BONUS CHAPTER 6

36.5K 2.3K 63
                                    

"Man, ini siapa lagi yang belom diundang?" Nida bertanya sambil memeriksa kembali nama-nama undangan yang sudah ditulisnya.

"Liat daftarnya sama Nurcahaya. Eh, undangan buat kolega bisnisnya Arka dipisah, ya? Tau kan yang mana?" Manda menjawab sambil merapikan undangan-undangan yang lain.

Nida mengangguk. "Tau kok. Nur, liat daftar namanya."

"Bentar, gue lagi ngecek juga. Eh, rumah Elizabeth udah pindah. Gimana, nih?" Nurcahaya menatap Manda yang sedang serius menghitung jumlah undangan.

Mungkin karena terlalu serius dan takut lupa dengan hitungannya, Manda tak menjawab, membuat Nurcahaya mendengus. "Udah, nggak usah diundang," putusnya.

"Undang lah. Alamat emailnya belom ganti, nanti gue kirim lewat email. Mudah-mudahan dibaca." Selesai menghitung, Manda langsung menjawab. "Hadeuh, gue capek."

Sementara Nurcahaya langsung mencibir. "Lagian, ngurus undangan sendirian."

"Biarin," Manda menjulurkan lidahnya. "Eh, sini deh undangannya."

Nida memberikan sebagian undangannya pada Manda. "Itu udah ditulis semuanya. Tangan gue pegel anjir."

Saat ini, Manda, Nida dan Nurcahaya sedang mempersiapkan undangan pernikahan Manda dan Arka yang akan diselenggarakan sebulan lagi. Manda bahkan tak menyangka bisa menikah begitu cepat, bahkan sebelum dirinya menjadi perawat.

Kalau ingat kejadian di rumah Arka beberapa bulan lalu, Manda jadi malu.

Manda menatap pintu kamar Arka yang tertutup rapat. Arka marah padanya karena kelabilan wanita itu dan sifat menyebalkannya yang lain.

Manda menarik napas, lalu menghembuskannya kasar. Wanita itu tahu, kalau Arka pasti marah. Tapi, dia tidak tahu kalau marahnya Arka bisa membuatnya ingin menangis.

Saat sedang berpikir, sebuah suara muncul yang membuatnya hampir mengumpat.

"Arka, aku mau ngambil barang yang ketinggalan!"

Kenya. Itu suara Kenya. Jadi, teman yang menginap di sini tadi malam  yang dimaksud Sandra itu Kenya. Dan, Arka baru saja mengantarnya pulang.

Dalam hatinya, Manda mengutuk Kenya dan segala tingkah menyebalkan wanita itu. Sudah jelas Arka memiliki calon istri, tapi wanita itu sepertinya tidak peduli.

Manda menoleh, matanya bersitatap dengan Kenya yang berada di lantai dasar. Lantas, wanita itu mengetuk pintu kamar Arka tidak sabar. "Arka, ayok kita nikah!"

Manda terkekeh. Lucu juga kalau mengingat itu. Karena setelah Arka membuka pintu kamarnya, pria itu menampilkan ekspresi kaget yang lucu.

"Man, Kenya diundang nggak, nih?" Pertanyaan Nida membuyarkan lamunan Manda.

Manda menoleh. "Undang. Namanya diukir pake sepidol, Nid. Oh iya, kasih tulisan tamu VVIP biar tau rasa. Sekalian, kasih gambar bunga-bunga biar spesial."

Sementara Nida dan Nurcahaya yang mendengarnya langsung tertawa ngakak. "Segitunya, Man." Nida mendecak kagum.

"Iya dong. Bila perlu nih, gue kasih arak-arakan pas dia dateng. Terus, gue kasih kursi di depan pelaminan buat dia duduk biar nyaho. Siapa suruh gangguin calon suami orang? Kayak nggak laku aja," Manda mencibir.

"Tapi Man, gue suka gaya lo," Nida mengacungkan kedua ibu jarinya berlebihan.

---

"Arka, mau ke mana kamu?"

Arka yang sedang berjalan menuruni tangga dengan pakaian rapih berhenti karena pertanyaan Sandra. "Mau maen sama temen-temen."

"Sekalian dong, mampir ke butik buat ngambil baju Bunda yang salah ukuran waktu itu."

ALLAMANDA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang