XXIV

11.9K 956 254
                                    

typo em sorry

.

Disini Lily sekarang. Berada di rumah dimana ia anggap neraka. Begitu masuk pengawal bebadan tegap langsung mengawal Lily untuk bertemu dengan Daddynya. Setelah berbulan hilang kini Lily berhasil pulang.

Lily merintih kesakitan ketika tangannya ditarik paksa dan meninggalkan jejak yang sakit di lengannya.

Bug!

Lily dilempar begitu saja tepat di depan seseorang. Dielusnya perlahan perutnya menghilangkan rasa sakit ketika terbentur.

"Masih berani menginjak kakimu disini setelah menjadi pelacur dari The Black Mask? Kau memanglah pembangkang!"

Lily merintih menangis ketika dia disuruh berdiri paksa.

"Bagaimana bisa kau bertemu dengan Edward! Kau menjatuhkan diriku sebagai rivalnya!"

Plak!

Tamparan mendarat mulus di pipi Lily. Dia meringis dan tak sanggup menahan air matanya lagi. Tumpah sudah air mata yang tadinya ia coba tahan.

"Aku tidak tau jika Edward itu adalah Harry! Kenapa kau selalu saja menghakimiku! Aku butuh bebas!"

Lily menghapus air matanya. Perlahan ia berdiri dengan kaki yang bergetar. Dia harus kuat. Dia harus membelanya sebisa mungkin. Kalau bukan dia yang membela dirinya, siapa lagi?

"Kau berbeda semenjak Mom telah tiada! Kau bukan Daddyku yang dulu! Kau tidak pernah sekasar ini!"

Plak!

Lagi-lagi tamparan mendarat mulus di pipi Lily. Dia tak bisa hitung lagi sudah berapa puluh kali selama hidupnya ditampar oleh sang Ayah.

"Pukul saja aku terus! Memang itu yang kau inginkan!"

"Kau! Kupastikan bayi kotor yang ada di dalam perutmu itu keluar secepat mungkin Lily! Aku sudah terlalu sabar membesarkanmu!

Lily ditarik lagi begitu Daddynya itu memerintahkan dia untuk dikurung di kamar. Dia menangis tak bisa berhenti. Dia membutuhkan Harry. Oh tidak, dia tak seharusnya mengingat Harry lagi.

.

Dengan senyum yang mengembang dia melangkah. Dengan bangga dia menggandeng seorang wanita yang begitu saat ia cintai ini. Jemari mereka sudah tersemat sebuah cincin yang memperlihatkan jika kisah cinta mereka bukanlah main-main semata.

Dia Harry dan Sarah. Mereka baru kembali dari kediaman orang tua Sarah. Tadinya memang untuk merayakan pertunangan mereka. Tetapi Harry sudah tak sabar. Dia memutuskan untuk menikahi Sarah hari itu pula.

"Lily akan senang jika aku beritahu bahwa kita sudah menikah." Ucap Harry mendorong pintu rumah yang tak terkunci.

"Tidak terkunci. Dimana Lily?" Tanya Sarah .

"Mungkin dia sedang mandi. Ayo sayang..."

Harry menggandeng tangan Sarah masuk. Dia menyuruh Sarah duduk selagi membawakannya minum. Melihat dapur yang begitu bersih membuat Harry ingin memeluk Lily sekarang juga. Dia memang rajin sekali.

"Minumlah. Tunggu sebentar aku akan panggilkan Lily."

Harry memberikan segelas air mineral itu pada Sarah dan memutuskan untuk ke kamar Lily yang dulunya kamar mereka.

Harry tersenyum ketika membuka pintu kamar. Diketuknya pintu kamar mandi perlahan. Namun tak ada jawaban. Begitupun ketika Harry mendobraknya tak ada Lily di dalam.

Dia mengecek semua barang-barang Lily. Tidak ada.

Dia juga melihat ponsel yang Harry pernah belikan juga terletak manis di atas nakas dengan sepucuk surat.

To: Harry

Terima kasih, Harry. Aku merasakan hidup ketika bersamamu.

Hanya itu yang ada di dalam surat itu.

Harry meruntuk keras. Lily meninggalkannya. Tanpa berpamitan.

"Lily, kau dimana? Kembalilah. Aku sudah membelikanmu coklat mahal yang kau minta waktu itu. Maaf, aku berbohong padamu jika aku tak bisa pulang lebih awal."

Harry memaki dirinya dengan kesal. Kemana Lily akan pergi? Apa uangnya masih ada? Dia melupakan gadis itu selama pergi.

"Lily, kau tak mungkin meninggalkanku bukan? Aku tak punya keluarga lagi selain dirimu. Kuharap kau kembali..."

.

Tbc

Perpek mucik pidio


PERVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang