Chapter Seventeen : Protect

2.3K 113 4
                                    

A/n : Haaay readerrrss 3 hari lagi liburan guee huhuhuuu :(( *curhat* oh iyaa ngomong-ngomong ada yang kurang ga nih dari ceritaa gue? kalau ada comment ajaa ya biar kepedannya bisa lebih bagus gituuu oh iya jangan lupaa votenya jugaa yaa biar gue semangaaat :))) dan ini chap lumayan panjang loh, ga lumayan tapi emanh HAHAHA daan selamat bacaaa

Radinka

Hampir dua jam Radin menunggu kedatangan Rafa dengan sedikit rasa bosan. Radin mencoba menghilangkan rasa bosannya dengan membaca novel, namun sialnya pikirannya tidak bisa diajak berimajinasi saat ini. Pikirannya hanya terus tertuju pada perkataan yang Zian lontarkan. 'Setidaknya lo udah bikin satu orang seneng hari ini, apa banget sih Zian, gaje deh. Satu orang? Maksudnya dia? Ah emang dia suka modus Din, jangan dibawa perasaan Din,' batinnya.

Di tengah lamunannya, Rafa pun datang dan membuyarkan lamunan Radin.

"Lo mikirin apa Din?" Tanya Rafa dengan tatapan menyelidik.

"Hah? Engga Raf, udah basketnya?" Balas Radin dengan sarkastis.

"Udah, lo marah? Lebay banget." Radin pun menhembuskan nafas dengan pelan, lalu ditatapnya mata abu Rafa dengan tajam.

"Gue ga akan marah kalau lo udah bilang dari sebelumnya, ga ngedadak."

"Okay okay, maafin gue, sebagai tanda maaf gue, gue ajak lo makan. Gue yang bayar."

"Terserah." Dan tanpa basa-basi, Rafa langsung menarik tangan Radin, dan Radin hanya bisa pasrah. Entah mengapa mengapa ia bisa semudah itu memaafkan Rafa, mengingat Radin harus menunggunya untuk waktu yang cukup lama.

Rafa langsung membawa Radin masuk ke dalam mobilnya, dan Rafa mulai mengendarai mobilnya. Di tengah perjalanan, Rafa mencoba memecahkan keheningan yang mengelilingi mereka.

"Kita mau makan ke mana? Gue terserah lo," ucap Rafa yang masih fokus menyetir.

"Terserah. Lo bawa gue ke tempat makan pinggir jalan juga ga masalah," balas Radin tanpa melihat wajah Rafa.

"Beneran? Lo ga masalah gue bawa ke tempat makan kaki lima?" Tanya Rafa memastikan dan Radin hanya mengangguk mantap.

Bukan Radin ingin mencari perhatian Rafa, namun nyatanya memang Radin lebih suka jika di ajak ke tempat makan yang berada di pinggir jalan. Radin tidak suka dengan tempat makan seperti kafe atau restoran berbintang lima, karena menurutnya orang-orang yang datang ke tempat itu bukan karena makanan, bisa saja karena nama, ajang pamer kekayaan, dan sejenisnya. Sepertinya Rafa tidak main-main dengan perkataannya, buktinya kini Radin dan Rafa telah tiba di sebuah warung nasi goreng yang letaknya tidak jauh dari sekolah mereka. 'Gue pikir dia cuman bercanda, tapi yaudah lah gue malah seneng,' batin Radin. Mereka pun memasuki tenda kaki lima, lalu duduk di tempat yang tersisa.

"Gue kira lo ga serius dengan ucapan lo," ucap Radin dengan singkat.

"Lo pikir gue suka makan di kafe-kafe atau sejenisnya hm?" Balas Rafa dengan senyum simpul yang entah sejak kapan menurut Radin terlihat manis, ah mungkin Radin sudah lelah, sehingga otaknya tidak bekerja dengan benar.

"Iya hehe."

"Asal lo tau, gue seneng pas denger lo ga keberatan gue bawa ke tempat kaki lima kaya gini." Radin hanya menatapnya heran dengan sebelah alis yang terangkat.

"Ya seperti yang lo tau, gue ga suka kepalsuan, dan seharusnya lo juga ngerti lah."

"Ya ya ya sepertinya alasan lo ga akan jauh beda dari alasan gue, Raf."

"Waw, jadi kita sama lagi?"

"Ga ada kata kita."

"Radinka.."

HiddenWhere stories live. Discover now