TMRC - Lima

45.8K 4.2K 65
                                    

Demi Tuhan gue geli banget baca ulang dan edit cerita ini😅  pembawaannya super standart. Gini banget pemikiran gue wktu msh SMA😅
Selamat membaca buat kalian yg msh mau baca. Ini baru awal banget.
Masih puanjang. Blm juga konflik. Akan kurepost sampai part Complicated mngkin belasan bab lagi. Enjoy! 🍻


***




Sudah empat hari Kaffi dan Gebi di Bali. Tidak ada perubahan yang signifikan dalam kualitas maupun kuantitas hubungan mereka. Keduanya masih bertingkah seperti orang lain. Tidak banyak interaksi. Bicara seperlunya, makan di tempat berbeda, jalan-jalan sendiri. Walaupun tidur di kamar yang sama, tapi setiap malamnya Gebi harus menunggu Kaffi tertidur dan bangun untuk tidur di sofa depan Tv.

Seperti malam ini, Gebi menatap nanar punggung Kaffi. Bukan! Bukan karena dia ingin menyentuhnya. Dia hanya tidak bisa tidur dan mencoba mencari objek tatapan untuk merangsang rasa kantuk. Lampu di kamar hotel ini terlalu terang. Gebi jelas terganggu.

Sejak pulang dari agenda jalan-jalan sendirinya tadi, Kaffi langsung tidur memunggungi Gebi. Seperti biasa, Gebi membatu dalam posisinya karena takut membuat pergerakan yang bisa mengganggu tidur Kaffi.

Berniat tidur di ruang Tv, seperti malam-malam sebelumnya, Gebi dikagetkan oleh pertanyaan Kaffi, "Mau kemana?"

"Aku akan tidur di luar saja."

Kaffi bangkit. "Kau takut padaku?"

Tangan Gebi terkibas tidak. "Bukan seperti itu, Kaff. Aku hanya—"

"Jangan takut!" potong Kaffi cepat. "Aku pastikan tidak akan terjadi apa-apa di antara kita. Jadi, berhenti mengkhawatirkan keadaan yang bahkan untuk membayangkannya saja membuatku geli."

Terdiam. Gebi berusaha mencerna kalimat Kaffi.

"Jangan lupa bahwa bukan kau saja yang canggung dan butuh penyesuaian dalam pernikahan ini. Aku lebih membutuhkan adaptasi! Jadi, berhenti bertingkah seolah-olah aku saja yang menginginkanmu. Itu tidak akan terjadi. Dan, tidak perlu repot-repot menghindariku seperti tadi."

Sial. Kalau tidak salah kau yang mengajakku menikah, kenapa sekarang kau yang protes?" Gebi menelan sumpah serapahnya.

"Kau mengerti, Gebintang?"

Sebenarnya banyak kalimat yang ingin sekali Gebi katakan tapi gadis itu kehilangan minat merespons. Bentakan Kaffi memang menyakitkan. Gebi berhasil menguasai diri. Dia tidak mau terlihat lemah dan cengeng di depan Kaffi. Akhirnya, dengan langkah gontai gadis itu berjalan menuju pintu. Dia kembali tidur di ruang Tv dan menghabiskan malamnya dengan menangis dalam diam.

***


Gebi hanya tidur 30 menit sebelum bangun lagi dan menyiapkan sarapan untuk Kaffi. Menurut apa yang didengarnya dari mertua dan Ipar, Kaffi lebih menyukai masakan rumahan. Gebintang putuskan membuat omelette setengah matang. Ditaburi potongan sosis. Tak lupa segelas kopi.

Baru pukul 5:30. Tercetus ide untuk berolahraga. Gebi menukar pakaian dengan celana kapri abu-abu dan kaos Adidas. Tidak lupa, ia memakai topi untuk menutupi matanya yang menyerupai bola golf.

Sekitar 10 menit, Gebi lakukan warming up. Sekadar meregangkan dan melemasan otot-otot tubuh yang kaku. Juga meningkatkan frekuensi jantung. Supaya otot yang bekerja dengan darah, kaya akan oksigen. Setelah itu, Gebi mulai joging mengelilingi area hotel yang lumayan ramai dipenuhi pengunjung lain yang juga sedang berolahraga.

The Marriage Roller CoasterWhere stories live. Discover now