Epilog. m o r o n

20.3K 1.9K 48
                                    

m o r o n

a stupid person.


"Apa yang kau lakukan?" Theo merintih kesal, tangannya terkilir karena ia tergilincir saat hendak masuk ke dalam mobil. Memalukan, benar-benar memalukan. Savannah mungkin tidak akan ingin bersamanya lagi setelah ini, dia mungkin terlalu terlambat dan Savannah akan kembali bersama Kade.

"Tidak ada." Rafe duduk di sebelahnya dan menatap tangan Theo yang terkilir dengan seksama. "Apa yang terjadi pada tanganmu?"

"Terkilir karena aku jatuh diatas es." Theo menggerutu pelan. Ia lalu melihat neneknya yang sedari tadi berjalan mondar-mandir di depan pintu. "Ada apa dengan momma?"

"Kenapa memangnya?"

"Dia seperti menunggu sesuatu sejak beberapa jam yang lalu." Theo menyandarkan badannya di atas sofa. Sebuah mobil datang masuk ke dalam pekarangan dan nenek Theo segera membuka pintunya. "Siapa yang datang?" Saat Theo bertanya saat sosok yang selama ini ia tunggu masuk ke dalam ruang tamu rumah. "Savannah?"

"You moron." Savannah mendesis kesal melihat tangan Theo yang diperban.

"Apa yang kau lakukan disini?" Theo menatap Savannah dengan tatapan tidak percaya, matanya membelalak kaget melihat Savannah yang terlihat berantakan dan panik.

"Aku kira kau mengalami kecelakaan parah yang setidaknya akan membuatmu koma berminggu-minggu." 

"A-apa?!" Theo melihat Savannah bingung. Apa yang wanita di depannya ini sedang bicarakan? Theo memang kecelakaan, tapi terpeleset diatas es tidak akan sampai membuatnya koma hingga berminggu-minggu.

"Tanyakan kepada Rafe." Jawab wanita itu singkat.

Rafe yang duduk disebelah Theo bergerak gelisah. "Momma yang menyuruhku memberitahu Anna."

"Momma." Theo mengerang kesal mencari neneknya yang sudah pergi sejak tadi. "Apa yang kau lakukan disini? Bukannya kau bersama Kade sekarang?"

"You moron! Seharusnya aku tidak meninggalkan Kade karena mengkhawatirkanmu, bodoh!" Savannah melempar tas tangannya ke Theo yang segera di tangkap dengan tangan Theo yang masih baik.

"Sebaiknya aku pergi." Rafe segera beranjak dan ikut pergi dari ruangan itu, meninggalkan mereka berdua.

"Kau mengkhawatirkanku?"

"Aku mengkhawatirkanmu bodoh."

"Kau meninggalkan Kade?" Tanya Theo lagi, ingin memastikan kalau dia tidak salah mendengar tadi.

"Aku meninggalkannya."

"Demi aku?"

"Demi kau." Saat Savannah mengatakannya, Theo menarik tangan Savannah hingga wanita itu jatuh terduduk di sebelahnya.

"Aku mencintaimu."

"A-apa?" Savannah bertanya kaget. Mereka tidak pernah saling berucap cinta sebelumnya.

"Aku mencintaimu." ucap Theo lagi dengan nada lebih mendesak.

"I love you too." Savannah mengatakannya dengan suara pelan nyaris berbisik. Theo tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat mendengar Savannah mengucapkannya.

"Are you in love with me or are you in love with the feeling?"

"Both." Savannah mencintai pria itu dan dia juga mencintai perasaan yang ia rasakan saat bersama pria itu. "Kau laki-laki paling menyebalkan yang pernah ku kenal, tapi aku menyayangimu."

"Now kiss me."

***

5 tahun kemudian. New York.


"Aku harus stay dirumah sakit." ucap Theo terburu-buru lalu mengecup pipi Savannah.

"Bagaimana dengan Maddie?" Savannah menggendong putrinya yang masih berusia tiga tahun di pinggulnya.

"God." Theo mengerang pelan. "Hey princess." Theo mengambil Madeline dari gendongan Savannah lalu mengecup kedua pipi balita mungil itu. Sesekali Maddie tertawa ketika bakal janggut Theo bergesekan dengan pipinya hingga membuatnya geli. "Bagaimana dengan Jonathan?"

"Dia akan pergi bersama teman-temannya." sahut Savannah. Jonathan kini yang sudah menginjak masa remaja lebih sering menghabiskan waktunya bersama teman-temannya dibandingkan keluarganya. Savannah bahkan nyaris tidak bisa lagi mengajaknya ke acara-acara keluarganya. "Aku ada jadwal ke rumah sakit sebentar."

"Seandainya ada momma disini, mungkin dia akan senang hati menemani Maddie." Theo mengacak rambutnya hingga berantakan, secara refleks Savannah kembali merapikan rambut suaminya itu.

"Aku akan menitipkan Maddie pada ibuku."

"Kukira mereka di Hamptons?"

"Aku tidak tau." Savannah mengangkat bahunya lalu kembali mengambil Maddie yang berada di gendongan Theo sedang sibuk bermain dengan dasi ayahnya. "Aku akan menghubungi ibuku nanti." Isabella Wright menyayangi Madeline lebih dari apapun di dunia ini. Hubungan Savannah awalnya tidak begitu baik dengan kedua orang tuanya setelah ia memutuskan pertunangannya dengan Kade lalu menikah dengan Theo tidak lama kemudian. Hubungan yang awalnya tidak begitu membaik itu akhirnya sedikit membaik setelah kelahiran Madeline, sejak saat itu mereka lalu memutuskan untuk pindah ke New York dan bekerja di salah satu rumah sakit besar disana.

"Bagaimana dengan ayahmu?"

"Dia baik-baik saja." Hingga saat ini masih banyak yang Savannah putuskan untuk tidak ketahui, seperti alasan kenapa ayahnya berselingkuh dengan Katherine hingga isi surat yang Kade kirimkan kepadanya saat ia masih berada di Lockport lima tahun lalu. Satu-satunya alasan kenapa ia tidak ingin tau adalah karena mengetahui semua hal itu tidak akan merubah keadaan Savannah. Dia sudah cukup bahagia dengan keluarga yang ia miliki sekarang. Pada akhirnya dia mendapatkan ketenangannya. Lagipula, seperti apa yang Nathaniel pernah katakan kepadanya 'Some things are better left unsaid. Some question are better left unanswered.'




tranquility | ✓Место, где живут истории. Откройте их для себя