"Sampai terakhir dia tinggal denganku dia tetap tidak mau bekerja seperti aku. Dia berkerja serabutan. Terakhir menjadi pembantu rumah tangga harian."

Kasihan. Aku harus bertindak, mencarinya dan segera membenahi hidupnya.

Aku benar-benar sudah gila. Setiap jam dalam hidupku aku terus mengingatnya. Aneh bukan? Hanya karena mulut penuh sensasinya dia mampu bertahan di isi otakku.

Kurang ajar bukan?

"Bos acara unplugged band indie sudah dimulai, acaranya cukup ramai di bawah." anak buahku memanggil. Baiklah aku rasa istirahat sejenak cukup mengalihkan pikiranku.

Acara musik di club sepertinya menarik. Aku memang sengaja akan membuat perubahan. Sekali dalam sebulan di malam minggu music club berubah. Formatnya pun lebih seperti cafe. Tenang dan nyaman. Tidak ada hentakkan musik dengan bantuan para dj.

Aku hanya mengangguk dan keluar dari ruang persembunyianku. Aku sudah jarang merayu dan mendekati tamu club. Semua karena rasa bersalahku dengan gadis bernama Muna.

"Lo tenang aja kali ini temen gue mau harga mahal. Orangnya masih virgin dan sangat butuh duit. Lo mau nggak?"  sekelibat ku dengar member club sedang berbicara dengan seseorang di ponselnya. Aku cukup kenal dengan dia. Koleksi wanitanya berbagai macam. Aku tertawa mendengar kata yang ia keluarkan.

Virgin?

Kenapa pria brengsek seperti kami sangat penasaran dengan wanita virgin? Itu harga mahal kawan. Aku tidak akan pernah mau bermain dengan mahkota yang bukan seharusnya ku renggut. Terlebih hanya untuk kepuasan semalam.

Oke aku akui siapa diriku ini? Pantaskah aku berbicara dalam hal ini? Banyak yang bilang jangan berlagak suci jika masih betah bermain di air kotor. Tapi jika menyangkut kehormatan wanita yang satu itu aku merasa miris. Tidak adil.

Kelak aku akan menikah dan menginginkan mahkota sucinya. Memang sih aku ini termasuk barang bekas tapi disinilah letak egois pria bermain. Karena itu aku hanya mau bermain dengan wanita yang sudah melepas mahkotanya. Aku merasa cukup adil sebagai pria brengsek yang banyak maunya.

"Iya lo ke sini deh, biar liat langsung. Dia akan manggung sebentar di sini duet sama temen gue."

Oke jadi ajang lihat melihat terjadi di tempatku. Terserahlah aku tidak perduli. Aku berjalan ke tempat kebangsaanku. Wilayah bar. Aku suka sekali meracik minuman untuk para tamuku. Aku tidak perduli mereka tahu atau tidak aku pemilik club ini. Aku hanya suka mencurahkan hobby ku di tengah menjaga club.

Kulihat malam ini suasana club cukup ramai. Konsep malam ini memang sedikit tenang. Aku mempersilahkan berbagai band indie untuk sekedar promosi di club. Sudah beberapa group band yang tampil. Pengunjung terlihat sangat menikmati. Kuakui konsep club memang perlu dirubah.

Satu group band kembali menaiki panggung. Banyak yang bersorak ramai menyambut. Aku masih menikmati gelas-gelas yang sedang ku racik. Ini cukup membuat tenang kepalaku. Lagupun segera dimainkan.

♪♪♪ Ingatkah kawan kita pernah saling memimpikan? Berlari-lari tuk wujudkan kenyataan. Lewati, segala keterasingan. Lalui jalan sempit yang tak pernah bertuan

Bonus Palsu Where stories live. Discover now