Part 3

51 5 3
                                    

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku masih terdiam tak beranjak dari tempat dudukku. Mempersiapkan diri saat nanti ada di basecamp club dance. Kuat. Aku harus kuat. Semua pertanyaan yang ku perkirakan sudah ku persiapkan jawabannya. Aku harap di sana tidak ada Carlos dan si cewek cantik Ivana Joe.

"Hei Eve! Mau sampai kapan ada di situ?" Teriak si ketua kelas. Menatapnya membuat aku malu akan kejadian--aku menangis di pelukannya--itu.

"Memangnya salah?" Jawab ku mencoba melawan si ketua kelas yang sekarang duduk di meja guru. Teman-teman sekelas ku masuk ke kelas dengan membawa alat-alat yang ku yakin untuk membersihkan kelas.

"Kurasa kamu sudah tahu jawabannya bukan?" Tanyanya dengan senyum sinis. Aku hanya memutar bola mataku malas dan bangkit dari tempat dudukku.

---

Angel tersenyum cerah saat aku memunculkan diri di kantin.

"Gue fikir lo bakal bolos lagi." Aku membalas senyumannya dan mulai menyalami teman-teman club dance ku. Dari mulai Angel, Frieska, Julia, dan para junior club dance.

"Sorry ya guys. Gue buat kalian semua khawatir."

"Banget! Bolos eskul tuh bukan lo banget Eve." Ucap Julia yang membuat perasaan ku kembali menghangat.

"Eve, lo harus tahu. Kalau lo ada apa-apa, selalu ada kita yang berusaha buat ngebantuin lo." Perkataan Angel membuat aku mengira bahwa mereka sudah tahu masalahku. Entah aku harus percaya pada mereka atau tidak. Rasa di khianati oleh sahabat sendiri masih melekat di hati ku. Dan rasa itu memunculkan keraguan untuk bisa menerima kepedulian mereka kepadaku. Aku hanya tersenyum dan mengangguk.

"Yaudah yuk mending kita mulai. Ada ide gerakan buat di festival sekolah?"

"Gue." Teriak seorang perempuan yang ku kenal sebagai pengkhianat. Ivana Joe. Aku melirik ke arahnya dengan pandangan biasa saja. Sungguh aku sangat berusaha mengontrol emosiku. Ia menhampiri ku dengan senyuman cantik yang ingin sekali ku robek wajahnya.

"Coba tunjukin ke gue." Jawabku sebiasa mungkin. Ia pun mengambil aba-aba di depan kami semua dan mulai menunjukan gerakan yang aku akui bagus.

"Well itu bagus. Ada yang lain?" Ivana melihatku dengan tatapan tidak suka. Ya aku sih tidak peduli dan lebih memperhatikan para juniorku mengeluarkan pendapatnya. Dan akhirnya kami semua dapat gerakan gabungan dari semua ide-ide yang terkumpul. Walaupun belum sempurna. Tapi setidaknya kami sudah mempersiapkan.

Sekolah begitu sepi. Para junior pun mulai berpamitan untuk pulang. Di basecamp pun hanya tersisa aku, Angel, Frieska, Julia, dan si Pengkhianat.

"Gue seneng lo ga berubah." Bisik Frieska ketelinga ku. Aku pun mengerti ucapan dia. Aku hanya tersenyum dan meneguk jus strawberry ku.

"Lo tahu ga, temen sekelas lo itu ada yang pemain band?" Tanya Julia kepada ku. Aku pun menggeleng.

"No, I really don't care about it."

"Seriusan lo? Dia yang akhir-akhir ini deket sama lo tahu." Fikiranku pun tertuju ke Galih. Dia yang akhir-akhir ini dekat dengan ku semenjak kejadian tentang pengkhianatan itu.

"Galih?"

"Yes Honey! Dia terlihat menarik, apa lo ga nyadar?" Pertanyaan Julia membuat yang lainnya melirik ku seakan aku seorang yang perlu di pertanyakan.

"Ya, maybe." Jawab ku dengan malas. Aku sedikit melirik ke arah Ivana Joe. Dia kelihatan tidak puas akan jawaban ku seperti yang lainnya. Masa bodo.

Sms dari nomor tak di kenal masuk ke smartphoneku.

08*** : masih di sekolah huh?

Evelina : ya. By the way, ini siapa?

08*** : Gue nunggu di parkiran.

Sepertinya aku tahu ini siapa. Tapi, tidak mungkin aku berharap ia, bukan?

Aku pun berpamitan kepada teman-teman ku. Dan langsung berlari ke parkiran tanpa memperdulikan tatapan Ivana Joe.

---

Suara motor terhenti di depan rumah ku. Aku pun turun dan memberikan helm kepada Galih. Ya, seseorang yang tidak di kenal mengirimi aku sms itu Galih.

"Makasih." Ia tersenyum.

"You are welcome. Masuk sana." Aku pun mengangguk.

"Gue ingin minta penjelasan sebenernya sama lo. Tapi gue rasa next time juga bisa."

"Gue bakal luangin waktu buat lo kalau gitu." Aku menghela nafas.

"Sok sibuk. Lo hati-hati ya, bye!" Aku langsung berlari masuk ke dalam rumah tanpa perduli jawaban Galih. Di balik pintu. Aku menunggu suara motor terdengar dengan dadaku yang berpacu cukup kuat. Mungkin ini efek tadi aku berlari. Ya mungkin.

---

"Sobat youngers radio di seluruh Indonesia. Gue punya kabar bahagia nih! Rectovero band baru yang karyanya mampu menarik hati seluruh remaja Indonesia ini akan mengadakan konser! Nah buat pendengar setia youngers radio. Gue akan kasih dua tiket bagi dua orang beruntung. Syaratnya nanti gue kasih tahu setelah kita dengerin lagu Rectovero yang berjudul Jangan Sedih."

Lagu pun mengalun memenuhi ruang kamar tidurku. Aku masih mengenakan seragamku. Mungkin kalau bunda dan ayah tahu, aku akan di marahi. Ayah baru saja pulang dari Medan untuk urusan kantornya, jadi ia di beri hari libur. Bunda cukup pengertian untuk tidak membahas masalah Carlos dengan ayah saat di depan ku. Walaupun aku yakin bunda akan cerita juga kepada ayah.

Fikiranku pun beralih ke Galih. Seseorang yang aku harapkan itu ternyata benar dia. Dia selalu memerintahku untuk menurutinya tapi anehnya aku menurut. Dia juga selalu bersikap baik kepadaku, yah walaupun terkadang menyebalkan. Mengapa dengan dia aku bisa menerima kebaikannya, tapi dengan teman club dance ku tidak? Aku harus berusaha sedikit demi sedikit untuk mencoba percaya kepada mereka. Bagaimanapun sesuatu yang sudah terjadi itu harus di perbaiki bukan?

".... ya sobat youngers radio! Gue tahu kalian semua pasti ga sabar nunggu ya kan? Oke langsung aja gue kasih tahu syaratnya, yaitu lo harus ngetweet semenarik mungkin tentang Rectovero dan jangan lupa mention ke youngers radio! Ayo buruan! Kita tunggu ya guys!..."

Aku tidak mendengarkan kelanjutan apa yang penyiar radio itu katakan. Terlalu malas untuk mengikuti sebuah perlombaan seperti itu. Tapi, ini band rectovero! Rectovero yang lagu-lagunya pas sekali dengan kehidupanku. Ku lihat smartphoneku dengan ragu. Sepi. Ya maklum lah aku sekarang kan sudah jomblo. Namun tak lama aku mengalihkan pandangan kembali smartphoneku bergetar. Sms masuk.

Galih : hai Eve :) mau nonton konser?

Open Your HeartWhere stories live. Discover now