Prolog. n u m b

35.7K 2.8K 54
                                    

n u m b

deprive of feeling or responsiveness.


Savannah menatap lurus ke arah sahabatnya, Kanya. Gadis itu menangis sesegukkan sembari meremas gaun pengiring pengantin yang ia kenakan. Harusnya ini merupakan hari bahagianya. Harusnya tidak ada yang perlu Savannah khawatirkan. Seharusnya dia hanya perlu duduk tenang, menunggu ayahnya datang menjemputnya lalu dia akan berjalan menuju altar, mengucapkan janji suci yang sudah ia hapal mati-matian sejak dua bulan lalu.

"Maafkan aku, Anna." Kanya terisak pelan, air matanya turun dan membasahi kedua pipinya.

Savannah terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Setelah pesta malam nanti, dia dan Kade seharusnya segera pergi ke Maldives dengan pesawat jet pribadi milik Kade. Pria itu merupakan definisi calon suami sempurna yang kedua orang tuanya inginkan. Muda, tampan, dan keluarganya merupakan salah satu keluarga kaya tertua di New York, sama seperti keluarganya. Mereka pasangan yang sempurna, bagian mana yang salah? Bagian mana yang Savannah tidak sadari kalau Kanya dan Kade berhubungan di belakangnya?

"Anna, katakan sesuatu. Ku mohon." ucap Kanya pelan, maskara yang ia kenakan memberikan efek dramatis di wajahnya. Make up yang ia kenakan sudah lama luntur, mengotori gaun kuning gading pengiring pengantin yang ia kenakan.

"Anna." Savannah masih tidak mengatakan apapun. Bahkan ketika Kade masuk ke dalam ruang tunggu pengantin yang ia tempati dan melihat nanar ke arah keduanya. "Apa yang kau katakan kepadanya?" ucap Kade gusar ketika melihat Kanya menangis sesegukkan di tengah ruangan sementara Savannah masih tidak bergeming ditempatnya.

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya." sahut Kanya tidak peduli lagi dengan penampilannya saat ini, dia lalu berlari meninggalkan Savannah berdua dengan Kade sendirian di ruang tunggu pengantin.

"Anna, kau tidak percaya apa yang dia katakan bukan?" Kade kini datang menghampirinya lalu berlutut di hadapannya. "Kau tidak akan meninggalkanku bukan?"

"Apa kau sedang berusaha menyembunyikan apa yang kau lakukan di belakangku? Kalau kau memang tidak lagi mencintaiku harusnya kau mengatakannya dari dulu." Savannah berbisik lirih. Dia menatap pria yang seharusnya akan menemaninya seumur hidupnya dengan tatapan datar.

"Tidak, Anna. Demi Tuhan, aku mencintaimu. Kau tidak akan meninggalkanku bukan? Ini hari pernikahan kita, Anna." Kade meraih tangan Savannah lalu menggenggamnya erat. "Anna, ku mohon. Maafkan aku. Maafkan aku, okay? Apa yang terjadi dengan Kanya hanyalah kesalahan. It was just one mistake, Anna. Please."

"Cheating is not a mistake. It's a choice." Itu kata yang Savannah ucapkan terakhir kali sebelum meninggalkan Kade. Meninggalkan pernikahan mewah yang kini tidak lagi menjadi impiannya. Meninggalkan keluarganya yang menunggu, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Meninggalkan segala sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya, karena untuk pertama kalinya, Savannah merasa kalau dirinya bukanlah apa-apa.





tranquility | ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora