13. DON'T SPEAK

Começar do início
                                    


"Sarah... Maafkan aku. Aku mengira, jika aku masih bisa membujuk keluargaku. Jika kita masih bisa bertahan sedikit lagi...


"Sedikit lagi? Aku sudah menunggu lama!! Aku sudah mengorbankan waktuku hanya untuk menunggumu yang pada akhirnya memberiku kekosongan!" bentak Sarah. Airmatanya mengalir deras. Dia menyapu kasar dengan tangannya. Dia terisak kencang. "Kau selalu meminta waktu untuk membujuk mereka... Dan aku selalu luluh dan memberi waktu..." 


Sarah meremas bajunya. "Tapi ini sudah kesekian kalinya. Aku lelah..." 


"Aku tahu." 


"Kau tak tahu!!! Aku sudah menua, semua sahabatku sudah menikah. Hanya aku yang tertinggal. Apa kau tahu bagaimana perasaanku?"


Derek mengangguk. Matanya berkaca-kaca, "aku tahu! Aku tahu...." Derek tak menahan diri lagi.

 Dia sama sedihnya dengan Sarah, "aku sama hancurnya sepertimu." 


Sarah mendengus. Kesedihannya menguap, kini yang tertinggal hanyalah rasa kecewa yang memelopori rasa marahnya. 


"Yah, yah... Kau berjanji. Kau mengingkari. Berapa kali kau memberiku harapan? Berapa kali Derek?"


Derek tersentak, sudah tak terhitung. Dia menghancurkan hati Sarah lagi dan lagi. 


Dia kejam!


Dia...


Tapi apa lagi yang bisa dia lakukan. Dia masih belum bisa melepas Sarah. Dia masih ingin bersama Sarah. Halangan terberat mereka yang menyebabkan tak adanya pernikahan hingga sekarang adalah keluarganya. Mereka tak menerima Sarah. Dan Derek selalu berharap dia bisa membujuk keluarganya. Berulang kali, sampai sudah tak ada waktu lagi. 


9 tahun. Bukanlah waktu yang sedikit mereka korbankan. 


"Aku minta maaf. Aku sudah berusaha, aku masih bisa berusaha, Sarah." 


Sarah menggeleng. Menunduk sedih, "Sudah cukup Derek..."


"Sarah..."


"Aku lelah! Aku sudah memberimu ultimatum, sudah cukup. Ini untuk yang terakhirnya kalinya..."


Wajah Derek berubah pucat.


Dia panik.


"No!! Sarah... Aku..."


"Don't! Don't speak!" 


"Tidak Sarah!!" 


Sarah mendongak. Matanya menatap Derek dengan sedih. Dia berkabung atas duka mereka. Tak bisa bersama. Saling mencintai tapi tak bisa memiliki. Rasanya begitu sakit. 


Dia tersedak lagi, karena dadanya begitu sesak. 


"Let me go.... "


Derek menggeleng. 


"Please, Derek..."


"Tidak Sarah!"


"Let me go... Please..." 


Mata mereka mengunci. Wajah mereka tertekuk penuh luka. 


Kesunyian yang mencekam, suara tarikan nafas bahkan terdengar begitu menyakitkan telinga. 

Wajah Sarah memelas, memohon agar Derek melepasnya. 


Dia ingin membuat Derek mengerti, sudah tak ada harapan lagi. Sudah tak ada waktu lagi. 


"Please..."


"But I love you..." Desak Derek. "I love you so much..."


Sarah mengiyakan Derek. Dia mengangguk, memahami perasaan Derek. "I know. I know, I love you too, tapi ada banyak cara mencintai, Derek, salah satunnya dengan melepaskan... We are done. Let me go..." 


"Tapi aku..." 


"Lepaskan aku Derek..." 


Derek mengalihkan tatapannya. Airmatanya mengalir, dadanya sesak. 


"Please..." 


Derek menarik nafas. jantungnya berdebar kencang. Hatinya berdarah. Dia tidak sanggup untuk merelakan Sarah. Dia mencintai Sarah.


"Beri aku waktu lagi..."


Sarah menggeleng, dia terisak kembali. "Sudah cukup Derek. Tolong!" 


Derek menutup wajahnya, suara kecil, seperti tangisan yang tertahan terdengar darinya. 


Mereka menangis. 


"Aku mencintaimu." 


"Aku tahu Derek. Aku juga mencintaimu..." 


Ada jeda, jurang pemisah mulai terbentuk. 


Derek tetap menutup wajahnya. Pandangannya menggelap, udara disekelilingnya menipis. Ini seperti menusuk jantungnya sendiri. 


Rasa nyeri dia rasakan di setiap bagian tubuhnya. 


Dia mengerang! Ini sakit... 


"Aku mengerti...." Katanya parau, suaranya basah oleh air mata. "Pergilah Sarah..." 

.

.

note : melepaskan terkadang menjadi kunci mencari kebahagiaan...

End.

Romance Suspense Short Story Collection [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora