VI. l o v e

16.3K 2K 70
                                    

l o v e

An intense feeling of affection and care towards another person.


Savannah duduk di depan bar dengan perasaan gelisah. Ia merapikan celana kulit, syal berwarna marun, dan tank top putih bergambar band rock yang pernah ia hadiri dulu di New York. Savannah bukanlah penggemar band rock atau semacamnya, ia lebih seperti tipe gadis rumahan yang akan menghabiskan waktu berjam-jam duduk di tepi jendela atau diatas sofa membaca buku sembari mendengarkan musik klasik. Saat ia masuk ke dalam pub yang diberitahukan Rafe kepadanya, ia kembali merasa seperti remaja tanggung yang sedang memberontak.

"Anda ingin minum apa, miss?" Seorang bartender berwajah masam mendekatinya. Savannah bisa merasakan tangannya gemetar, ia menahan dirinya sendiri agar tidak loncat dan segera pergi dari ruangan ini.

"Martini dengan zaitun." Bartender itu hanya mengangkat alisnya mendengar perkataan Savannah membuat wanita itu semakin gugup. "Lupakan. Beri aku bir saja kalau begitu." Savannah menjilat bibirnya yang terasa kering dan segera melihat ke segala penjuru arah. Pub ini terlihat lebih ramai daripada The Break, beberapa orang berkumpul di sudut-sudut ruangan sementara lainnya berdansa di lantai dansa. Lumayan untuk ukuran kota kecil seperti Lockport, mereka benar-benar menghabiskan waktu jumat malam di sini.

"Ini." Tak lama kemudian bartender itu kembali dengan sebotol bir murahan seharga sepuluh dolar dan meninggalkan Savannah sendirian. Membuat wanita itu merasa lega sekaligus sedikit relaks. Savannah menegak bir murahan itu dan segera menahan dirinya agar tidak muntah. Rasa pahit bir itu memenuhi mulutnya seperti racun, tapi ia tidak ingin terlihat memalukan di pub ini.

"Hey. Kau datang." Rafe menepuk punggungnya dan membuatnya sedikit kaget. Savannah meraih tissue dan melap bibirnya yang nyaris saja memuntahkan bir murahan yang tadi ia minum. "Maaf." Rafe menyengir lebar, ia lalu melambaikan tangannya. "Guys. Kenalkan ini Anna. Dia dokter baru di Lockport."

Savannah membalik punggungnya dan melihat segerombolan pria bersama seorang wanita datang menghampiri mereka. "Hey, namaku Anna." Savannah mengulurkan tangannya hendak memberikan jabatan untuk mereka, tetapi mereka hanya melihat tangan Anna sekilas lalu meraih wanita itu ke dalam pelukan. Semuanya memberikan pelukan atau sapaan ringan kecuali satu, wanita yang bersama mereka sama sekali tidak menghiraukan Savannah.

"Kau bekerja di Enlive Health?" Salah seorang pria berambut coklat bertanya kepada Savannah.

"Ya." Savannah menjawab singkat, perhatiannya masih tertuju pada wanita itu.

"Kau bekerja bersama Theo? Cool. Apa kau datang bersamanya kemari?"

"Apa yang kau bicarakan? Aku tidak datang bersamanya kemari." Savannah mengerutkan keningnya bingung. Perhatiannya dari wanita itu segera teralihkan kepada Rafe.

"Aku melihat tadi disana, dude. Kenapa kau tidak memberitahu kalau sepupumu juga datang?" Pria berambut coklat itu hanya menepuk punggung Rafe dan meninggalkan mereka tanpa menunggu jawaban.

"Percayalah. Aku juga tidak tau kalau Theo juga datang kemari." Rafe mengangkat bahunya tak peduli lalu mengambil bir milik Savannah dan menegaknya. Savannah hanya mengernyit sembari bersyukur karena ia tidak perlu meminum bir itu.

"Aku tidak melihat dr. Ruthbone."

"Aku juga tidak."

"Aku tidak tau kalau kau sepupunya," Savannah menatap Rafe dengan tatapan tidak percaya sementara pria itu hanya tersenyum melihatnya.

"Kau tidak pernah bertanya." Rafe lalu tertawa kecil melihat raut wajah Savannah. "Sudahkah aku bilang kalau kau terlihat cantik malam ini?"

"Belum. Terima kasih anyway." Savannah bisa merasakan pipinya memanas dan memerah mendengar pujian Rafe.

tranquility | ✓Where stories live. Discover now