chapter 2

31.1K 2.1K 9
                                    

Author POV

Prilly sampai juga dirumah barunya, rumah yang tidak terlalu luas tapi cukup nyaman untuk ditinggalinya, rumah berukuran sedang dengan tiga kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur juga sedikit halaman di belakang rumah dengan ayunan kecil sangat cocok untuk bersantai.

"Sayang, bunda kekantor dulu ya, tadi ada telfon katanya harus segera kekantor hari ini juga.." ucap bunda setengah berteriak karena prilly sedang dikamar.

Prilly keluar dan menghampiri bundanya yang telah siap dengan baju kantoran, rok span warna hitam dengan bleser warna biru muda, prilly sedikit heran melihat bunda kenapa diusianya yang sekarang bundanya masih terasa sebaya dengan nya bahkan bisa dibilang mereka seperti kakak beradik.

"Mungkin perasaanku saja" batin prilly yang selalu menepis pikirannya tentang bunda.

"Iya bunda, hati-hati dijalan, prilly keliling bentar boleh bun, sekalian belajar ngingat jalan yang ada disekitar sini." Ucap prilly pada bundanya.

"Eumm..boleh sayang, kamu tidak capek bie tidak mau istrht dulu bie, jangan terlalu capek bie, kalau kamu mau jalan-jalan yaudah bunda harap kamu jangan terlalu capek sayang,, tapi hati-hati ya walaupun kamu sering ke Jakarta dulu, tapi Jakarta beda sama tempat kita sayang.." jelas bunda menasehati prilly, walaupun bunda menghabisi waktunya di tempat mereka tinggal Namun Bunda prilly tetap tahu kondisi di kota metropolitan ini bagaimana karena Bunda prilly lahir dan besar di Jakarta sebelum orang tuanya meninggal dulu dan memutuskan menikah dengan suaminya.

"Iya bunda,.bie ngerti.. bie tidak capek bun, iya bunda aaayang biee" prilly tersenyum sambil berhambur memeluk bundanya, setelah beberapa saat prilly memeluk bundanya,bunda berangkat kekantor dan prilly mengantar samapi pintu depan sambil melambaikan tangan kearah bundanya yang beranjak ke kantor.

Prilly tersenyum melihat bundanya yang masih saja khawatir, memang Prilly dari kecil tidak boleh kecapekan, prilly akan mimisan dengan tiba-tiba dan kemudian pingsan, setelah berobat dokter menyimpulkan prilly tidak apa-apa hanya saja daya tahan tubuhnya lemah hingga dia rentan pingsan apabila kecapekan dan terlalu banyak pikiran.
Saat itu memang prilly tengah mempersiapkan diri mengikuti olimpiade ke Jakarta, namun disekolah disaat prilly tengah belajar tiba-tiba prilly mimisan dan pingsan, sejak saat itu bundanya sangat overprotective terhadapnya sampai sekarang.

Prilly melihat jam masih pukul 14.00 siang, prilly bergegas kekamar dan mengambil tas kecil, dengan mengenakan celana jeans selutut dan kemeja kotak-kotak biru rambut digerai menambah kecantikan prilly, prilly memang tidak terbiasa dengan make up seperti remaja biasanya. Namun, dengan tampilan sederhana prilly tetap terlihat cantik dan menggemaskan.

"Enak nya kemana ya, eummm...." gumam prilly setelah keluar dan mengunci pintu rumahnya.

Prilly berjalan kearah keluar dari komplek tempat tinggalnya, prilly masih sibuk memperhatikan keadaan sekitarnya, perbedaan antara dan kota tempatnya dibesarkan sangat jauh, Jakarta sangat padat, macet dan polusi dimana-mana, tapi kepadatan kota Jakarta menjadi ciri khasnya sebagai ibukota negara Indonesia.

Prilly terus berjalan hingga sampai pada sebuah taman, prilly memasuki area taman,

"Mungkin ini taman kota kali ya, lumayan buat neduh panasnya kebangetan sih " bathin prilly sambil menyeka keringat di dahinya.

Prilly menuju sebuah bangku taman, lumayan rame untuk suasana yang menjelang sore, prilly asik dengan pemandangan barunya, sepertinya prilly mulai ngerasa sedikit betah dengan Jakarta.

Tiba-tiba sebuah bola bergelinding hingga didepan kaki prilly, prilly mengambil bola itu dan sesaat kemudian datang seorang anak kecil yang sangat menggemaskan.

The Handsome Devil LoveOnde as histórias ganham vida. Descobre agora