Bab 2. Itu

9.8K 545 11
                                    


Araya pov

Terjebak disatu ruangan yang masih sama dengannya membuatku hanya bisa pasrah atau aku yang memang menyerahkan diriku secara sukarela padanya.

Tidak, aku tidak menyerahkan diriku, dia yang menculikku karena aku masih ingat saat aku tertidur tadi ada didalam kamarku sendiri tapi kenapa saat terbangun aku ada dikamarnya apalagi kalau bukan dia yang menculikku, tidak mungkin aku jalan sendiri sambil nutup mata kerumahnya jarak rumahku dan rumahnya sangat jauh butuh satu jam jika naik kendaraan kalau jalan kaki kan butuh dua jam dan bakalan sempat pegal, terbangun sebelum aku sampai kerumahnya.

Tapi bagaimana dia menculikku? apa dia menyuruh orang suruhannya yang tinggi - tinggi, memakai kacamata hitam, kemeja hitam, celana hitam, mirip yang kaya difilm - film gitu.

Tapi dengan tujuan apa dia menculikku?? Perasaan kemarin kami cuma saling ketemu dicafe tanpa mengucapkan sapatah katapun. Bahkan aku masih ingat kejadiannya.

Terdiam di kursi tanpa melakukan pergerakan sedikitpun, hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Melihatnya yang tak jauh dari keberadaanku, dia sedang tertawa dan tersenyum sesekali ia akan memukul lengan pria dihadapannya.

Huft. Kenapa sangat terasa menyakitkan, kenapa hati ini harus sakit, liatlah kenyataan ya liatlah kenyataan kalau dia nggak bakalan menjadi kuncimu yang paling berharga.

"Aya" kupalingkan tatapanku kedepan lalu mencoba tersenyum untuk menutupi perasaanku.

"Daritadi dipanggil kok nggak digubris sih, aku takut kalau kamu nanti kesurupan" hahaha gadis dihadapanku ini memang mampu membuat moodku membaik, kucubit kedua pipinya dengan gemas.

"Apaan sih, sudah deh nggak usah kaya Della" ucapnya seraya menghempaskan tanganku, dia merengut sebal.

"Setiap kita berdua nama Della nggak pernah absen ya" seketika wajahnya memerah, pasti dia malu sekarang.

"Gue absen kok".

"Ish, menyebalkan jangan bikin kaget bisa jantungan gue" ucap Arisa seraya memukul tangannya, Della hanya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal lalu duduk disebelahku, aku sempat melirik Arisa dia terlihat sedih tapi kenapa? Bukannya Della sudah datang ya.

"Si Yana belum datang syukur deh berarti gue bisa minta traktiran".

"Lu jangan sok kere gitu deh".

"Lu kenapa sih dari kemarin sewot aja sama gue kaya gue punya salah aja?" ucap Della menatap Arisa bingung begitu pula denganku.

"Lu nggak punya masalah tapi kelakuan lu yang salah" Hah??? Aku tak mengerti ucapannya dan aku melirik Della dan sepertinya dia juga tak mengerti

"Bisa artikan aku ucapannya?" tanya Della kepadaku, mereka memang selalu menggunakan kata aku dan kamu saat berbicara denganku.

"Aku juga nggak tau".

"Malas banget gue ngomong sama orang yang nggak peka" ucap Arisa seraya menyesap mocachinonya.

"Ih, gue pekalah buktinya gue bisa membedakan yang mana manis,asin,pahit, dan asam itu berarti lidah gue masih dalam keadaan sehat walfiat kalau kamu Ay lidah kamu masih sehat?" aku ikut mengangguk dan terlihat Arisa semakin kesal dengan kami berdua.

"Terserah lu sama teori bodoh yang lu buat itu".

"Ih, ini bukan teori bodoh tau ini fakta ketahuan sih nggak pernah perhatikan guru biologi kalau ngomong" aku ikut kembali mengangguk, Arisa terlihat geram sendiri membuat kami berdua bingung.

Key And YouWhere stories live. Discover now