Chapter 10

2K 36 4
                                    

"Kau kenapa sih? Apa yang lucu? Jangan membuatku takut, Nialler." Tanyaku sambil sedikit menjauh dari nya.

"Sini." Niall memintaku untuk mendekat padanya. "Seperti anak kecil saja." Gumamnya sambil terkekeh pelan, jarinya yang hangat menyentuh bibirku. Oh sekarang aku tahu, pasti ada saus yang menempel di bibirku.

Ya. Perasaan itu muncul lagi.

Detak jantungku tidak karuan.

Kupu-kupu diperutku berterbangan ketika ia menyentuhku.

Jantungku semakin berpacu ketika Niall mulai menatapku dengan lembut dan tersenyum tipis. Lalu Niall mendekatkan wajahnya padaku, aku melakukan hal yang sama. Mata kami tertutup.

Dan ketika hidung kami sudah bersentuhan...... Tiba-tiba ada yang membuka pintu dengan suara yang agak keras, lalu kami berdua tersadar dan kembali ke posisi masing-masing.

Ternyata itu Clista dan Harry yang sedang berciuman. Harry menggendong Clista, lalu tangan Clista merangkul leher Harry dan kakinya memeluk pinggang Harry. Ewh, menjijikan.

Clista dan Harry menyadari kehadiranku dan Niall. Mereka melepaskan ciumannya, Harry menurunkan Clista dari gendongannya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Harry sambil menatap Niall.

"Kami sedang latihan bermain gitar. Bodoh. Memangnya kau tidak lihat?" Ketusku sambil menunjuk ke arah gitar yang tergeletak di lantai.

"Pacarku punya nama! Harry! Bukan 'bodoh'!" Bentak Clista padaku.

Aku menatapnya sambil melebarkan mataku. "Aku mencibir Harry, bukan kau!!"

"Sudahlah Clista. Ayo kita keatas." Harry menatapku sinis lalu menggandeng Clista. Aku sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh Clista dan Harry. Yaa.... You know what I mean.

"Maafkan Harry ya." Gumamku pada Niall.

"Tidak apa-apa." Niall tersenyum padaku.

Angeline's POV

"Terima kasih ya kau sudah mau mengajakku makan siang." Ucapku pada Liam sambil berjalan keluar dari café.

"Yap! Kau harus lebih berhati-hati, Angeline." Nasihat Liam. Aku mengangguk mengerti. "Kalau begitu, aku duluan." Ujar Liam sambil tersenyum lalu meninggalkanku.

Aku menyalakan mobilku dan langsung pulang.

"Aku pulang!" Aku membuka pintu rumahku lalu masuk.

"Angeline!" Suara yang dihasilkan oleh Michelle mulai terdengar. Ia menuruni anak tangga dengan cepat bersama dengan Diana.

"Ada apa?" Tanyaku pada Michelle ketika ia menatapku dengan aneh.

"Apa benar kau satu kelas dengan Zayn?" Tanya Michelle.

"Yaa. Memang kenapa?" Tanyaku sambil merebahkan tubuhku di sofa.

"Aku iri sekali padamu...." Bibir Michelle tertarik ke bawah.

"Lalu, bagaimana dengan sikapnya?" Giliran Diana yang bertanya tentang si jambul aneh itu.

"Kalian pasti berpikir kalau Zayn itu baik kan?" 

Diana dan Michelle mengangguk. 

"Perkiraan kalian itu salah. Zayn itu orang yang sombong, angkuh, menyebalkan, egois dan sebagainya. Bahkan aku pikir, semua sifat buruk ada padanya. Ya dia tampan, terkenal, keren. Tapi ia sangat me-nye-bal-kan." Lanjutku lalu meninggalkan Michelle dan Diana.

Aku terkekeh pelan sambil menaiki anak tangga, ketika aku menyadari Michelle dan Diana terdiam ditempat sambil menganga. Mungkin mereka tak percaya dengan perkataanku. Atau mungkin mereka bingung dengan ucapanku yang begitu cepat sehingga mereka sulit mengerti? Ah, entahlah.

Hidden FeelingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora