XX

16K 1K 73
                                    

sorry typos. udah rada panjang ya chap ini hehe

.

Lily benar-benar nyaman tinggal bersama Harry. Membantunya membuat pesanan roti dan kue dari pelanggan mereka. Dan barulah Lily tahu betapa susahnya untuk mencari uang. Biasanya dia tinggal minta saja berapa pun yang dia mau.

Dave, teman Harry yang dulu mulai meminta Harry untuk kembali ke Tim. Namun Harry tidak mau. Sekali dia bilang tidak, ya tidak.

"Aku butuh sesuatu." Gumam Lily pada apoteker yang letaknya tak jauh dari rumahnya. "Aku minta 3 pregnancy test dengan merk yang berbeda." sambungnya lagi.

Lily meremas ujung jacketnya dengan gusar. Dia sudah beberapa minggu telat dari periodnya. Jika dia hamil, sebenarnya ini bukan waktu yang tepat.

"Ini."

"Boleh aku pinjam toiletnya ?"

"Tentu."

Lily melangkahkan kakinya menuju toilet. Dicobanya alat tes itu. Test yang hasilnya 90% akurat.

Karena tak sabaran Lily mencoba alat itu sekali tiga. Dan garis berwarna merah itu terus menaik. Sebuah garis merah pun terdapat pada ketiga sisinya.

Dalam hati Lily bersorak kesenangan bahwa dirinya belum hamil sekarang. Tapi takdir berkata lain. Setelahnya sebuah garis pun datang dan kini terdapat dua garis di setiap alat test itu.

"Aku tidak mungkin katakan ini pada Harry. Aku takut dia malah membenciku karena tahu hal ini."

Lily membuang alat itu ke dalam tempat sampah. Dengan air mata yang berlinang sedikit demi sedikit dia melangkah pulang. Dia tahu benar Harry sedang fokus ke pekerjaannya, tidak mungkin dia ceritakan ini.

Ketika sampai di flat disekanya air matanya dengan kasar. Ayolah dia bisa sembunyikan ini.

"Dari mana saja, hm ? Meninggalkan aku sendirian." Sambut Harry menemui Lily yang tengah berbaring di ranjangnya yang kini sudah menjadi milik mereka berdua.

"Aku sedang berjalan-jalan saja. Tidak usah khawatir." Balas Lily mencium Harry sekilas dan berbaring.

"Harry..."

"Hm..."

"Maukah kau memelukku ? Aku sedang ingin beristirahat dan kau memelukku." Pinta Lily dan segera dikabulkan Harry.

Harry memeluk Lily agar segera beristirahat. Tanpa ada penolakan.

.

Di kehamilan pertama Lily dia merasakan morning sickness. Dengan diam-diam dia mengeluarkan isi perutnya di kamar mandi. Bahkan ketika sarapan pun dia harus bolak-balik kamar mandi. Dari gelagat tubuhnya dia tak berusaha menutup mulutnya demi privasi dia hanya memeluk perutnya dan berlari ke kamar mandi.

"Lily, are you okay ?" Harry mengetuk pintu kamar mandi.

Tak berselang lama Lily pun keluar. Dia berusaha tersenyum meskipun lemas setelah muntah berulang kali.

"Aku sudah katakan aku sedang sakit perut. Sepertinya aku terkena diare." Ucap Lily menarik Harry menuju meja makan.

Dia kembali memakan sarapannya. Hingga akhirnya dia menyerah. Dia tak menghabiskan sarapannya takut dia bisa-bisa muntah di meja makan. Dia pun memilih menyantap buah dan untungnya itu bisa diterima perutnya yang kini sudah tumbuh buah hati mereka.

"Aku harus bawa kau ke Dokter. Sepertinya diare mu sudah parah. Kau sudah 3 kali bolak balik hanya untuk pagi ini saja." Komen Harry.

"Aku tidak apa-apa. Besok juga sudah sembuh. Tenang saja. Sekarang kau mulai perhatian denganku. Ada apa ?" tanya Lily to the point dengan senyum yang mengembang.

"Bukan begitu--"

"Bilang saja kalau kau mulai mencintaiku. Ya kan ?" Tebak Lily dan mendapat gelengan keras dari Harry.

"Kau selalu memotong omonganku. Aku sudah menganggapmu sebagai teman, adik ataupun kerabat. Lily, sudah kukatakan berapa kali kau tidak boleh mencintaiku.

Daripada kita nantinya harus bertengkar dan bermusuhan hanya karena cinta. Bukannya kita lebih baik seperti ini ? Cinta itu hanya hal bodoh. Lupakanlah Lily. Karena aku tidak akan pernah membalas cintamu." Tatapan mata Harry membuktikannya sangat serius dengan perkataannya.

Sekali lagi hati Lily begitu sakit mendengarnya. Benar, ini bukanlah saat yang tepat dia hamil. Apa dia harus gugurkan saja ?

Harry tidak menaruh cinta bahkan simpati pun padanya. Apalagi untuk menerima keadaannya yang tengah hamil. Lagi-lagi perasaan ini membuat matanya berkaca-kaca.

"C'mon. Aku hanya bercanda, Harry. Kau serius sekali. Aku hanya ingin mengetesmu saja. Sudah setua ini ternyata kau belum memiliki kekasih. Kau kalah dariku." Ujar Lily membawa piringnya berikut dengan Harry ke dapur. Setelahnya linangan air mata pun menetes di tengah bibirnya yang mengembang tersenyum.

I want someone to look me in the eyes. And say "I know you are not okay. Tell me."

Lily.

.

Tbc

Dont forget to vote #MTVHottest One Direction

PERVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang