Bagian 7

25.4K 1.2K 3
                                    

Maya duduk dengan seorang laki-laki. Pakaiannya santai, dia hanya mengenakan kaos hitam lengan panjang yang lengan bajunya digulung hingga siku memamerkan otot lengannya yang cukup seksi. Mereka sudah sekitar dua jam lalu duduk di kafe ini dan membicarakan banyak hal, terutama soal naskah novel Maya yang sedang dalam proses terbit.

"Jadi naskahnya sudah oke?" Maya menelan potongan cheese cake terakhirnya.

"Iya, sudah siap masuk cetak."

"Ah, syukurlah. Aku benar-benar sedang repot beberapa hari ini, Bay. Suamiku itu sedang sakit, bahkan untuk meluangkan waktu merapikan naskah saja kayaknya susah banget. Aku kadang cuma tidur dua jam semalaman."

"Ahaha... repot ya kalau sudah menikah. Itulah kenapa aku nggak mau nikah muda." Bayu adalah editor yang menangani novel-novel Maya. Meski terlihat santai sebenarnya dia laki-laki yang sangat cerewet apalagi kalau sudah berhubungan dengan masalah edit-mengedit-naskah.

"Repot banget! Kalau boleh milih mending jomblo lagi deh. Dia itu benar-benar sok keren! Sok merintah-merintah kayak Raja! Pokoknya bikin darah tinggi."

"Hush! Nggak boleh ngomongin suami yang jelek-jelek.”

“Abis gimana, aku merasa dijajah!”

“Dan kamu diem aja? Nggak kayak kamu banget?"

"Terus aku harus gimana? Dia selalu ngancam akan melapor ke Ibuku. Bukan cuma itu... dia itu kan kakinya lumpuh, aku jadi nggak tega. Meski kadang aura nenek sihirku sering muncul juga. Aku ingin rasanya menendang belakang kursi rodanya sampai dia terpental ke luar rumah kalau sedang menyebalkan. Mati-matian aku menahan perasaan itu."

"Huahahahaha...." Bayu tertawa sampai geli, melihat ekspresi Maya yang menggebu-gebu menceritakan soal suaminya. Maya dan Bayu sudah sangat akrab, empat tahun terakhir mereka banyak bekerja sama untuk penerbitan novel. Mereka pun jadi semakin akrab, Maya nyaman ngobrol dengan Bayu yang santai. Bukan cuma soal novel, Bayu dan Maya juga banyak berbagi cerita soal kehidupan pribadi mereka.

"Sial! Malah ngetawain!" Maya cemberut.

"Lagian kamu bodoh banget sih. Si Fabian, pacar terakhir kamu itu cowok yang hampir sempurna banget lho! Kayak tokoh-tokoh di novel romantis. Ganteng, kaya, sopan, baik, perhatian, ah, apa lagi? Eh, malah kamu tinggalin gitu aja. Masih suka lihat sosial medianya Fabian?"

"Ah, Fabian... dia langsung blokir aku di semua sosial medianya. Kayaknya sakit hati banget."

"Mana ada laki-laki yang nggak sakit hati diputusin tiba-tiba?"

"Padahal aku udah berusaha mutusin dia sebelum perasaannya makin dalam supaya sakit hatinya juga nggak terlalu dalam. Emang dari semua mantan aku dia yang paling baik."

"Ckckck...."

"Dia nggak komentar apa pun, maksudku... dulu ada mantan yang abis diputusin nggak terima sampai orang tuanya datang ke rumah maki-maki aku. Ada lagi yang sampai mengirim teror, aku dapat paket kotak berisi tikus mati, bahkan SMS-SMS kebencian. Ah, sinetronisasi banget! Fabian nggak, dia nerima gitu aja, dia nggak protes apa pun, malah seperti lenyap ditelan bumi."

"Status FB-nya masih sering nulis yang sedih-sedih. Di path dia masih suka upload foto kalian lho, di caption biasanya dia tulis 'kenangan' gitu. Dia masih belum move on tapi mungkin mencoba menjauh darimu. Dia tahu kamu udah menikah. Aku kan upload foto waktu datang ke resepsimu di path. Dia kasih 'love', wah pasti nyesek banget. Kasihan."

"Segitunya ya?"

"Kalau aku cewek pasti udah aku pacarin tuh!"

"Ahahaha... gilaaa! Aku berdoa dia ketemu cewek yang benar-benar sayang sama dia, segera, semoga." Ucap Maya tulus.

Selamat Datang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang