Bagian 16

22.5K 1K 27
                                    

"Apa? Menginap di rumah Ibu? Memang ada apa?" Satya yang sedang menyetir tiba-tiba merasa panik, konsentrasi menyetirnya buyar. Hampir saja dia menabrak seekor anak kucing yang menyebrang jalan. Dia meminggirkan mobilnya agar bisa mendengar suara lawan bicaranya di telepon lebih jelas dan tenang. 

Pikiran buruk mulai menyelubungi kepalanya. Apa Maya marah padanya? Apa Alex sudah menemuinya dan mengatakan hal sebenarnya? Dia ingat terakhir Maya pergi ke rumah orang tuanya karena perempuan itu marah padanya yang berbohong soal kelumpuhannya.

"Ahaha... kenapa sih kok panik gitu?"

"Kamu marah padaku ya sampai menginap di rumah Ibu?" Satya bertanya dengan nada frustrasi.

"Nggak, nggak sama sekali. Aku cuma pengin menginap di rumah Ibu saja. Kangen."

"Betul begitu? Kangen?"

Maya menjauhkan ponsel dari telinganya sejenak lalu menghela napas berat. Rasanya berat menyembunyikan kenyataan pahit dan harus terus-terusan terlihat ceria di depan Satya. Mulutnya sudah sangat tak tahan untuk menjerit, lalu menangis sejadinya, menjelaskan hal apa yang dia rasakan hari ini setelah pulang dari rumah sakit. Tapi dia menahanya sekuat tenaga.

"Halo?" Satya meninggikan suaranya.

"Ya, ya, sori tadi aku pengin sendawa jadi kujauhkan ponselnya dulu. Hehe.... Jadi gimana? Bolehkan aku nginap di rumah Ibu? Malam ini aja kok."

"Oh, gitu, baiklah. Aku pikir kamu marah padaku."

"Kalau marah aku nggak akan meneleponmu dan minta izin begini kan? Aku akan langsung kabur! Hahahaha...."

"Iya benar juga..." Satya menghela napas lega.

"Hei... tunggu! Memang kenapa? Kok sepertinya kamu yakin sekali aku sedang marah padamu? Ada apa ini?"

"Eh, itu, bukan, aku cuma khawatir saja. Perempuan kan suka tiba-tiba marah tanpa memberi tahu alasannya. Iya kan?"

"Hm... kamu nggak sedang kencan dengan cewek lain dan takut aku tahu perselingkuhanmu kan?"

"Wah! Apa-apan ini kenapa jadi bicara soal selingkuh?"

"Ahaha... bercanda kok. Aku tahu kamu setia. Sudah ya. Aku diizinkan kan?"

"Oke. Hanya semalam kan? Besok kujemput pulang dari restoran."

"Oke. Chef!"

"Ah... aku akan kesepian malam ini."

"Cuma semalam kok."

"Apa aku harus tidur dengan Satya kecilmu itu?"

"Ide bagus!"

"Ahaha... belum apa-apa aku sudah kangen, bagaimana ini?"

"Cih! Kamu nggak pernah kangen padaku saat berjam-jam ada di restoran. Gombal! Sudah ya, teleponnya kututup dulu. I love you."

"Love you too."

**

Maya menyandarkan tubuhnya ke sisi kiri tubuh Ibunya, mendekap sosok hangat itu dengan erat. Air matanya tumpah lagi. Ibu Maya menepuk lembut pundak anaknya setelah menekan tombol pause pada remote TV yang menayangkan sebuah Drama Asia.

"Sudah izin ke Satya? Benar mau menginap?" Ibunya kini menatap lembut anak satu-satunya itu.

"Hm. Aku ingin menenangkan pikiran dulu semalam di sini. Menerima kenyataan nggak semudah itu, Bu. Kalau di rumah aku takut jadi histeris dan nangis semalaman lalu bikin Satya khawatir dan penasaran. Sementara aku... aku belum siap menceritakan hal ini padanya."

Selamat Datang CintaWhere stories live. Discover now