BAB 8

47K 2.9K 111
                                    

MANDA dan Arka sudah sampai di salah satu rumah makan lesehan. Tempat ini tak terlihat seperti di kota-kota besar. Sederhana dan pegunungan banget. Manda sih senang-senang saja diajak ke sini. Jarang-jarang bisa makan di tempat yang alam banget kayak gini. Karena di Jakarta sendiri kebanyakan rumah makannya tertutup, atau paling banyak gaya-gaya anak muda jaman sekarang.

Arka membimbing Manda masuk. Cowok itu melangkah sedikit di depan Manda. Kalau Manda mengingat penampilannya saat ini, dia jadi malu. Namanya juga abis kerja kelompok, ya pasti sudah tak cantik lagi. Berbeda dengan Arka yang kelihatannya masih segar dan ganteng. Manda jadi minder.

"Duduk."

Sebenarnya, tanpa disuruh pun Manda akan duduk. Lagipula untuk apa dia di sini? Menunggu Arka makan? Memangnya dia pembantu Arka?

Manda duduk di depan Arka. Cewek itu melipat kakinya di depan. Tak lama, seorang pelayan datang membawakan menu.

"Gue pesen ayam bakar biasa aja deh, sambelnya yang pedes ya."

Kalau dipikir-pikir, yang namanya sambel pasti pedas.

"Minumnya es teh manis saja."

"Kalo gitu, saya samain aja." Arka bahkan memesan tanpa melihat daftar menu. Manda itu orangnya tak pilih-pilih makanan. Selama itu enak, ya dia makan. Mudah kan? Jadi tak perlu merogoh kocek banyak jika ingin makan bersama Manda.

Lalu pelayan itu pergi, meninggalkan Arka dan Manda.

Manda kok mendadak jaim gini ya? Duduknya jadi manis gitu. Biasanya dia tak peduli mau makan dengan siapa, cewek itu tetap pada gayanya. Kalau kata Zafran 'selengean'. Tapi sama Arka rasanya malu-malu gitu. Berdua doang lagi.

"Tadi kerja kelompok apa?

"Eh?" Kebiasaan Manda kalau berdua dengan Arka itu ya melamun. Cewek itu masih tak menyangka bisa sedekat ini dengan Arka. Padahal kan pertemuan pertama mereka tak terlalu bagus.

"Tadi kerja kelompok apa?" Arka kembali mengulang pertanyaannya yang tadi. Dia nampak tak keberatan sama sekali.

"Oh, Fisika." Manda menjawab seadanya, tanpa embel-embel apapun. Memang begitu kan seharusnya.

"Dari jam berapa?"

"Jam 10."

"Sampe jam 3? Kerja kelompok apaan?" Arka nampak kaget. Cowok itu membulatkan matanya yang sudah bulat. Tak terlalu bulat juga sih. Baiklah, berhenti membicarakan bentuk mata Arka.

"Biasalah, cewek. Ngerumpi dulu berjam-jam."

Arka menganggukkan kepala mengerti. Cowok itu yang tadinya ingin membuka mulut tidak jadi karena pesanan mereka sudah datang.

Manda sebenarnya juga sudah lapar. Karena sejak di rumah Nida tadi dia hanya makan cemilan keripik singkong. Itu juga dikuasai Nurcahaya. Jadi dia hanya makan sedikit. Tapi kok rasanya cara makannya jadi berbeda gini. Jadi lebih cewek gitu. Bukan maksudnya Manda bukan cewek. Tapi seolah-olah pergerakannya dibatasi karena kehadiran Arka itu.

Arka sendiri makan dengan tenang, tanpa terganggu sedikit pun dengan keberadaan Manda. Cewek itu berulang kali menatap Arka, lalu menatap ayam bakar di depannya. Menggoda sih, tapi kok jadi kurang berselera gini?

"Kenapa nggak dimakan?" Arka yang memang sejak tadi melihat Manda tak menyentuh ayam bakarnya lantas bertanya. "Enak kok."

Manda mana tau ayam itu enak atau tidak. Cewek itu kan belum memakannya.

"Mau disuapin?" Arka menawarkan diri. Cowok itu benar-benar mengambil tempat makan Manda dan memindahkan tepat di depannya.

"Eh, kok?" Manda panik sekaligus kebingungan.

ALLAMANDA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang