Chapter Sixteen : Interested

2.3K 110 0
                                    

A/n : Haay libur mau abis yaa? berarti apdetan rutin tiap harinya maau udahan dong ya yaaah:((( tapi doakan gue ya semoga pas udah kbm masih bisa apdet laah, walau seminggu seklai tapi doain lebih yaa hihiiii. Makasih bagi readers yang masih bertahan sama cerita yan bahakan konfliknya aja belum keliatan wkwk, vote and comment yaa sangat berarti :((( ,  lebih berarti dibandingkan dia, eh apalah wkwk. Happy reading yaa guysss

Rafael

"Kenapa Din?" Tanya Rafa dengan tangan yang masih mengusap puncak kepala Radin.

"Hah? Engga kenapa-kenapa,"balas Radin sambil menurunkan tangan Rafa dengan sedikit lembut.

Rafa hanya bisa tersenyum simpul, melihat kelakuan Radin. Baru saja Rafa bisa mencairkan gadis es di sisinya, namun seketika gadis es itu pun kembali lagi menjadi es. 'Sekalinya es tetep aja jadi es lagi, kapan jadi airnya sih lo, Radin?' batinnya. Rafa pun langsung melirik jam tangan milik Radinka. 8 menit lagi ya? Yaudah ke kelas aja deh, batin Rafa.

"Din udah mau masuk nih, kita cabut ya," ucap Rafa dengan singkat.

"Hmm iya," balas Radin dengan singkat.

"Radinka.."

"Ya emang gue harus bilang apa? Yaudah."

"Ya ya terserah." Rafa pun langsung menarik tangan Radin, namun Radin menepisnya.

"Jangan sentuh gue," ucap Radin dengan dingin, seperti biasa. Malas berdebat dengan Radin, Rafa hanya mengiyakannya.

Di tengah perjalan, terdengar seseorang memanggil Rafa, kontan saja Rafa langsung mengenggam tangan Radin, namun Radin langsung mengangkat tangannya.

"Gausah pegang-pegang, gue gaakan pergi,"ucap Radin dengan ketus, dan Rafa hanya bisa mengangkat bahunya dengan lemas. Rafa pun menoleh dan melihat siapa yang baru saja memanggilnya.

"Habis dari mana Raf?" Tanya Ilona penasaran.

"Dari suatu tempat," balas Rafa dengan ketus.

"Oh, bareng Radin?" Tanya Ilona dengan tatapan menyelidik.

"Iya."

"Oh."

"Ga usah khawatir gitu deh Lon, gue sama Radin ga ngapa-ngapain."

"Iya Rafa iya, yaudah gue duluan." Ilona pun meninggalkan Rafa dan Radin, dan mereka pun melanjutkan perjalanan. Tanpa disadari, mereka telah sampai di depan kelas Rafa.

"Din gue masuk dulu ya," ucap Rafa dengan ramah.

"Hm, gue duluan ya," balas Radin dengan dingin, seperti biasanya. Belum juga Radin melangkah, Rafa sudah memanggilnya lagi, kontan saja Radin menoleh.

"Apa lagi Raf?" Tanya Radin dengan kesal.

"Ga jadi, jangan lupa nanti pulang bareng gue. Nanti gue ke kelas lo."

"Hmm." Radin pun memutar bola matanya dengan malas, lalu meninggalkan Rafa. Ingin rasanya Rafa mengungkapkan yang sebenarnya, namun melihat Radin yang masih dingin dengannya, lebih baik Rafa menunggu hingga Radin menyadarinya.

Radinka

Radin pun meninggalkan Rafael. Ia masih bingung, melihat wajah Ilona yang sangat cemas. Yang Radin lihat, Ilona cemas melihat Rafa bersama dirinya, mungkin Ilona cemas karna sayang kepada Rafa, entahlah Radin mencoba mengabaikannya. Sesaat kemudian, bel pun berdering. Radin pun belajar dengan serius, mungkin tidak benar-benar serius, karena saat ini ia masih mengingat raut wajah Ilona. 'Ilona siapanya Rafa sih, pacarnya? Dia kan gapunya pacar, mantannya? Ah ga mungkin deh mantan bisa akur, terus siapanya sih? Radinka Idonia, kenapa lo kepikiran Rafael sih? Emang bagusnya Rafa sampai lo mikirin dia terus sih? Jernihkan otak cerdas lo itu Radinka,' batinnya.

HiddenWhere stories live. Discover now