Chapter Six : Sorry

4.1K 181 4
                                    

A/N :Hay readers maaf banget baru apdet setelah 3 minggu hilang kabar, soalnya sibuk sama tugas inggris, ya ekskul maklum yaa anak sma biasa pengen keliatan so sibuk bhaak, eh ga deng bercanda. Makasih ya yang masih setia ngebaca cerita aku, doain yaa semoga ga telat apdet yaa aamiin and happy reading guuys

Rafael

Setelah Radinka meninggalkan Rafa, Rafa pun langsung menuju kelasnya, karena bel sudah berdering, yang menandakan jika waktu istirahat telah habis. Rafa pun kembali ke kelasnya dan melanjutkan kegiatan belajarnnya. Selama pelajaran, Rafa hanya bisa melamun. Bukannya belajar, tapi Rafa sibuk dengan pikirannya sendiri. Masih teringat jelas bagaimana ia melihat Radin.

Masih teringat jelas tatapan kosongnya, namun masih tersirat rasa benci kepada Rafa di matanya. Rafa pun masih mengingat bagaimana ia bertemu Radin pagi hari tadi, dengan keadaan yang sangat diluar dugaannya.

Berutung sekali gurunya tidak menyadari Rafa yang masih melamun, namun sahabatnya, Ghazian menyadarinya.

"Heh Rafa?" Tanya Ghazian sambil melambaikan tangannya di depan mata Rafael, tapi Rafa tidak menyahutnya.

"Rafael sadar woy," ucap Ghazian, lagi seraya menampar pipi Rafa, sehingga membuat Rafa tersadar dan meringis kesakitan dengan suara yang cukup keras, dan kontan saja membuat semua orang yang ada di kelas menoleh padanya, tak terkecuali gurunya, Pak Ahmad

"Ada apa Rafael?" Tanya Pak Ahmad

"Hah? Engga Pak tadi kaki saya keinjek hehehe," jawab Rafa dengan bingung, dan Pak Ahmad hanya bisa membalas dengan anggukan.

"Apaan sih Ghaz make acara nampar gue segala," ucap Rafa dengan kesal

"Suruh siapa sih lo ngelamun? Ngelamunin apa emang?" Tanya Ghazian.

"Hah? Gue ga ngelamunin apa-apa Ghaz."

"Halah boong banget sih lo Raf." Dan yang ditanya hanya bisa diam, kontan membuat Ghazian bingung.

"Gue cuman heran aja Ghaz sama anak baru, Radin." Ucap Rafa dengan nada serius

"Emang Radin kenapa?" Tanya Ghazian dengan serius.

"Dia tuh aneh Ghaz, misalnya kemarin waktu gue anterin dia kerumahnya. Biasanya cewe-cewe yang lain pada seneng, atau keliatan so manis di depan gue, tapi dia nolak gue mentah-mentah Ghaz."

"Kemarin? Nganterin? Lo sama Radin udah kenal? Kenapa lo bisa kenal sama dia? Bukannya kemarin kepala lo pusing ya?" Tanya Ghazian dengan wajah kaget, penasaran, dan marah dalam satu waktu. Mungkin terlihat aneh, tapi itulah sifat Ghazian, selalu ekspresif.

Tanpa sadar, Rafa sudah memberitahukan Ghazian misi rahasianya, dan Rafa pun sadar jika tadi ia kelepasan menceritakan pada Ghazian. Rafa memaki dirinya sendiri karena telah keceplosan menceritakannya. Mau tidak mau dia harus menceritakannya kepada Ghazian dan memintanya untuk menutup mulut dari sahabatnya yang lain, Faraz dan Ilona.

"Sssst Ghaz, cuman lo doang yang boleh tau. Janji ya lo gabakal cerita ke Faraz, apalagi Ilona."

"Gue bisa tutup mulut, asal lo cerita ke gue semunya. Inget SEMUANYA," ucap Ghazian dengan penekanan di kata "Semuanya" dan Rafael hanya bisa mengangguk lemah. Tidak terasa jam pelajar telah habis, sehingga murid-murid diizinkan untuk meninggalkan sekolah.

Banyak murid SMA Connolly berbondong-bondong meninggalkan sekolah, namun masih ada juga murid-murid yang betah di sekolah, entah karna urusan ekskul atau hanya ingin bersantai dulu sejenak. Hari ini Rafa harus berlatih basket bersama teman-teman ekskulnya, termasuk Ghazian. Sebelum mereka menuju lapangan basket, Ghazian menepuk pundak Rafa, kontan membuat Rafa menoleh.

HiddenWo Geschichten leben. Entdecke jetzt