XXIII

11.2K 878 124
                                    

Pervert partnya berantakan. ada yang belum aku post waduh. yowes entar desi benerin ya.

.

Tiga hari sudah Harry pergi. Dia tak memberikan kabar apapun. Lily merasa ia tak dibutuhkan lagi. Terkadang di dalam tidurnya dia menangis. Merindukan Harry yang biasanya tidur disampingnya. Namun ketika menyentuh perutnya dia merasa tak yakin. Apa dia harus pertahankan bayi yang ia kandung ini ?

Dia tak akan bisa membesarkan anaknya tanpa ayahnya. Dia tak setegar dan sehebat wanita lain.

"Kandungannya sudah berusia 3 bulan. Sudah cukup besar namun tak begitu jelas terlihat. Mungkin karena anda terlalu kurus. Janinnya 100 gram kurang lebih dan panjangnya 10 cm." Jelas sang "dokter" kepada Lily.

Lily terdiam termenung lurus ke depan. Pikirannya begitu kacau. Dia memilih aborsi, sebab tak ada yang menginginkan anak ini.

"Sekarang berbaring lah, kami akan memulai operasinya." Lily mengangguk dan segera berbaring.

"Dokter" tadi bersiap-siap menyiapkan alat untuk melakukan aborsi ini. Ada pisau, alat penjepit, gunting, kapas, antiseptik, dll. Lily bergidik ketakutan.

Dirasakannya bayi di dalam perutnya bergerak-gerak. Mungkin dia berteriak, "Mommy, dia ingin menyakitiku. Dia ingin memisahkan aku darimu." Segera tangan Lily memeluk perutnya.

Dengan air mata yang tak tertahan lagi, Lily turun dan membatalkan aborsi ini. Dia segera pulang ke rumah Harry.

"Mom tidak ingin jauh darimu. Hanya dirimulah yang mengerti Mommy." Gumam Lily pelan sembari mengelus perutnya itu.

.

Kabar Harry tak kunjung Lily dapatkan. Ia sudah coba telefon namun nomor Harry tidak pernah aktif. Lily sudah mulai kehabisan uang. Tak mungkin dia bertahan hanya dengan 20 dolar.

Dia sudah menghemat semuanya. Dia juga meminum susu hamil 2 hari sekali hanya karena takut persediaan susu hamil yang ia beli habis.

"Harry, kau dimana?" tanya Lily memandangi foto Harry yang ada di ponselnya.

Lebih dari seminggu Harry pergi tak kembali. Rindu semakin membuncazh tak tahan ingin memeluknya.

"Aku merindukanmu Harry. Kau dimana?"

Lily bangkit dari kursi dan meraih tasnya. Dia mengintari keseluruhan rumah Harry. Tanpa bosan dia melihat kesana dan kemari.

Begitu jelas di memorinya bagaimana indahnya dulu dia dan harry. Dia sangat-sangat merindukan rumah ini.

"Harry, aku pulang. Kita sudah berakhir."

Lily melangkah keluar dari rumah ini sekarang. Dengan berat kakinya melangkah keluar dan memanggil taxi yang lewat.

"Dad aku pulang."

.

TBC

Pls read my new story "CHANCE" hope ya like it to! And dont forget to read Putih Abu-abu by NiallerStylesxoxo thanks!


PERVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang