Part 4

60 5 6
                                    

Enjoy!

---

Hari ini aku kesiangan. Mungkin hal ini sangat jarang bagiku. Tapi tatapan para guru yang melihatku sekarang di ruang bk terlihat mematikan. Ku rasa aku memang sudah banyak dosa di sekolah ini.

Ku lihat Julia juga telat sepertinya. Tapi ia terlihat biasa saja, melainkan senyum-senyum sendiri melihat pak Alvin yang sedang menceramahi anak-anak yang telat.

Bosan. Satu kata yang aku rasakan saat ini. Bayangkan selama satu jam mata pelajaran kami tidak boleh masuk kelas di tambah harus mendengarkan ceramah yang sudah sering aku dengar dari guru-guru.

Ku alihkan pandanganku ke arah pintu yang terbuka. Terlihat beberapa pasang mata melihat penasaran ke arah ruang bk. Padahal masih jam pelajaran pertama. Tapi mengapa banyak siswa dan siswi berlalu lalang coba?

"Kamu mendengarkan saya atau tidak Eve?" Suara pak Alvin membuyarkan lamunanku.

"Saya dengar kok pak." Jawab ku datar. Lalu pak Alvin menggelengkan kepalanya dan memulai ceramahnya kembali. Membosankan!

---

"Kok bisa telat?" Tanya Galih.

"Kesiangan." Jawab ku simple. Sewaktu aku masuk kelas ketika jam kedua di mulai. Galih sudah menatap ku dengan tanda tanya besar. Yang aku tanggapi dengan tak peduli. Sampai akhirnya ia berhasil menarikku ke kantin untuk makan bersama.

"Bukan gara-gara gue sms lo kan?" Tanyanya yang membuat ku berhenti meneguk air mineralku.

"Ya engga lah! Masa cuma gara-gara lo sms gue bisa kesiangan. Aneh aja deh!" Lalu Galih tersenyum sinis.

"Kali aja lo mikirin gue sepanjang malam, secara di ajakin nonton konser jarang-jarang kan buat lo?" Kali ini aku benar-benar ingin melempar botol air mineralku ke arahnya tapi dia langsung pergi meninggalkanku dengan seribu ocehan.

---

Carlos : bisa ketemu sebentar? Aku tunggu di depan perpustakaan sepulang sekolah.

Aku hanya mendengus kesal melihat sms dari mantan pacarku. Yang bahkan ingin sekali aku tidak menyebutnya mantan. Ara teman sebangku pun memandangku bingung.

"Lo kenapa Eve? Ada masalah?" Tanyanya yang membuat Yasmin dan Putri yang duduk di depan ku menengok ke belakang.

"Nothing." Aku memaksakan tersenyum sedikit sampai aku melihat orang itu menatapku.

Baru saja aku ingin mengatakan sesuatu, Miss Veline masuk ke kelas dan semua murid mengeluarkan bukunya kecuali aku.

---

Seperti orang bodoh, aku sedang menunggu mantan pacarku sekarang di depan perpustakaan. Lorong lantai bawah ini pun mulai sedikit sunyi karena sudah banyak yang pulang. Aku kira Carlos sudah menunggu di tempat yang ia janjikan tapi nyatanya aku yang terlalu bersemangat untuk bertemu dengannya. Ya aku akui, aku memang masih punya sedikit perasaan kepada Carlos. Tidak bisa di bohongi untuk melupakannya pun susah. Aku hanya coba benci kepada dia yang aku fikir juga tidak menyelesaikan masalah.

"Eve." Aku menengok ke arah asal suara tersebut dan yang ku dapatkan..

"Sedang apa?" Aku menelan ludahku sendiri melihat Ergi mendekat ke arahku. Aku diam tidak menjawab pertanyaannya. Yang ada di fikiranku sekarang adalah dia orang yang tidak ingin aku temui. Salah, ingin sekali aku temui.

"Hello! Kamu tidak menjawab pertanyaanku, huh?" Aku pun tersadar dan tersenyum ramah.

"Aku.."

"Dia sedang ada urusan denganku, Gi." Terlihat Carlos dengan keringat yang membahasi seragamnya itu. Ergi terlihat kaget dengan ucapan Carlos dan dia tersenyum kikuk menatap Carlos.

"Oh, aku kira kalian sudah putus."

"Maaf Eve." Lanjutnya.

"Tak apa Ergi. Kami memang sudah putus." Jawab ku dengan tersenyum.

"Oh oke, kalau begitu aku duluan." Aku mengangguk dan Ergi berjalan ke arah gerbang. Sekarang hanya ada aku dan Carlos. Aku hanya diam tak bersuara menunggu apa yang ia ingin katakan. Tapi terlalu lama sampai aku merasa keadaan ini sangat canggung.

"Maaf. Membuatmu merasa sakit." Aku mendengarkannya. Sudah ku perkirakan kalimat ini akan keluar dari mulut manisnya.

"Aku.. aku hanya bingung untuk memilih." Kali ini aku mencoba tenang dan menatap wajahnya yang tampak lelah.

"Aku mohon kembali lah ke sisiku, Eve." Dan tawa sinis ku pun keluar. Dia menatapku resah.

"Apa kau menyesal? Dan apa kau fikir penyesalanmu itu bisa membuat aku kembali? Begitu?" Tanya ku bertubi-tubi tanpa terasa air mata ku turun.

"Astaga! Ku mohon Eve jangan menangis! Aku sungguh minta maaf. Apa yang telah aku perbuat memang parah. Tapi sungguh aku tidak ada niatan mempunyai hubungan dengan Ivana." Dia mencoba menghapus air mataku dengan tangannya dan aku menghindar.

"But, you do it! Demi tuhan, Ivana sahabat ku Carlos!" Keheningan menyambut kembali. Air mataku tak turun lagi. Aku sudah muak membuang air mataku untuk orang yang menyakitiku.

"Aku tahu. Dia selalu ada untukku, Eve. Di saat keadaan kita tak baik. Dia mendengarkan aku. Aku tahu, aku salah. Salah menerima cintanya. Salah untuk menduakanmu yang sialnya ternyata aku mencintaimu. Terlalu mencintaimu Eve. Dan aku sungguh menyesal." Aku tersenyum dan dia mengelap air matanya yang turun. Aku tahu. Dia berbicara yang sesungguhnya.

"Aku terima penyesalanmu." Senyum mengembang di wajah Carlos.

"Tapi untuk kita kembali. Maaf, aku tidak bisa." Aku tersenyum dan sangat bersyukur dengan adanya waktu ini, di hari yang berangin, di temani dengan cahaya matahari senja yang ingin berganti malam. Aku berjalan pulang meninggalkan Carlos yang terdiam tanpa berkata.

---

"Jadi kamu mau kembali dengannya?" Tanya Frieska penasaran.

"Menurutmu, apa aku sebodoh itu untuk menerimanya kembali, huh?" Aku bertanya kembali dengan suara sedikit penuh penekanan. Terdengar suara kekehan di smartphoneku. Ya, Frieska menelfon ku dengan alasan ia sedang bosan.

"Maaf, aku tahu kamu tidak bodoh. Tapi itu pilihan yang bagus Eve. Aku mendukungmu." Tanpa sadar senyuman terukir di wajahku.

"Terima kasih, Fris." Dia tertawa kecil.

"Ya, seperti dengan orang lain saja! Apa kamu masih berfikir kami seperti Ivana huh? Maksudku, aku, Angel, dan Julia."

"Mungkin. Maaf Fris. Tapi bundaku sudah memanggil."

"Huh. Oke, see u Eve! Thanks ya udah nemenin!"

"Ya, bye!" Aku mengklik tanda merah untuk menghentikan panggilan. Ya, aku berbohong di panggil Bunda. Aku hanya ingin menenangkan diriku dari kejadian tadi sore.

Aku mulai memejamkan mataku, tapi terhenti dengan getaran smartphoneku.

Galih : jadi mau atau tidak?

Evelina : mengapa niat sekali mengajakku si? Konser band apa?

Galih : jadi tidak mau? Ya sudah.

Evelina : bukan begitu. Konser band apa dulu, baru aku akan pertimbangkan.

Galih : rectovero.

Jari ku berhenti ingin mengetik ketika nama Rectovero tampil di layar smartphoneku.

Evelina : ga bercanda kan?

Galih : tidak. Jadi mau?

Evelina : mauuuuuuuu!

Jawabanku begitu memalukan. Pasti Galih sedang tertawa sekarang. Tapi aku senang, setidaknya dia teman baik bagiku sekarang.

Open Your HeartWhere stories live. Discover now