02. Agel and Erica

269K 11K 131
                                    

Suasana lapangan basket di salah satu sekolah Internasional di Manhattan begitu ramai.
Para siswa bersorak sorai memberi dukungan pada dua sejoli yang saling menatap itu sebelum memulai permainan mereka.

Ralat.

Permainan terakhir mereka. Agel dan Erica.

"Hah, jadi kau belum ingin menyerah juga?" Erica menatap Agel dengan pandangan mengejeknya.

Agel menggeleng dengan cepat.

"Kau ini, tadi aku memang sengaja mengalah. Tapi di permainan terakhir ini, aku tidak akan!" ucap Agel menaikkan dagunya tinggi-tinggi dan menepuk-nepuk dadanya.

Tadi mereka seri, jadilah permainan di ulang sekali lagi.

"Cih, alasan!" Erica dengan sengaja melayangkan tinjunya ke perut Agel.

Lalu mereka berdua saling menatap lagi, sampai-

"Hei, sampai kapan kalian seperti itu? Cepatlah sedikit!" teriakan itu menyadarkan Agel dan Erica.

Erica menatap tajam pada pemilik suara itu. Deril.

Deril yang di tatap seperti itu hanya nyengir dan mengangkat tangannya ke atas.

Lalu ia mendekati Agel dan Erica. Ia merampas bola basket dari tangan Agel dan berdiri di tengah dua orang yang sudah bersiap siaga.

Tanpa aba-aba, Deril melemparkan bola ke atas lalu ia berlari keluar dari lapangan.

Namun Erica kalah cepat, Agel yang berhasil meraih bolanya, ia mengerlingkan sebelah matanya pada Erica yang menggerutu kesal.

"Menyebalkan!" umpat Erica lalu mengejar Agel dengan cepat.

Namun lagi-lagi Erica kalah cepat. Agel sudah mendapat skor 1.

Ia tersenyum senang. Bagaimana pun juga, Erica memang sangat pandai bermain basket dan sulit di kalahkan.

Tapi kali ini, Agel akan berusaha keras demi mendapatkan hati Erica.

Agel terus menghindar dari Erica saat gadis itu ingin merebut bola darinya.

Erica berhenti sebentar. Tenaganya hampir habis. Dan Agel juga berhenti dan ia mendekati Erica.

"Lelah?" tanya Agel lembut dan Erica mengangguk. Erica menundukkan kepalanya lalu menyeringai licik.

Dengan gerakan cepat dan gesit, Erica merebut bola dari tangan Agel dan langsung menggelinding bola tersebut menuju keranjang lawan.

Agel hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Erica yang terus mengelabuinya.

"Curang!" Agel merebut kembali bola saat sudah lolos dari keranjang.
Erica menghela napas lelahnya. Kalau sudah begini, akan sulit baginya merebut bola dari Agel lagi.

Ia melirik ke arah papan skor dan membelalakkan matanya.

Bahkan skor Agel sudah melampaui batas dan sudah jelas Erica kalah.

Agel melemparkan bola terakhir ke dalam keranjang dan lapangan itu kembali di ramaikan dengan sorakan para pendukung Agel.

Agel tersenyum penuh kemenangan.

Ia berlari mendekati Erica yang berdiri tepat di tengah lapangan basket lalu menarik Erica kepelukannya.

"Lalu?" tanya Agel mengulum senyumnya.

"Lalu apanya?" tanya Erica balik, Erica berusaha mendorong tubuh Agel, tapi tidak bisa karena Agel memeluknya sangat erat.

"Ayolah, An. Jangan lupa dengan janjimu," Agel melepas pelukannya lalu menyeka peluh keringat di dahi Erica.

Amour VraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang