berakhir dengan suara tepuk tangan meriah para penonton. Para personil masuk ke backstage. Aku pun mulai mengetik pesan.

Evelina : itu untuk pacarmu?

Aku mengutuk diriku sendiri ketika pesan itu telah terbaca oleh Galih. Bukan karena perjanjian konyol. Tapi aku merasa penasaran. Aku pun mengetik pesan lagi.

Evelina : lupakan perjanjian konyol itu. Aku terlalu penasaran -_-!

Tulisan typing pun terlihat di layar smartphone ku.

Galih : kau tak terkejut melihat siapa aku?

Bukan jawaban yang aku harapkan. Dan fikiranku pun melayang, mungkinkah itu untuk ku?

---

Dear readers,

Maafkan aku yang kelamaan update hihi. Jangan lupa vote dan comment ya❤

Zihan Fajrin.

Open Your HeartWhere stories live. Discover now