DUA - YOU'RE MY DAY'S EYE

Start from the beginning
                                    

Dia tidak hadir dalam pernikahanku dan Kara. Aku sangat memahaminya karena akan menyakitkan untukku juga, jika Chris harus menikah dengan orang lain. Kebenciannya kepada mantan istriku, sepertinya masih disimpannya hingga sekarang. Aku tidak tahu pasti, karena tidak pernah menanyakannya.

Aku menyandarkan punggung ke kursi ketika Adam dengan berlari, masuk ke ruangan dan langsung mengalungkan lengan kecilnya di lenganku.

"Pa, Adam boleh ikut nganter bunga?"

Suara Adam membuatku mengalihkan pikiran tentang Chris dan dengan kedua lengan, aku mengangkat tubuhnya untuk duduk di pangkuanku.

"Adam mau ikut siapa?'

"Mas Banyu!"

Bukan pertama kali ini aku mendengar nama Banyu keluar dari mulut Adam. Bahkan, Adam pernah bertanya kepadaku, apakah Banyu boleh menginap di rumah ketika aku harus ke Ubud hingga larut. Aku berhasil memberikan alasan untuk meolak permintaannya. Bukannya keberatan dengan Banyu ada di rumah, hanya saja tidak tepat membiarkan Banyu menginap. Yang jelas, suasana hati Adam berubah jelek keesokan harinya.

"Lama?"

Adam menggeleng. "Bentar Pa. Boleh ya?"

Aku tidak pernah mampu menolak permintaan Adam jika dia sudah mengeluarkan nada manjanya. Aku mencium kedua pipinya sebelum mengangguk.

"Jangan gangguin Mas Banyu dan yang lainnya ya? Mereka kerja."

Kali ini, Adam mengecup pipiku dan mengangguk. "Nggak nakal. Janji."

Aku hanya bisa tersenyum sebelum Adam turun dari pangkuanku dan segera berlari keluar dan menghampiri Banyu. Adam adalah kebahagiaan terbesar dan aku harus bersyukur masih memiliki waktu bersamanya.

***

Aku meminta Mbak Eni untuk menjemput Adam, supaya dia bisa mandi dan makan malam di rumah. Masih ada beberapa hal yang harus aku selesaikan. Aku tidak akan bisa berkonsentrasi jika Adam masih terjaga, karena aku pasti lebih memilih untuk menemaninya hingga tertidur daripada menyelesaikan perkerjaan. Ketika Made, security yang datang untuk menjaga toko setiap malam datang, aku masih menekuri laptop. Menyibukkan diri, dengan mempelajari beberapa proposal dari calon supplier dan juga mengecek pesanan-pesanan yang harus kami penuhi untuk seminggu ke depan.

Alasan lain aku masih berada di Jasmine hingga pukul 9 malam, adalah mengalihkan pikiranku dari kepergian Adam ke London mau pun kedatangan Chris yang bisa kapan saja. Aku perlu memikirkan Jasmine sejenak. Spaghetti yang menjadi menu makan siang bersama Adam tadi, masih cukup untuk membuatku menunda makan malam.

Aku membiarkan mataku terpejam hingga langkah kaki yang tertangkap telingaku, membuatku kembali membuka mata. Jasmine sudah tutup dua jam yang lalu, hingga aku tidak tahu siapa yang harus kembali ke kantor. Banyu kemudian muncul dan dia sempat menghentikan langkah melihat lampu ruanganku masih menyala. Aku memberikan senyum sebelum beranjak dari kursi.

"Ada yang ketinggalan Banyu?"

"Charger saya, Pak. Kok Bapak masih di sini?"

Aku tersenyum. "Ada yang masih harus saya kerjakan. Kamu ada acara, Banyu?"

"Tidak ada. Saya kan masih sendiri, Pak. Acara saya sehabis dari kantor ya makan terus tidur. Kalau masih belum ngantuk, saya baca novel yang Bapak pinjamkan atau menonton film."

"Saya sudah mau selesai dan belum makan malam. Kamu mau menemani saya?"

"Asalkan saya tidak harus berganti pakaian," jawab Banyu sambil tersipu.

SEBUAH PILIHAN HATIWhere stories live. Discover now