DUA - YOU'RE MY DAY'S EYE

6.1K 381 64
                                    

Putu sudah hampir menyelesaikan rangkaian bunga yang akan digunakan nanti malam untuk grand opening sebuah restoran Perancis di daerah Jimbaran, ketika Adam duduk di sebelahnya. Aku hanya sempat membuka log book begitu sampai di Jasmine. Memandang Adam dari balik dinding kaca ruangan, aku masih belum bisa membayangkan jika kursi yang diduduki Adam sekarang akan kosong dalam hitungan minggu.

Aku menghela napas sembari menyalakan laptop. Ketika kembali disuguhi nama Chris di sana, aku terdiam. Membalasnya atau tidak seperti sebuah dilema. Aku memutuskan untuk membalas surel lain yang berhubungan dengan Jasmine, ketika pintu ruanganku diketuk.

"Silakan."

Sosok Banyu terlihat ketika pintu ruanganku terbuka.

"Pagi, Pak."

Mengenakan polo putih dengan bordir JASMINE di bagian dada sebelah kiri dan rambut pendeknya yang dibiarkan sedikit berantakan, aku memintanya untuk menutup pintu.

"Apa kabar, Banyu?"

"Saya baik, Pak. Bapak sendiri hari ini bagaimana kabarnya?"

"Masih sama seperti kemarin dan kemarinnya lagi," jawabku ringan. Banyu tahu, Adam selalu menjadi alasan jawaban atas pertanyaan seperti itu. Paling tidak, dengannya.

"Saya baru tahu kalau Adam akan ikut Ibu ke London. Saya pasti kangen Adam."

Aku mengangguk. "Banyak orang yang akan kangen sama Adam. Saya bahkan tidak tahu bagaimana hari-hari saya tanpa dia."

"Saya ikut prihatin, Pak."

Aku tersenyum. "Saya akan baik-baik saja. Ada yang perlu saya tanda tangani?"

Banyu menggeleng. "Saya hanya ingin memastikan Bapak sudah baca e-mail yang dikirim oleh Ibu Gloria kemarin. Beliau kembali telepon tadi dan menanyakan Bapak."

"Saya akan hubungi Ibu Gloria segera. Ada yang lain?"

"Itu saja, Pak."

"Baiklah. Kamu bisa melanjutkan pekerjaan kamu."

Banyu mengangguk. "Saya permisi dulu, Pak."

Sebelum Banyu sepenuhnya menutup pintu ruangan, aku memanggilnya. "Banyu?"

"Iya Pak?"

"Adam ingin kamu ke rumah lagi. Kamu tidak keberatan kan?"

Ada sunyi sebelum Banyu membalasku. "Sama sekali tidak, Pak."

"Have a good day, Banyu."

Begitu dia berlalu dari ruangan, aku menghela napas sebelum kembali menekuri laptop.

Mengabaikan logika, aku membuka kembali surel dari Chris dan menekan REPLY.

From : Adrian Wirayoga

To : Chris Burton <chris.burton@bluefoil.co.fr>

Subject : RE: Indonesia

Date : 11.14 AM, March 15, 2013

Chris,

Finally, your dream to live in Indonesia, will happen soon. I have no doubt that you will find me. You always have a way to find me.

Adrian

Aku membaca kembali balasan untuk Chris sebelum menekan SEND. Jika menundanya, aku pasti akan berubah pikiran.

Menyebut Chris hanya sebagai masa lalu, bukanlah hal yang sepenuhnya tepat. Dia tidak pernah menjadi masa lalu. Aku masih ingat pertengkaran hebat kami ketika mengatakan kepadanya, aku harus menikah dengan Kara. Dia tentu saja tidak bisa menerima fakta itu dengan mudah. Dia mendatangi Kara dan terlibat adu mulut hingga membuatku pergi ke Skye untuk menenangkan diri. Chris menemukanku. Entah bagaimana dia melakukannya, mengingat kami belum pernah ke Skye berdua. Menyakiti Chris adalah hal terakhir yang aku inginkan, tetapi aku melakukannya. Kami bicara selama dua jam malam itu dan Chris melepasku, meski dia mengatakan akan terus menyimpan hatinya untukku.

SEBUAH PILIHAN HATIWhere stories live. Discover now