Chapter Four : Regret

5.1K 233 2
                                    

A/N

Hay readers yang masih setia sama cerita ini, maaf ya baru bisa apdet lagi soalnya banyak banget tugas-tugas yang belum kelar, ditambah tugas kelompok pula, hayati lelah bang. Maaf ya sekali lagi maaf baru bisa apdet, tapi doain yaa biar bisa apdet lebih awal dan rajin dan semoga kalian tetep setia sama cerita ini yaa

Rafael

Ketika Rafael sedang asik memikirkan rencana untuk mendekati anak baru, tiba-tiba lamunannya menjadi buyar ketika Faraz menepuk bahunya

"Eh lo daritadi diajak ngobrol, lonya malah enak enakan ngelamun. Cape  Raf ngobrol sama orang yang daritadi malah sibuk sama duniannya sendiri," ucap Faraz dengan raut wajah kecewa yang dibuat-buat.

"Sorry Raz, pikiran gue udah kacau deh kayanya, gue gabisa lama-lama deh, daripada gue disini malah ngelantur, kan ga lucu," jawab Rafa sambil bersiap-siap meninggalkan Faraz, Ilona, dan Ghazian

"Kenapa buru-buru banget seh Raf? kita udah lama ga ngumpul-ngumpul kaya gini, kapan lagi coba?" Tanya Ilona. Ketika Rafael berniat menjawab apa yang ditanyakan Ilona, dengan seketika matanya tertuju pada sesosok gadis yang berjalan meninggalkan kafe, dan tanpa pikir panjang, Rafael langsung ikut meninggalkan kafe.

Karena tidak ingin tertinggal jauh dengan gadis itu, Rafael pun mempercepat pergerakannya, namun hasilnya nihil, dan akhirnya Rafael menuju tempat parkir. Namun, ketika Rafael hendak pergi ke tempat parkiran, tanpa sengaja Rafael menabrak seseorang hingga hampir terjatuh, namun dengan sigap Rafael menahannya.

Betapa terkejutnya Rafael ketika dia mengetahui seseorang yang dia tabrak ialah Radinka,  anak baru yang menjadi pembicaraan di sekolahnya.

“Eh sorry ga sengaja," ucap Rafael dengan ramah, seramah-ramahnya, namun Radin hanya membalasnya dengan seulas senyuman yang sedikit dipaksakan. Radin pun meninggalkan Rafa yang masih tercengang dengan respon yang diberikan Radin. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Rafael pun menahan Radin dengan menggenggam pergelangan tangan Radin.

“Eh lo anak SMA Conolly kan? Soalnya seragam kita samaan," ucap Rafa dengan ramah.

“Ya terus?” Tanya Radinka dengan malas.

“Kalau kita emang se-SMA, tapi kenapa gue gapernah liat lo? Lo murid baru?”

“Hmm," jawab Radin dengan singkat. Ketika Radin mencoba pergi meninggalakan Rafael, genggaman Rafa semakin kuat, sehingga membuat Radin meringis kesakitan.

“Aww, lepasin.”

“Ga akan, kecuali lo ngasih tau nama lo."

“Emang kalo gue kasih tau nama gue untungnya buat lo apa? Kenal lo juga engga.”

“Setidaknya gue gaakan kepikiran sama nama lo," jawab Rafa. Rafa pun melepaskan genggamannya, dan lalu mengulurkan tangannya.

“Maaf gue lupa, nama gue Rafael" ucap Rafael dengan ramah, terlihat ekspresi Radin terkejut, namun dengan seketika ekspresinya berubah kembali seperti semula, dingin. Rafael pun tidak tahu mengapa Radin sempat terkejut.

“Gue Radinka," jawab Radin dengan singkat.

“Lo udah tau kan, yaudah gue pergi dulu," ucap Radin sembari meninggalkan Rafa, namun Rafa tetap menahannya dengan kembali menggenggam pergelangan Radin semakin kuat, hingga membuat Radin kembali meringis kesakitan.

“Aww lepasin! Mau lo apasih?” Tanya Radin dengan kesal. Rafa pun melepaskan genggamannya, dan diapun melihat bekas genggamannya. Betapa terkejutnya ketika melihat pergelangan Radin memerah hingga menimbulkan lebam.

HiddenWhere stories live. Discover now