Bonus Chapter: New Year Kiss

10.7K 1.1K 50
                                    

London.

Daniel Wellington meminum the famous 007, vodka martini 'shaken not stirred'. Danny diam-diam merasa menyesal telah ikut datang kemari bersama sahabat dan kekasih sahabatnya, dia merasa seperti orang ketiga. Saat Kade dan Savannah tengah menari di tengah kerumunan orang-orang yang tengah berpesta, Danny duduk sendirian di dekat bar meminum minumannya.

"Liv!" Danny memutar kepalanya mendengar suara seorang wanita yang tengah tertawa bersama teman-temannya, seorang wanita bergaun merah terlihat lebih diam dibandingkan yang lainnya, wajahnya mengkerut jengkel sementara teman-temannya berusaha membuatnya lebih ceria. "Ini tahun baru Liv! Tidak seharusnya kau tidur di apartemenmu sendirian melewatkan malam tahun baru."

"Kalian bisa pergi meninggalkanku." Gadis bernama Liv itu menggerutu pelan. Suaranya nyaris tidak terdengar diantara suara debuman musik dan kembang api yang diledakkan.

"Aku akan menari, kau mau ikut tidak?" Temannya yang lain mengajaknya tapi Liv menggelengkan kepalanya. "Oke. Jangan minum lebih dari dua gelas."

"Pergilah. Hush. Hush." Liv mengusir kedua temannya dengan jemari tangannya yang lentik, dia lalu duduk diatas barstool yang berada di tepat sebelah Danny, gaun pendek yang ia kenakan terangkat sedikit ketika gadis itu duduk. "Vodka martini! Shaken not stirred." Liv berseru kepada bartender yang juga sibuk melayani pelanggan lainnya, tidak lama kemudian vodka martininya datang.

"Kau penggemar James Bond?" Entah apa yang Danny pikirkan saat itu ketika ia membuka percakapan pertama kali dengan gadis asing yang berada di sebelahnya.

Gadis itu tidak serta merta menjawabnya, dia melihat Danny sekilas menyesap minumannya lalu melirik minuman Danny. "Sama sepertimu."

"Hah?" Itu sama sekali bukan reaksi yang tepat. Danny nyaris terlihat seperti orang dungu yang tidak pernah di dekati wanita sebelumnya.

"Minumanmu." Liv menunjuk minuman Daniel yang sama sepertinya dengan kuku merahnya. Terlihat sama sekali tidak berniat untuk membahas hal lain.

"Oh ya." Danny menyesap minumannya untuk meredakan kegugupannya. "Apa yang kau lakukan disini?"

"Menikmati malam tahun baru?" Liv melirik ke Danny dan mengangkat alisnya, dagunya terangkat tinggi seperti seorang wanita berkelas.

Danny mengeluh pelan karena kebodohannya. "Maksudku, apa yang kau lakukan disini sendirian?"

"Teman-temanku memutuskan untuk menari disana." Liv mengangkat satu jemari telunjuknya lalu menunjuk kedua temannya yang menari bersama orang asing. "Kau sendiri?"

"Aku datang bersama temanku dan kekasihnya." Danny menggerutu pelan dalam hati nyaris menyesal karena memilih untuk ikut bersama Kade dan Savannah.

"Kau jadi orang ketiga?" Tanya Liv, sebentuk senyuman terlihat di bibirnya di poles lipgloss. Danny menggangguk getir dan kembali menyesap minumannya. Suara terompet, kembang api, dan musik semakin membuat suasa bising. Liv dan Danny hanya duduk terdiam melihat ribuan manusia yang berjalan bagaikan kerumunan semut di bawah bar yang berada di lantai 63.

Danny melihat minuman Liv yang hampir habis, "Kau ingin minum lagi?"

"Apa kau sedang berusaha membuatku mabuk?" Liv menghabiskan minumannya dalam sekali tegukan dan meletakkannya diatas meja bar. Danny memandangnya dengan tatapan tidak percaya, tidak pernah ada wanita yang berbicara kepadanya seperti ini. Kemana pun Daniel Wellington pergi setiap wanita akan melihatnya bahkan berusaha menarik perhatiannya terang-terangan. "Aku bercanda." Liv tertawa kecil melihat raut wajah Danny.

"Two shots of gin and vodka!" Danny berseru kepada bartender yang segera menghampiri mereka dengan dua gelas gin dan vodka.

"Bukan 007, huh?" Liv melihat minuman yang berada di hadapannya dan menyunggingkan senyun tipis. Baru kali ini Danny menyadari aksen British kental wanita yang berada di hadapannya. Orang-orang selalu memuji aksennya tapi Danny nyaris tidak pernah melakukan hal yang sama. Aksen British wanita itu membuat semua yang ia katakan terdengar mahal dan berkelas.

Sepuluh!

"Jam berapa sekarang?" Danny berteriak diantara teriakan manusia dan suara musik yang semakin membahana.

"23.59!" Liv balas berteriak. Orang-orang semakin ramai menuju ke bawah langit melihat kembang api yang semakin ramai.

Sembilan!

"Ayo! Ayo! Pegang tangan pasangan kalian masing-masing!" Suara MC terdengar jauh lebih membahana ketika suara musik sedikit berkurang.

"Kau ingin liat kembang api?"

"Apa?!"

"Kembang api?!"

"Tunggu!" Liv menghabiskan segelas vodka dan gin yang Danny belikan untuknya lalu meraih tangan pria itu agar tidak ikut terseret ke keramaian.

Delapan!

"Aku tidak bisa melihat temanku!"

"Aku juga tidak!" Danny berusaha mencari Kade dan Savannah yang mungkin berada di tengah kerumunan.

Tujuh!

"Hei, aku baru sadar matamu memiliki warna yang berbeda." ucap Liv ketika melihat mata Danny yang tersinari cahaya kembang api.

"Heterochromia." Danny berguman pelan. Senyum terbentuk di wajahnya.

"Apa?!"

Enam!

"Heterochromia!" ucap Danny lagi. Kali ini lebih keras daripada sebelumnya.

"Aku tidak mengerti!"

Lima!

Danny menatap bibir Liv yang di poles lipgloss cukup lama. Sementara Liv masih menatap kagum ke kedua mata Danny yang berbeda warna.

Empat!

Danny dan Liv bertatapan di bawah langit yang di hiasi ratusan cahaya kembang api.

Tiga!

"Pegang pasangan kalian masing-masing dan cium dia!" Suara MC itu terdengar lagi.

Dua!

"Apa?!" Liv bertanya, terlihat bingung. Orang berdesak-desakkan di sebelahnya saling menghitung hingga detik terakhir di akhir tahun.

Satu!

Mata Liv membelalak kaget ketika pria asing yang bahkan tidak ia tau namanya mencium bibirnya. Pria itu menciumnya dengan handal, jauh lebih baik daripada semua mantan-mantannya. Liv mengalungkan tangannya pada leher Danny dan berjinjit agar bisa membalas ciuman pria itu.

Danny hanya tau namanya Liv, datang bersama kedua temannya untuk menikmati malam tahun baru di salah satu bar elite di London, selain itu tidak ada lagi yang ia ketahui. Danny menghirup aroma bunga dan buah-buahan dari rambut wanita yang berada di pelukannya saat ini. Rasanya seperti vodka yang memabukkan mengingat baru beberapa menit yang lalu wanita itu menghabiskan minumannya.

Suara terompet, musik, dan teriakan orang-orang membuat Danny merasa pusing.

"Happy new year!" Semua orang, dikenal maupun tidak dikenal saling berpelukan dan berbagi ucapan selamat tahun baru.

"Dimana temanmu?" Danny berbisik di telinga wanita itu agar dia mendengarnya.

"Aku tidak tau." gumam Liv terdengar bingung.

"Aku juga tidak tau dimana temanku berada." Danny mempererat pelukannya di pinggang wanita itu agar dia tidak berpindah menjauh darinya. Bar terlihat semakin ramai dan penuh sekarang, minuman-minuman diantarkan ke tangan orang-orang yang asyik berpesta. Suara musik yang kencang membuat orang-orang menari di tengah lantai dansa. "Kau ingin pulang?"

"Aku naik mobil temanku." ucap Liv bingung.

"Maksudku, kau ingin pulang bersamaku?"

"Apa?"

"Aku tinggal disini."

"Kau menginap di hotel ini?"

"Ya." Danny memberikan senyumannya yang paling menawan melihat kebingungan di wajah wanita itu.

"Asshole." Liv mendorong Danny menjauh dan meninggalkan pria itu lalu menghilang di balik kerumunan orang-orang.

"A-apa?!" Danny menatap punggung berbalut gaun merah yang sudah menghilang di balik kerumunan orang-orang. Apa yang terjadi? Mereka berciuman lalu semuanya berjalan begitu cepat. Tiba-tiba wanita itu menghilang dari hadapannya.

Namanya Liv dan wanita itu datang bersama kedua temannya untuk malam pergantian tahun. Hanya itu yang Daniel Wellington tau.

tranquility | ✓Where stories live. Discover now