Chapter Eight : Hesitate

3.1K 157 0
                                    

A/N

Hay readers, seperti yang udah gue janjiin, gue bakalan ngeapdet 2 cerita langsung, dan chapter 7, lebih fokus ke Ashton-Abby dan yang ini, kembali lagi dengan si casanova, Rafael yang terakhirnya sedikit kembali lagi ke momen Radin, Abby, dan Ashton. Entah perasaan gue aja tau ya gataulah apa, rasanya seneng banget, hampir 7 bulan ga nerusin cerita ini, dan sekarang akhirnya gue nerusin cerita ini, hope you enjoy with this part, laff you guysss xx

      Setelah mencoba untuk meminta maaf kepada Radin, Rafapun kembali menuju lapangan, untuk berlatih basket, maklum 2 bulan lagi, pertandingan basket antar SMA se-Jawa Barat akan diselenggarakan, maka dari itu, Rafa dan Ghazian harus berlatih lebih extra. Di tengah istirahatnya, Ghazian menghampiri Rafa.

"Rafa," ucap Ghazian

"Hmm apa sih Ghaz?"

"Sebelum ke rumah lo, traktir gue makan dong, beneran gue gapunya uang," ucap Ghazian dengan nada manja.

"Hmm," jawab Rafa dengan malas

"Artinya iya kan?"

"Hmm."

"Rafa, please lo jawabnya yang bener deh, gue cuman butuh jawaban 'iya' bukan jawaban 'hmmh' doang dari lo Rafael."

"Fine, gue bakalan beliin lo makanan asalkan lo berhenti bertingkah menyebalkan kaya gini. Okay?"

"Okay?"

"Please Ghazian, ini bukan film menye-menye yang suka lo tonton bareng adik lo Ghaz."

"Fine Raf fine, gue bakalan diem asal lo mau beliin gue makanan, Bhay." ucap Ghazian sambil meninggalkan Rafa dengan sedikit gaya cewe-cewe yang biasa ia lihat di film-film drama adiknya.

Bukannya marah, justru Rafa tertawa melihat Ghazian bertingkah aneh seperti itu. Bukan Ghazian namanya jika ia tidak bertingkah aneh ataupun jail setiap harinya.

Setelah selesai berlatih basket, Rafa dan Ghazian pun menuju parkiran, tepatnya menuju mobil Rafa.

"Lo gaakan ngebukain pintu mobil lo buat gue?" Tanya Ghazian seraya berkaca pinggang, dan Rafa hanya bisa mengangkat alis dan menatap Ghazian dengan tatapan apaan-sih-lo yang kontan membuat Ghazian jengkel, merasa candaannya tidak direspon baik oleh Rafa, dan Rafa hanya bisa terkekeh geli dan membiarkan Ghazian masuk ke dalam mobilnya.

Mereka pun sampai di depan restoran steak yang biasa mereka datangi ketika mereka benar-benar merasa ''lapar''. Tanpa basa-basi, Rafa langsung memanggil pelayan yang ada, dan tidak butuh waktu lama, pelayan itu menyahutnya. Rafa mulai menyebutkan pesanan mereka, dan pelayan itu pun pergi meninggalakan mereka.

"So jadi gemana?" Tanya Ghazian dengan tiba-tiba.

"Gemana apanya?"

"Ya lo, anak baru itu."

"Jadi, lo pengen gue cerita sekarang? Gamau nanti dirumah gue?"

"Lebih cepat lebih baik, bukan?"

Rafapun mulai menarik nafas sedalam-dalamnya, lalu menutup matanya untuk sesaat lalu mebuka matanya dan menghembuskan nafas di saat bersamaan, dan saat itu  Rafa pun mulai menceritakan apa yang terjadi antara Rafa dan Radin, mulai dari Rafa yang mendapati Radin sedang belajar di kelas, Radin yang terlihat di pojok meja kafe yang mereka kunjungi kemarin, hingga tangan Radin yang berakhir dengan sebuah lebam yang disebabkan oleh ulah Rafa. Rafa tidak menceritakan kejadian tadi, kejadian ia dan Radin di halaman belakang, karna menurutnya, kejadian itu seperti sesuatu yang harus ia sembunyikan dari sahabat-sahabatnya.

HiddenOù les histoires vivent. Découvrez maintenant