BAB 1

71.5K 4.1K 82
                                    

HARI pertama...

Manda berjalan penuh percaya diri di koridor sekolah. Matanya menatap nyalang tiap murid yang menatapnya meremehkan. Cewek itu sedikit sakit hati sebenarnya saat mengingat betapa banyak temannya dulu. Dan sekarang tak ada satu pun orang yang mau berteman dengannya. Jangankan berteman, menyapanya saja enggan.

Namanya, Allamanda Cathartica. Sebuah nama yang diambil dari bunga allamanda atau biasa disebut bunga terompet yang berwarna emas atau kuning. Orang-orang percaya, jika mereka memiliki tanaman allamanda di pekarangan rumah mereka, bunga itu bisa menjadi tolak bala bagi pemiliknya. Nama itu diberikan oleh Novea -Ibu Manda- yang amat sangat menyukai bunga berwarna kuning itu.

Novea sudah meninggal sejak Manda menginjakkan kakinya di kelas 2 SMP. Wanita itu meninggal karena penyakit leukimia yang sudah lama bersarang di tubuhnya. Manda sempat mengalami keterpurukan yang amat mendalam saat pertama kali melihat jasad Ibunya yang sudah tak bernyawa di atas ranjang rumah sakit. Dan sekarang, seiring berjalannya waktu, cewek itu mulai mengerti dan memahami. Mencoba terbiasa dengan hidupnya yang hanya ditemani oleh Reza dan Zafran.

Manda salah satu murid SMA Global yang mungkin terdengar biasa saja dan tak sepopuler murid lain. Dia saat ini sudah kelas XI dan Zafran kelas XII. Keduanya hanya terpaut satu tahun.

"Allamanda!" Pekikan itu berasal dari seorang cewek yang duduk di kursi, tepatnya di tengah-tengah kelas.

"Stop panggil gue dengan nama aneh itu! Panggil gue MANDA!" Manda sedikit memberikan penekanan pada namanya agar Nazwa mengerti dan berhenti memanggilnya dengan nama yang aneh.

Manda tak bermaksud menghina nama pemberian Ibunya. Cewek itu hanya merasa aneh sertiap kali orang-orang memanggilnya seperti itu. Ibaratnya, dia itu orang asing dengan nama aneh.

Manda menyukai bunga allamanda. Tapi jika itu dijadikan nama seseorang rasanya agak aneh. Dan Manda merasakannya.

"Gimana?"

"Apa?" Manda sedikit mengernyitkan dahinya saat Nazwa -Sahabat satu-satunya di sekolah ini-melontarkan pertanyaan entah untuk apa.

"Keluarga lo." Manda manggut-manggut mengerti. "Baik-baik aja."

Sementara Nazwa mendengus. "Itu doang?"

"Ya terus? Lo nanya itu kan? Gue jawab bener dong?" Manda semakin mengernyit tak mengerti. Pasalnya, Nazwa ini kalau nanya membuatnya bingung. Bukannya langsung ke inti, justru muter-muter entah kemana.

"Ya masa lo nggak ngerti juga."

Nazwa masih mengajak Manda bermain kode-kodean membuat cewek itu makin tak mengerti. "Apaan sih?"

"Nggak seru lah. Gue kan malu kalo harus ngomong buka-bukaan sama lo."

Diam. Manda berpikir dalam. Memangnya Nazwa mau buka-bukaan soal apa?

Manda tersentak menyadari sesuatu, setelahnya, dia tertawa keras. "Oh, oh, hahaha." Manda sampai harus memegang perutnya yang mungkin sebentar lagi akan keram karena terlalu berlebihan saat tertawa. Tapi biarlah, di antara semua masalahnya kemarin, hari ini cewek itu bisa tertawa puas menyadari kebodohannya. "Ngobrol dong, gimana sih."

"Nyebelin lo, ah!" Nazwa memberenggut kesal. Manda ini memang kadang suka bego disengaja sih.

"Ya ampun, maap-maap. Gue kan nggak tau, Wa. Lagian lo kenapa sok kode-kode coba? Biasanya juga frontal." Cewek itu masih tertawa kecil.

"Biasalah, jaim gue."

"Yaelah, lo jaim aja belom laku-laku."

"Sialan! Mirror please!" Nazwa mencibir. Tangan cewek itu rasanya gemas ingin menyumpal mulut Manda yang lagi-lagi menertawakannya.

ALLAMANDA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang