"Kak Naomii!!" Teriak seorang anak kecil berpakaian kotor mendekat ke arah Naomi lalu memeluknya.

"Hai! Apa kabar? Nih, Kakak bawa nasi. Kamu bagiin ya?" Ucap Naomi sambil mengusap puncak kepala anak kecil yang tadi memeluknya.

Anak kecil itu mengangguk lalu membagikan nasi yang di berikan Naomi tadi dengan wajah cerah. Naomi ikut tersenyum melihat anak-anak yang selama ini ia berikan makanan bahagia. Cukup seperti ini Naomi juga sudah bahagia.

"Makasih ya Kakak cantik udah dateng kesini setiap hari." Ucap anak kecil sambil tersenyum lebar pada Naomi.

Naomi berjongkok lalu tersenyum. "Iya, Kakak bakal dateng kesini setiap hari. Kakak janji. Mm, Kakak pamit dulu yah, mau ke rumah temen." Naomi mengusap puncak kepala anak kecil itu lalu masuk ke dalam mobilnya. Naomi melambai lalu memacu mobilnya menuju panti asuhan yang selama ini rutin ia datangi.

Sesampainya di sana, Naomi langsung tersenyum lebar saat melihat Sinka yang sudah menunggunya di depan pintu pagar. Gadis cantik yang berumur enam tahun itu sudah Naomi anggap seperti adiknya sendiri karena memang Naomi tidak memiliki adik. Sinka sangat menggemaskan. Sinka berponi rata serta pipinya sangat gembul.

Naomi keluar dari mobilnya sambil melambai pada Sinka. Naomi membuka pintu belakang mobilnya lalu mengeluarkan boneka panda yang baru ia beli di pinggir jalan.

"Hai Dudut Sinka! Apa kabar?" Tanya Naomi sambil tersenyum lebar.

"Wah Ci Omi dateng bawa boneka panda. Buat Dudut yaa?" Tanya Sinka sambil tersenyum lebar.

Naomi tersenyum lalu menggeleng. "Lah? Siapa bilang? Orang ini buat Yupi. Dudut kan bonekanya udah banyak."

Sinka mendadak langsung manyun. Sinka menghentakan kakinya lalu kembali ke dalam. Naomi mengikutinya dari belakang lalu merangkul Sinka yang tingginya sangat jauh.

"Yah, Dudut ngambek. Masa pandanya Ci Omi ngambek. Nih, buat Dudut, Cici bercanda doang kok." Naomi menyodorkan boneka panda berukuran sedang pada Sinka sambil tersenyum tulus.

Sinka memekik bahagia lalu mengambilnya dengan semangat. "Wah, makasih ya Ci Omi! Cici baik banget sama aku! Bonekanya pasti aku simpen walaupun kasur aku udah gak muat buat naro boneka sampe di marahin sama Umi Uty."

Naomi tersenyum lalu masuk ke dalam Panti Asuhan untuk menyapa anak-anak yang lain. Naomi sangat dekat dengan penghuni Panti Asuhan ini. Bahkan mereka senang setiap Naomi datang ke sini.

"Naomi...." Sapa Ibu-Ibu memakai jilbab yang berwajah cantik.

"Umi." Naomi mendekat ke arah orang yang di panggil Umi itu lalu menyalaminya. "Umi apa kabar? Baik?"

"Baik, Umi baik. Kamu gimana? Sekolahnya lancar kan?" Tanya Umi Uty.

Naomi menyengir. Umi Uty sama sekali tidak tau kelakuan Naomi di luar dan Naomi juga tidak mau sampai Umi yang sudah ia anggap sebagai orang tuanya tau bahwa Naomi adalah anak nakal kalau di luar.

"B-baik kok Umi, baik." Jawab Naomi sambil tersenyum.

"Naomi jangan nakal-nakal ya. Naomi harus nurut sama Papanya. Bersyukur Papa Naomi masih ada. Kamu masih beruntung, liat mereka. Mereka nggak punya orang tua. Mereka juga mau kaya Naomi, hidup senang sama orang tuanya. Tapi apa boleh buat takdir berkata lain." Jelas Umi Uty panjang lebar sambil mengusap bahu Naomi. "Umi ke dapur dulu ya, mau masak. Naomi temenin anak-anak yang lain ya."

Naomi mengangguk lalu mendekat ke arah Yupi yang sedang mewarnai. "Hai Yupi, kok aku dateng kamu nggak sambut? Gak kangen ya?"

"Nggak. Kak Naomi jahat. Masa cuma Sinka aja yang dibeliin boneka. Aku juga mau." Jawab Yupi sambil manyun.

When Bad Meet Good [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang