BAGIAN PERTAMA: SAMURAI

Magsimula sa umpisa
                                    

"Aku janji!"

"Baguslah kalau begitu." Dia memasang senyum manisnya.

Itu dia, senyuman itulah yang aku sedari tadi tunggu. Bertubuh seperti model tidak terlalu tinggi ataupun pendek, berambut biru panjang, mata biru muda, berkulit putih, dan berwajah manis plus cantik. Siapa yang tidak mau melihat wajah manisnya, bahkan aku rela menjual rumahku hanya untuk membeli foto senyumnya. Berkat kecantikannya itu, aku jatuh cinta kepadanya.

"Geno-kun, kenapa kau senyum-senyum sendiri?" Dia sedikit memiringkan kepalanya, dan memasang wajah manis kebingungannya.

"Bukan apa-apa."

Kami pun sampai di kelas. Aku duduk di bangku yang terletak di tengah ruangan, dan tentu saja, Aya-chan duduk di sampingku. Jadi, aku bisa melihat dia terus. "Terima kasih, Tuhan!" Itulah kalimat yang selalu kugumamkan setiap duduk di bangkuku.

"Selamat pagi, Ouka, Himari-chan!" sapa temanku. Dia seorang siswa berambut coklat pendek, berkulit putih, mata coklat, dan headphone yang selalu dia gantungkan di lehernya.

"Oh, Itsuka, selamat pagi."

"Selamat pagi, Itsuka-kun."

Dia mendekatkan kepalanya ke telingaku. "Ouka, pesananmu sudah ada."

"Te-Tentang itu, aku tidak jadi belinya."

"Kenapa?"

"Kalau Aya-chan tahu, tamatlah aku."

"Kalian sedang membisikkan apa?"

"Bu-Bukan apa-apa! Iya, kan, Itsuka!?"

"I-Iya..." Dia merangkul leherku, dan kami pun berbalik. "Apa jangan-jangan..."

"Iya, dia mengetahuinya."

"Hm, sayang sekali. Lagipula, kenapa juga kau memesan majalah itu? Padahal kau bisa menikmati "itu" setiap hari."

"Apa maksudmu?"

"Tentu saja dengan melihat tubuh erotis Himari-chan."

"UGHH!" Gara-gara dia berbicara seperti itu, sepintas tadi aku membayangkan melihat tubuh Aya-chan yang ingin sekali aku "lihat". Dan menyebabkan hidungku mengeluarkan sedikit darah. "MANA MUNGKIN!!"

"Geno-kun, kenapa kau berteriak seperti itu?"

Aku membalikan badanku. "Bu-Bukan apa-a..." Tiba-tiba dia memegang lengan yang sedang menutupkan hidungku.

"Kenapa kau menutup hidungmu?" Dia memasang wajah kebingungan yang imut lagi. Akibat itu, pikiranku memperlihatkan "tadi" lagi. Dan hidungku mengeluarkan darah lagi.

"Bukan apa-apa!"

"Apa kau baik-baik saja?"

"Iya, aku baik-baik saja. UGH!" Hidungku mengeluarkannya lagi.

"Ahh, hidungmu berdarah. Ayo kita pergi ke UKS."

"Tidak perlu, aku ba..."

"Jangan paksakan diri, aku tidak mau terjadi hal yang buruk kepadamu." Dia mengatakan itu dengan wajah cemas yang manis sekali.

Setelah itu, aku tidak ingat lagi dengan apa yang terjadi. Tapi menurut Itsuka, aku tiba-tiba menyeburkan darah yang banyak dan pingsan.

"Apa sekarang kau merasa baik?" Sekarang kami berdua sedang berjalan pulang.

"Iya, aku sudah baikkan."

"Uhh, padahal kalau memang kau sedang sakit, seharusnya kau bilang kepadaku. Jadi aku tidak akan memaksamu sekolah."

AKU INI APA? S1 Dan S2 (Slow Update)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon