Chapter 11

1.7K 38 4
                                    

"Kenapa kau tertawa geli?" Tanya Louis yang masih memeluk tubuh Angeline.

"Kau ini berlebihan Lou," Angeline menarik tubuhnya dari Louis. "Aku sudah memaafkanmu dari dulu. Tenang saja. Aku tak menganggap hal itu terlalu serius."

"Jadi.... Tak ada lagi pertengkaran diantara kita?" Louis tercengir.

"Tidak." Satu kata yang keluar dari mulut Angeline itu membuat Louis merasa lega.

"Teman?" Louis mengangkat jari kelingkingnya.

"Teman." Angeline mengaitkan jarinya pada milik Louis. Mereka saling tersenyum.

Ternyata diam-diam Summer mengintip Louis dan Angeline yang saling menatap dan tersenyum itu. Summer pun berbalik, ia langsung mencari ponselnya, menelpon Deleika.

"Halo?"

"Deleika!" Seru Summer, ia menutup mulutnya dengan tangannya sejenak. Ia sadar suaranya terlalu besar.

"Ada apa, Summer?"

"Louis dan Angeline sudah berbaikan."

"Ma- maksudmu?" Deleika terdiam sejenak sambil mencerna kata-kata Summer.

"Louis meminta maaf kepada Angeline. Bahkan mereka berpelukan!" Seru Summer. "Lalu saling mengaitkan jari kelingking mereka, beratatapan, dan saling tersenyum.

"Yang benar kau?"

"Tentu saja, aku tak berbohong. Jika kau tidak percaya padaku, kau bisa tanyakan pada Louis."

"Oke, aku percaya padamu." Kalimat yang terlontar dari mulut Deleika membuat Summer tersenyum puas. Pasti Angeline akan ditindas habis-habisan oleh Deleika, pikir Summer.

"Lalu bagaimana latihan hari ini?" Deleika mengganti topik pembicaraan, walaupun ia merasakan cemburu yang mulai membara.

"Entahlah. Ehm, sudah dulu ya."

"Oke. Byeee" lalu Deleika mematikan handphone nya. Ia berpikir, apa yang dikatakan Summer itu semuanya benar? Apa Louis benar-benar melakukan hal itu?

***

Deleika berangkat lebih pagi dari biasanya. Ia ingin menanyakan hal itu pada Louis.

Deleika pun sampai di pintu kelasnya. Ia menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan. Mencari sosok lelaki berambut coklat yang memiliki suara khas itu, Louis.

"Gotcha." Gumam Deleika pelan ketika ia melihat Louis sedang berkumpul, mengobrol dengan teman-temannya. Deleika pun berjalan menghampiri mereka.

"Hey Deleika!" Sapa Harry yang sedang duduk memangku Clista.

Louis berbalik, dilihatnya Deleika sedang berdiri, menatapnya dengan pandangan yang tak biasa. Pandangan penuh tanya.

"We need to talk, Lou." Deleika menatap Louis dengan serius. Louis merasa bingung sekaligus penasaran, karena Deleika terlihat sangat serius. Tidak seperti biasanya.

Deleika pun menggenggam tangan Louis dan menariknya.

Mereka sampai didekat unit kesehatan sekolah, disamping loker.

"Ada apa?" Tanya Louis lembut.

"Jawab jujur." Mendengar pernyataan Deleika yang serius, Louis mengangguk perlahan. Entah apa yang membuat tangan Deleika dingin, berkeringat karena gugup.

"Apa yang kau lakukan dengan Angeline kemarin?"

"Maksudmu?" Kening Louis mengerut.

"Apa yang kau lakukan dengan Angeline kemarin? Apa itu tidak cukup jelas, Lou?" Suara Deleika sedikit meninggi. Membuat Louis terkejut, ada apa dengan gadis ini?

"Aku hanya meminta maaf padanya." Aku Louis dengan jujur.

"Aku tahu. Selain itu?" Tanya Deleika lagi. Louis terdiam beberapa saat sambil terus menatap Deleika.

"Kau memeluknya, bercanda dengannya, bahkan mengantarnya pulang kan?" Deleika tersenyum palsu.

"Ya. Lalu kenapa?" Tanya Louis bingung. Louis berpikir lagi ketika menyadari kali ini Deleika yang terdiam. "Kau masih menganggap hubungan kita?"

Mendengar Louis bertanya seperti itu, Deleika langsung menatap Louis. Menatap mata birunya yang kehijauan. "Jadi kau menganggap hubungan kita berakhir?" Tanya Deleika balik.

"Memang begitu kan? Kupikir kau sudah tidak menganggapnya lagi sejak kejadian itu. Kau juga sudah tidak mencintaiku lagi kan? Bahkan kau menyukai Z--"

"Aku tidak menyukai Zayn, Lou!" Bentak Deleika. Airmata mengalir deras dipipinya. "Baiklah jika itu mau mu." Lalu Deleika meninggalkan Louis yang hanya terpaku ditempat ia berdiri. Deleika terus menangis dan berlari.

Gadis itu bingung, ia tidak tau ia ingin kemana. Deleika menabrak seseorang. Ketika mendongak, mata Deleika dan Angeline bertemu. Angeline menatapnya dengan bingung. Sedangkan Deleika melemparkan tatapan sinis.

"Aku akan memberinya pelajaran nanti." Ucap Deleika dalam hatinya.

Deleika dan Angeline kembali berjalan. Deleika masuk ke dalam kamar mandi. Ia bertemu Summer yang sedang berkaca sambil memakai parfumnya.

Summer langsung mengalihkan pandangannya pada Deleika yang matanya sangat merah karena menangis.

"Deleika....?" Summer menatap Deleika dengan sedih, ya semua itu palsu. Hanya sebuah sandiwara.

Summer langsung memeluk Deleika. "Kau yang sabar ya." Summer mengelus pundak nya.

Deleika mengangguk dan menangis lagi. "Aku sangat membenci Angeline. Aku akan membalasnya!" Gumam Deleika dipundak Summer, membuatnya tersenyum puas dengan liciknya.

Angeline's POV

Kenapa Deleika menatapku seperti itu? Seolah-olah aku adalah orang yang paling ia benci.

Aku melanjutkan perjalanan ku. Aku menelusuri koridor. Langkahku terhenti ketika melihat Louis bersender diloker dekat unit kesehatan sekolah sambil menunduk.

Tunggu. Apakah ini ada hubungannya dengan Deleika?

"Loui" sapaku dengan lembut.

Louis mendongak, "Oh, hey Angeline."

"Kau kenapa?" Aku berusaha untuk bertanya dengan hati-hati. Aku hanya takut melukai perasaan Louis yang terlihat sedang sedih sekarang.

"Deleika menangis karena ku."

Aku mengerutkan keningku. Apa maksudnya?

"Maksudmu?"

Louis mengambil nafas panjang, lalu melanjutkan kalimatnya. "Ada hubungannya denganmu. Karena kejadian kemarin. Ketika aku meminta maaf padamu, lalu memelukmu. Dan juga mengantarmu pulang." Louis menundukkan kepalanya sekali lagi. Ia terlihat merasa sangat bersalah.

"Tunggu. Bagaimana Deleika bisa tahu semua itu?" Tanyaku bingung.

Louis mendongak dan menatapku, "kau benar...."

Setelah itu aku dan Louis terdiam sejenak.

"Emm.... Vira, tidak mungkin. Niall juga tidak mungkin. Ia terlalu polos." Ucapku. "Zayn? Ah tidak mungkin. Untuk apa juga ia memberitahumu kan."

"Harry dan Clista juga tidak mungkin. Mereka langsung bermesraan ketika kita selesai makan siang." Ujar Louis.

Detik selanjutnya, aku dan Louis kembali bertatapan. "Summer!" Seru kami berdua sambil mengangguk yakin. Siapa lagi kalau bukan Summer?

Hidden FeelingWhere stories live. Discover now