Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menyingkirkan pikiran itu dari kepalaku.

Sudahlah Naomi! Tak usah berpikir yang terlalu muluk-muluk!

Berjam-jam telah berlalu. Langit mulai menunjukkan warna ke oranye an yang diciptakan oleh matahari yang hampir terbenam.

Perjalanan kami ditemani dengan celotehan-celotehan tidak jelas Guy-sensei dan Lee tentang semangat masa muda. Selain mereka tidak ada yang berbicara, hanya saja Tenten mengeluh sesekali karena merasa terganggu oleh celotehan mereka.

"Guy-sensei, kurasa kita harus istirahat sebentar. Kau juga terlihat lelah." kata Tenten, dia sendiri juga terlihat lelah.

"Aku tak butuh istirahat! Apakah kau tak lihat aku masih kuat seperti ini? Jadi kau tenang saja!" jawab Guy-sensei dengan semangat sambil mengacungkan jempolnya dan menunjukkan deretan giginya yang putih. Seperdetik kemudian tanpa disadari kepalanya terbentur batang pohon yang besar karena dia tidak memperhatikan jalannya, alhasil Guy-sensei terjatuh dengan mulus ke tanah.

Ouch... itu pasti sakit. Coba bayangkan, setelah kau terbentur batang pohon kemudian kau terjatuh dari ketinggian. Itu pasti akan meninggalkan memar.

Kami langsung menghampiri Guy-sensei.

"Bibirmu boleh berkata seperti itu. Tapi kenyataannya tubuhmu mengatakan sebaliknya Guy-sensei!" kata Tenten.

"Huhh... baiklah, kita istirahat sekarang." kata Neji yang langsung merendahkan tubuhnya, mengisyaratkanku untuk turun.

Semua mengikuti perintahnya dan mulai mempersiapkan barang-barang untuk istirahat. Aku pun mula beranjak dan mencari tempat yang cukup nyaman untuk istirahat.

"Sudah semakin gelap, aku akan mencari kayu bakar." lanjut Neji dan mulai berjalan lebih jauh ke dalam hutan.

Mataku memperhatikan punggungnya yang terus-menerus berjalan menjauh sampai dia benar-benar hilang dari pandanganku.

"Naomi, apa yang kau lihat?" kata Tenten yang entah bagaimana tiba-tiba ada di sebelahku.

"A... ehh... eto.. aku tidak melihat apa-apa kok. Hanya memperhatikan pohon-pohon yang ada di hutan ini. Itu saja." jawabku tergagap-gagap. Kenapa aku menjadi gugup seperti ini? Kenapa juga aku harus berbohong kepada Tenten bahwa sebenarnya aku memperhatikan Neji? Lagipula kenapa aku memperhatikan Neji?

"Ohhh... oh ya, ini kantung tidur untukmu." Tenten langsung menyerahkan gulungan kantung tidur yang tebal kepadaku.

"Ah... terima kasih."

*****

Ini sudah hampir 8 jam sejak kami beristirahat. Sudah selama itu juga aku tidak bisa tidur, padahal yang lain sudah tertidur sejak tadi. Mungkin ini karena aku sudah terlalu lama beristirahat saat di perjalanan tadi.

Sekarang aku sedang terduduk dan menyandarkan punggungku pada batang pohon yang ada di belakangku, dan..... memandangi Neji yang sedang duduk di depan api unggun dari belakang. Oke, aku tahu ini salah, tidak seharusnya aku memandangi dia seperti ini, aku sadar itu. Hanya saja.... entah mengapa seperti ada magnet pada Neji yang membuatku terus-menerus memandanginya, padahal aku telah mencoba berkali-kali untuk mengalihkan pandanganku darinya, tetapi tetap saja tidak bisa.

"Lebih baik kau tidur daripada membuang-buang waktumu hanya untuk memandangiku seperti itu." kata Neji dengan nada datarnya yang seperti biasa.

Bagaimana dia bisa tahu? Aku kan memandanginya dari belakang. Apa dia memiliki mata yang tersembunyi di belakang kepalanya? Mengerikan.

"Hahh... si-siapa yang memandangimu? Me-memangnya kau punya bukti?!" jawabku tergagap-gagap. Ah... sial! Kenapa aku menjadi gugup begini? Dia pasti tahu kalau aku berbohong. Dasar Naomi bodoh! Aku bahkan bisa merasakan pipiku mulai memanas. Sial! Sial! Sial!

Amnesia (Stuck in Naruto World)Where stories live. Discover now