Chapter Three : Plan

5.9K 291 4
                                    

Radinka

            Setelah Radin keluar dari toilet, beberapa saat kemudian terdengar bunyi bel yang menandakan jika waktu istirahat sudah habis, dan Radin pun kembali ke kelasnya, dan kegiatan belajar mengajar masih berlangsung. Radin mulai terhanyut dalam kegiatan belajar. Maklum, Radin termasuk orang yang pintar dan gigih dalam mencapai impiannya.   
        Tidak terasa waktu terus berjalan hingga bel pulang pun berdering. Banyak siswa yang berdesakan untuk keluar dari koridor, namun Radin tidak seperti itu.

"Radin, gue pulang dulu ya dadah Radin," ucap Abby sambil meninggalkan Radin, dan Radin hanya membalasnya dengan melambaikan tangan. Beberapa saat kemudian, teman-teman sekelasnya menghampiri meja Radin.

"Eh Din, ikut kita yu, kita pergi, nongkrong-nongkrong sama yang lain?" ajak Billy, salah satu teman sekelasnya

"Iya Din, cewenya juga pada ikut tuh," tambah Ibnu sambil melirik beberapa siswi yang menunggu diluar kelas

"Maaf deh, gue gabisa ikut," jawab Radin dengan ketus.

"Masa sih lo gamau ikut kita?" Tanya Tania dengan nada sinis.

"Ya kalau gabisa mau gemana lagi?" Tanya balik Radin.

"Yaudah kalau gamau, dasar SOK ALIM," jawab Tania dengan penekanan pada kata-kata terakhirnya, lalu Tania pun meninggalkan Radinka. Terlihat jika wajah Billy dan Ibnu sangat kecewa, karena Radinka tidak bisa ikut. Dengan berat hati, mereka meninggalkan Radinka sendiri di kelas. Radinka tidak merasa sendiri dan sunyi, karena pada dasarnya, dia tidak memedulikannya.

            'Selau aja kejadian kaya gini terjadi, ga di Semarang, ga di Bandung semuanya sama aja,' batin Radin. Radin pun melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda karna teman-temannya. Di tengah keasikannya, Radin merasa jika seseorang sedang memerhatikannya. Dengan malas, Radin memcoba melihat ke arah luar kelasnya, dan terlihat dari ekor mata Radin, memang benar jika seseorang sedang memperhatikannya.

            'Duh ni orang ganggu aja sih,' batin Radin. Radin mencoba untuk tidak memedulikan seseorang yang memerhatinkannya, karena saat ini tidak ada yang lebih penting dibandingkan tugasnya, namun hasilnya nihil. Kedaan seperti membuat Radin tidak dapat berkonsentrasi dengan tugasnya.   Sebenarnya, Radin penasaran dengan wajah orang yang sedang memperhatikannya, namun Radin mencoba untuk tidak terlihat kepo dengan terus belajar.

            'Mau sampe kapan sih tu orang berdiri merhatiin gue? Jadinya ga bisa konsen kan? Ah dasar pengganggu banget sih,' batin Radin dengan raut wajah sedikit kesal. Sepertinya keberuntungan sedang memihak Radin, karena orang yang memerhatikannya sudah pergi meninggalkan Radin. Akhirnya Radin bisa bernafas dengan lega karena sudah tidak ada lagi yang mengganggunya. Setelah selesai mengerjakan tugasnya, Radin pun meninggalkan kelas, lalu Radin menghubungi Kakanya, Ashton.

"Hallo kak, gemana jadi ga?" Tanya Radinka dengan santai.

".........."

"Ih ko gitu sih? Lah Kakak nyuruh Radin nungguin Kakak?"

"........."

"Yaudah Radin tungguin di kafe itu,sepi soalnya."

"........"

"Yaudah, gue otw ke kafe, Kakak hati-hati ya bye."

Radin pun memutuskan sambungan dengan Kakanya, lalu Radin pergi menuju kafe yang ia maksud. Setelah tiba di kafe, Radin mencari tempat yang kosong, dan menyimpan tasnya. Setelah itu, Radin langsung memesan Green Tea Late dan Cappuchino Late utuk Kakanya. Setelah menerima pesanannya, Radin kembali ke tempat duduknya dan menunggu Kakanya datang.

HiddenWhere stories live. Discover now