-6-

14.9K 662 6
                                    


"Dia anakku." Ucap Leinna yang akhirnya memberanikan diri untuk buka suara.

Kedua orangtua Leinna tentu sangat terkejut dengan pernyataan ini yang berarti juga bahwa anak pertamanya ini sudah tidak virgin lagi.

Bukan hanya kedua orangtuanya saja yang kaget dan terejut, adik Leinna, Lyra pun ikut tersentak dan sedikit terlihat matanya sudah setengah melotot karena ulah kakaknya yang tidak bisa menjaga dirinya.

"K-Ka-Kamu bohong kan? Bilang mama sekarang kamu bohong kan?" Tanya mamanya yang masih belum percaya.

"Jangan bilang botol susu dan popok bayi itu punya Sherryl?" Pertanyaan yang dilontarkan Lyra itu sontak membuat seluruh isi ruangan menatap focus kepada Leinna.

"Tapi, tunggu deh. Papa gay akin itu anak Leinna, masa udah segede gitu? Kapan dia hamilnya? Kapan dia melakukannya? Kapan dia melahirkannya?" Sejuta pertanyaan yang masuk akal itu terlontar dari mulut papa Leinna dan diikuti oleh anggukan mama dan Lyra.

"Sedangkan Sherryl sekarang umurnya udah sama kayak Leinna, yakan?" Lanjutnya.

Memang benar semua yang telah dipertanyakan oleh papa Leinna, tidak mungkin itu anaknya kalau umurnya saja hampir sama.

"Kayaknya dia anak ajaib pah," Sambar Lyra begitu saja yang membuat air mata Leinna terus mengalir bahkan semakin deras dan akhirnya mama menenangkan anak pertamanya ini.

"Hush! Ngomongnya!" Kata mama Leinna dan diikuti dengan gerakan tubuhnya yang mendekati Leinna lalu memeluknya dengan erat.

"Mama gak marah, asalkan kamu cerita sekarang semuanya sama kita." Ucapnya. Walaupun ia tahu Leinna belum sepenuhnya tenang, tetapi apa boleh buat daripada suasana makin kacau dan emosinya makin bertambah lebih baik Leinna cerita semuanya sekarang. Pikirnya.

Leinna mulai menarik nafas dalam, mengatur nafasnya dan mulai menenangkan pikirannya lalu dia mulai menceritakan semua kejadian 'aneh' itu sambil mengingatnya, walaupun sebenarnya Leinna sedang berusaha melupakan semuanya.

"Gini ceritanya, waktu mama sama papa pergi kerja di luar kota dan pada saat yang bersamaan Lyra juga lagi nyelesaiin kuliahnya di luar kota dan saat Nadya lagi nginep dirumah tiba tiba aja ....

*Flashback on*

Lelah sekali rasanya tubuh ini, tak biasanya diriku seperti ini.

"Hey Leinna, itu ketubanmu pecah. Ayo kita ke bidan sekarang!" Ucap Nadya, teman dekatku yang sekarang sedang berada di tempar tidurku.

Ketuban? Bukannya ketuban hanya dimiliki oleh orang yang sedang mengandung dan ingin melahirkan?

"Lah, kok ketuban? Lo kira gue hamil apa Nad." Jawabku dengan tatapan bingung kearahnya.

"Yaelah lo tuh gak percaya banget sama gue sih Len."

Hamil? Masa iya sih gue hamil? Dihamilin siapa coba?

"Awww, sakit Nad sakitt.." Rintihku seketika. Memang benar ini perut sakit banget minta ampun, seperti mau menstruasi namun lebih sakit lagi. Tapi aku masih bersikeras bahwa ini bukan hamil.

"Tuh kan bener Len kata gue, udah yuk gue bawa ke bidan" Nadya terus membujukku entah kenapa. Tapi aku sdah tidak kuat berdiri, apalagi berjalan. Belum dengan jalanan yang sungguh macet di hari kerja ini. Oh tuhan, bayi apakah ini? Cobaan apa yang engkau telah berikan kepadaku?

"Engga, gue Cuma mules paling mau dateng bulan doang kok. Gapapa." Lagi lagi aku membela diri yang memang benar kenyataannya bahwa aku fine fine saja.

Bastard!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang