Chapter 6

2K 194 13
                                    

"Ramen Ichiraku! Aku datang!"

*****

- Kedai Ramen Ichiraku -

Disinilah kami, di kedai Ramen Ichiraku yang katanya -kata Naruto sebenarnya- merupakan tempat makan paling enak di Konoha. Aku telah memakannya, dan ternyata ramen ini benar-benar enak. Ditambah lagi kami ditraktir oleh seseorang yang baru ku kenal. Dia adalah Iruka-sensei, dia merupakan guru dari Naruto, dan Sakura saat di Academy. Kemudian Naruto juga membicarakan tentang dia yang masih menjadi Genin, sedangkan Sakura dan teman-teman seangkatannya yang lain sudah menjadi Chunnin, dan Neji bahkan sudah menjadi Jounin, dan Gaara -aku tidak tahu siapa dia- yang sudah menjadi Kazekage. Mungkin aku harus membuat buku khusus 'kata-kata sukar', terlalu banyak istilah yang aku pelajari hari ini.

Tak berapa lama kemudian, Lee, Tenten, dan.... Neji bergabung dengan kami. Oh.. Kami-sama, aku belum siap bertemu dengannya saat ini.

"Hey, Naomi-chan!"  "Hai, Naomi!"
ucap Lee dan Tenten hampir bersamaan. Sedangkan Neji, hanya diam sambil menatap kearahku.

Oh ayolah Naomi! Apa yang kau harapkan? Setelah kejadian tadi siang, kurasa tidak mingkin Neji akan menyapamu. Terlihat jelas di matanya kalau dia masih membencimu.

"Oh, hei Lee, Tenten... Neji." aku menyapa kembali mereka, dan memberikan sedikit jeda saat mengucapkan nama Neji.

Mereka berjalan mendekat dan kemudian duduk di sebelahku. Jika diurutkan dari kanan ke kiri, yaitu :  Sakura, Iruka-sensei, Naruto, aku, Lee, Tenten, dan yang terakhir Neji.

Dia bahkan tidak mau duduk di dekatku.

Aku, Lee, dan Tenten berbicara tentang bermacam hal, mereka juga menanyakan tentang pendapatku mengenai desa ini. Sedangkan Neji, dia terlihat sibuk dengan fikirannya sendiri.

Hingga saat aku masih asyik mengobrol dengan Lee, dan Tenten, aku mendengar suara benda jatuh. Kemudian aku menoleh ke sebelahku, ternyata itu berasal dari telur yang tidak sengaja Naruto jatuhkan.

"Ah, tuan maaf soal telurnya." Naruto memegang telur itu dalam genggamannya.

"Ya, tidak apa-apa."

Mataku menatap ke arah telur yang berada di tangan Naruto. Aku bisa melihat dengan jelas retakan pada cangkang telurnya. Ada sedikit bagian cangkang telur yang terlepas dan memperlihatkan isi telurnya yang berwarna putih.

Terlihat seorang pria berambut pirang panjang yang sedang berdiri di atas burung tanah liat raksasanya. Ia sedang melawan seorang pengendali pasir berambut merah marun.

"Kau belum menyerah juga ya?"

"Sudahlah, kau menyerah saja, aku tidak mau mengambil resiko bahwa aku akan membunuhmu. Karena semuanya akan sia-sia jika kau mati, un." lanjutnya.

Ia seakan berbicara dengan benda mati karena lawannya itu tidak menghiraukan perkataannya melainkan terus menerus mengendalikan pasirnya untuk menangkap dan mengalahkan dirinya.

Melihat negosiasinya tidak akan dihiraukan oleh lawannya itu, mengingat lawannya itu memiliki sifat yang dingin sedingin es, ia mulai melancarkan serangannya. Ia membuat beberapa kelelawar yang dibentuk dari tanah liatnya, yang langsung terbang menuju lawannya.

"Katsu!"

Dalam seketika kelelawar itu meledak tepat dihadapan si pria berambut merah. Namun, setelah sekian kalinya pasirnya itu selalu berhasil melindungi dirinya.

Serangan demi serangan dilancarkan, namun si pria berambut merah terus menerus menangkis serangan ledakan tersebut dengan pasirnya. Hingga akhirnya terdapat satu serangan yang tidak disadari oleh lelaki berambut merah marun itu. Tetapi, untuk kesekian kalinya pasir miliknya berhasil melindungi  lelaki itu dari serangan tersebut. Pasirnya membentuk bola di udara dengan lelaki berambut merah itu di dalamnya.

Amnesia (Stuck in Naruto World)Where stories live. Discover now