Chapter Fifteen : Closer

2.4K 116 2
                                    

A/n : Hay gue apdet lagi niih, so asik bgt yaa biarin lah wkwk, mumpung masih diberi waktu sebelum minggu depaan kan, dan ini juga chap yang paling panjang, 1800an words gilaa saking semangatnyaa yipppieeee! *abaikan* selamat bacaa jangan lupa vote and comment yaa, biar tambah semangat dan bikin guee bahagia lah hehee :(( :))

Rafael

Selama di mobil, hanya keheningan yang menyelimuti Rafa dan Radin. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing, tidak ada yang ingin memulai percakapan, hingga Rafa tidak tahan dengan suana hening tersebut.

"Kemarin lo sengaja ga ke kantin kan Din? Lo ngehindar dari gue?" Tanya Rafa dengan cemas

"Gue ga ke kantin bukan berarti gue ngehindarin lo Rafa," jawab Radin dengan malas, ditambah memang Radin malas membahasnnya.

"Ga usah boong sama gue Radin, gue tau lo lagi boong, emang lo ngehindarin gue kan?"

"Ya ya ya terserah lo."

"Sehina apa sih gue di mata lo sampai lo gamau ketemu gue Radin?"

"Emang dari sananya lo hina Rafa."

"Lo lebih hina Radinka."

"Biarin."

"Dasar gadis es."

"Bodo."

"Bisa ga sih lo ngomong selain biarin sama bodo, hm?"

"Biarin bodo amat." Seketika amarah Rafa memuncak melihat tanggapan Radin tidak jauh lebih baik dari sebelumnya. Ingin rasanya ia mencubit pipi Radin yang tembam hingga merah, namun mengingat ia sedang menyetir, Rafa pun langsung menepi.

"Ngapain berhenti?" Tanya Radin dengan kaget. Rafa pun langsung mengubah posisinya menjadi menghadap Radin. Tanpa aba-aba Rafa langsung mencubit kedua pipi Radin tanpa perasaan.

"Aww apaa sih lo, sakit gila," ucap Radin sambil menjauhkan kedua tangan Rafa dari pipinya.

"Lagian lo sih bikin orang greget aja deh, lo lucu tau ga sih hm?" Balas Rafa sambil mencubit pipi Radin untuk kedua kalinya. Tanpa Rafa sadari, pipi Radin memerah karena cubitannya, ditambah karena ucapannya.

"Ya terus guweh harus gemanah?" Tanya Radin tidak jelas. Mendengar ucapan Radin yang tidak jelas, Rafa langsung melepas cubitannya, lalu tangannya beralih menuju kedua bahunya, lalu ia meremasnya dengan lembut.

"Lo harus ramah, lembut ke gue ya Radinka,jangan dingin-dingin ke gue, gue juga butuh kehangatan dari lo," balas Rafa dengan senyum piciknya. Radinka pun langsung tersenyum lebar tanpa memperlihatkan deretan giginya yang rapih. Yang Rafa tidak tahu jika senyum yang Radin berikan ialah senyum palsu, dan seketika raut wajah Radin berubah menjadi dingin kembali.

"Ga," ucap Radin dengan singkat dan ketus. Emosi Rafa kembali memuncak, sehingga ia mencubit kedua pipi Radin lebih keras dari sebelumnya.

"Lo masih berani ngelawan gue ya Radinka, hm?" Tanya Rafa dengan seringai liciknya.

"Awww, ya ya ya Raf iya," balas Radin sambil berusaha menjauhkan tangan Rafa namun hasilnya nihil.

"Iya apa Radinka?"

"Iya gue bakalan ngelakuin apa yang lo bilang." Dan Rafa pun berhenti mencubit pipi Radin yang tembam.

"Tapi gue ga janji," ucap Radin dengan datar, melihat Rafa akan mencubit pipinya lagi, Radin sudah menghalang wajahnya dengan kedua tanganya. Melihat reaksi Radin, Rafa hanya memberikan tatapan tajam yang sangat mengintimidasi Radin.

"Tapi lo harus usaha," ucap Rafa dengan tatapan tajamnya.

"Hmm," balas Radin dengan singkat lalu memutar kedua bola matanya dengan malas.

HiddenOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz