Chapter 7

2.1K 25 0
                                    

Hari mulai pagi. Aku terbangun dan melihat Niall masih tertidur pulas disebelahku. Ugh, dia terlihat sangat tampan.

"Huaaaahhhh....." Niall menguap.

"Morning Nialler." Ucapku sambil tersenyum kearahnya.

"Morning sexy." Gumam Niall pelan.

"Apa?" Tanyaku ketika menyadari perkataan yang terlontar dari mulut Niall. What's wrong with him? Apa ia salah bicara? Apa nyawanya belum berkumpul?

"Hah? Tidak. Maksudku.... Morning Vira." Niall tercengir gugup.

Aku tertawa pelan. "Sekarang hari selasa ya?" Tanyaku santai.

"Hahahaha, iya. Sekarang hari selasa." Jawab Niall santai sembari tertawa kecil.

"SELASA?!" Seru kami bersamaan ketika menyadari bahwa hari ini masih hari sekolah! Ya Tuhan..... Bagaimana aku bisa lupa?! Sial!

"Oh, no no no. Ladies first! Kau ini bagaimana sih?! Kau seharusnya mengalah, Niall!" Aku menghalangi Niall yang ingin masuk ke kamar mandi.

"Hey hey hey. Jangan karena aku laki-laki, justru aku yang terus mengalah. Sekali-kali kau lah!"

"Apa? Memangnya ini rumah siapa?!" Aku terbelalak.

"Rumah mu."

"Itu kau tahu. Sudah ah! Daripada kita bertengkar tidak jelas dan memperlama semuanya, lebih baik..... Aku duluan!" Aku sedikit mendorong Niall, lalu aku menutup pintu kamar mandi dengan keras dan langsung menguncinya.

"Yeaaaahh! Aku pemenangnya. Kau kalah, Horan!" Aku menjulurkan lidahku, walaupun aku tahu Niall tak dapat melihatku, ia tidak tahu kalau aku sedang meledeknya.

"Okay, okay. Kau menang! Cepat sana! Nanti kita berdua yang telat." Suara Niall mengecil. Sepertinya ia beranjak ke tempat lain.

Aku terkekeh pelan lalu mandi.

***

"Oh no. Kita akan dihukum." Gumamku sambil memakai kaus kaki.

"Tenang saja. Kita tak akan mendapat hukuman. Aku dapat memastikan itu. Ayo, cepatlah." Ujar Niall.

Lalu kami berdua menuruni anak tangga. Terlihat Harry yang sedang berciuman dengan Clista. Ewh, menjijikan. Tak tahu malu. Memangnya ia kira dia saja yang menempati rumah ini?!

"Whoa whoaw. Apa yang kalian lakukan semalam, anak kecil?" Ledek Harry. Ugh, mulai lagi.

"Sudahlah, tak usah banyak omong. Lebih baik kalian berangkat sekarang. Atau kalian akan mendapat hukuman, lagi." Aku menekan kata 'lagi', seperti menyindir Clista dan juga Harry.

"Ugh, bawel sekali kau, anak kecil." Cibir Clista. Ia tertawa bersama Harry.

"Sialan." Gumamku kecil sambil menatap sinis kearah mereka. Aku bersumpah, aku ingin sekali mencabik wajah Clista dan menjambak rambut Harry hingga botak!

"Sudahlah, biarkan saja. Ayo." Niall menggandeng tanganku.

Ini.

Momen ini.

Momen dimana ia menyentuh tanganku.

Menyalurkan sebuah kehangatan yang berbeda.

Aku tak dapat menjelaskannya dengan kata-kata.

Perasaan ini terlalu indah.

Aku tak tahu harus bicara bagaimana.

Rasanya mulutku terkunci rapat ketika ia menyentuh tanganku, menatapku, bahkan menciumku.

Hidden FeelingWhere stories live. Discover now