Chapter 6

19.6K 1.5K 4
                                    

ALI POV

Aku mengemudikan mobilku dengan kecepatan tinggi, aku tak perduli dengan keadaan jalan yang mulai ramai, aku hanya takut Raka meninggalkan aku, aku tak bisa bayangkan gimana keadaan ku tanpa Raka..

"Nak,, heii.. sayangnya daddy ai,, Raka bangun syang bentar lagi kita sampai rumah sakit ya, jagoan daddy kuatkan.." aku terus mengajak Raka berbicara, walaupun mata nya terpejam aku yakin Raka mendengarkan ku.

Setelah beberapa lama perjalanan, aku sampai di depan rumah sakit, aku memarkirkan mobil sembarangan aku tak perduli, aku hanya ingin Raka cepat ditangani dokter..
Aku membuka pintu penumpang disamping setir, mengangkat tubuh malaikat ku jagoanku yang terkulai lemah dengan suhu tubuh sangat panas.

aku berlari memasuki lorong rumah sakit, aku berteriak memanggil dokter dan suster.. aku tak sadar ini masih subuh bahkan suasana masih agak gelap,

"Dokter.. suster..." teriakan ku menggema dilorong rumah sakit.

Dari depan ku lihat suster berlari kearahku,

'Tolong anak saya sus, dia sakit..tolong cepat suster.." aku tak lagi bisa menahan emosiku, aku berteriak bahkan suster itu terlihat kaget dan gelagapan dengan sikapku.

Aku mengikuti suster dengan masih mengendong Raka, aku melihat wajah anakku semakin pucat bibirnya semakin memutih,
Aku semakin takut..

"Nak ini daddy ai, kita udah dirumah sakit bangun sayang sebentar lagi Raka akan sembuh nak ya.." aku masih berusaha mengajak Raka berbicara sambil berlari kearah ruang dokter.

Sampai diruang itu, raka aku baringkan di tempat tidur pasien di ruang dokter itu,

"Tenang pak, anak bapak baik-baik aja, tolong tunggu diluar pak biar saya memeriksa anak bapak." Jelaz dokter muda yang menangani raka itu kepadaku.

Aku berjalan keluar, aku berantakan sekarang, bagaimana bisa aku tidak tahu Raka sakit,

"Raka maafin daddy ai nak, daddy enggak bisa jaga Raka, daddy ai enggak bisa nepatin janji daddy ai sayang.." aku merutuki kelalaian ku, kecerobohanku aku lalai menjaga amanat itu..

"Abang...." suara bariton terdengar medekat kearahku.

"Papa..." aku berdiri dari kursiku.

"Raka kenapa kok bisa sampai masuk rumah sakit nak," tanya papa, aku tahu papa sangat khawatir sekarang, papa sangat menyayangi Raka sama seperti aku.

"Abang nggak tahu pa, tiba-tiba tadi pagi pas abang samperin kekamar Raka sudah seperti ini pa.." ujarku dengan lemah, aku sangat cemas sekarang aku takut kejadian itu kembali.. aku tak sanggup harua kehilangan Raka.

"Abang tenang, mungkin Raka cuma demam biasa, abang bagaimana bisa kerumah sakit dengan sarung dan baju koko begini bang.." ucapan papa, mengagetkan ku, Ya Allah aku masih menggunakan sarung buat solat subuh tadi, aku terlalu panik melihat Raka tadi.

Papa hanya tersenyum, aku pun tersenyum kikuk, aku tak peduli, bila berkaitan dengan Raka dan papa aku tidak bisa tenang, mereka orang yang amat sangat penting untukku.

"Abang sebaiknya pulang, hari ini hari pertama penerimaan mahasiswa baru di yayasan, abang tahu kan apa yang abg harus lakuin.." ujar papa dengan menatapku, kini aku dan papa sudah duduk dikursi didepan ruang dokter yang menagani Raka.

Aku tahu arah pembicaraan papa, aku menjadi pewaris tunggal Winata Group, termasuk yayasan yang kini atas namaku, aku terpaksa menyetujui mengurus yayasan karena ancama papa akan menikahkan ku secara paksa apabila aku menolak permintaan papa,, aku tak punya pilihan pada akhirnya aku terpaksa menerima itu, maka yayasan itu menjadi tanggung jawabku, walaupun sampai sekarang tetap papa yang lebih dominan mengurusnya.

The Handsome Devil LoveWhere stories live. Discover now