SATU

12.8K 460 29
                                    

Jakarta-Indonesia, Oktober 2013


Happy graduation for my daughter..

Semoga kamu bisa menjadi orang yang lebih dewasa dan, tentunya menjadi orang yang lebih berguna dengan ilmu yang kamu miliki.

—Pére—





Lily Nethania tidak menyangka jika ayahnya bisa bersikap sangat romantis dengan mengirimkan karangan bunga tepat di hari wisudanya. Lengakap dengan note berwarna putih gading yang elegan.

"Nice present huh?"

Well, tampaknya ada yang tidak suka dengan karangan bunga spesial ini. Atau ini hanya perasaan Lily saja?

"What's the matter, Mom? You don't like it?" dia bertanya sambil memerhatikan sosok Alexa Anindhita—ibunya, yang tampak sudah berdandan rapi dengan tampilan make-up dan hair-do yang sederhana. Sepertinya Lily akan menghabiskan malam kelulusannya sendirian.

"Bukan begitu, Sayang. Tapi ini 'kan tidak biasanya ayahmu mengirim bunga seperti ini," jawab Alexa kemudian sambil memasang anting di depan cermin ruang tengah.

"Tapi ini bukan hari biasa, Ma. Ini hari kelulusanku!"

"Oh, iya! Benar juga."

Lily menghela napas. Tidak mau berdebat lagi dengan Alexa. Dia kemudian memindahkan karangan bunga yang menghalangi pintu masuk menuju kamarnya itu ke ruang tengah tepat di samping Alexa sekarang sedang berdiri.

Karangan bunga itu sungguh genit, namun juga spektakuler dengan tampilan bunga mawar merah mendominasi. Ayahnya ternyata punya selera yang buruk soal bunga. Benar-benar menggelikan.

Seharusnya ayahnya bertanya terlebih dahulu apa sebenarnya bunga favorit Lily.

Bukannya seenaknya saja berasumsi bahwa Lily suka dengan bunga mawar. Memangnya semua anak gadis suka dengan mawar, huh?

"Jadi, kamu ikut?" tiba-tiba Alexa bertanya. Pertanyaan yang cukup membingungkan, sebenarnya.

Karena seingat Lily, dia dan Alexa tidak punya rencana untuk keluar malam ini. Atau mungkin Alexa ingin merayakan malam kelulusan Lily?

"Ikut ke mana?" Tanya Lily penasaran.

"Ke toko grocery. Kita harus membeli keperluan untuk pesta kecil kita besok."

"Pesta? Pesta apa?"

"Kamu kan sudah janji ke teman-temanmu kalau kita akan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan kelulusan kalian, remember?"

Lily terkesiap kaget. "Gosh! Hampir saja aku melupakan pesta itu!" pekiknya.

Tiga hari yang lalu, Lily memang sudah berjanji kepada Ms. Dian dan juga semua teman-teman sekelasnya bahwa besok dia bersedia menjadi tuan rumah untuk acara pesta perpisahan mereka.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Lily langsung berlari ke kamar dan mengambil sweater putih dari lemari lalu mengenakannya dengan cepat. Dia juga mengambil tas selempang kecil berwarna maroon. "Ok. I'm ready. Kita pergi sekarang!"

Kemudian, setibanya di toko grocery—tepatnya di daerah Kemang, mereka langsung membeli bahan-bahan untuk memasak sup iga sebanyak tiga puluh porsi. Mereka juga membeli beberapa minuman soda, beer, serta camilan dan makanan cepat saji di sana.


∂ɤ


Well, keesokan hainya sudah bisa ditebak betapa sibuknya mereka semua menyiapkan 'pesta kecilnya'.

Di dapur Lily harus berkonsentrasi membuat sup iga itu. Dari dulu dia memang ingin memasakkan sesuatu untuk teman-temannya.

Orang-orang yang bekerja di rumah mereka juga tengah sibuk mendekorasi ruangan untuk keperluan pesta.

Lily akhirnya selesai juga memasak. Dan badannya sekarang terasa lengket karena keringat. Lily harus segera mandi.

Tanpa membuang waktu lagi, Lily berlari menuju kamarnya. Kemudian dengan cepat dia melepaskan pakaiannya dan langsung membersihkan diri.

Setelah selesai, Lily lalu mengenakan gaun polos berwarna biru tua, sedikit mengembang tepat di lututnya. Salah satu gaun favoritnya. Gaun itu kemudian dia balut dengan sweater putih yang dia kenakan kemarin.

Dia juga mengenakan wadges dengan warna senanda untuk menyempurnakan penampilannya sebagai tuan rumah.

Lily merasa bahwa dia tidak perlu berdandan habis-habisan. Begini saja sudah cukup. Dan terasa nyaman.


∂ɤ


Bel pintu berbunyi.

Lily langsung berlari dengan lincah untuk membukakan pintu. Ternyata yang datang satu mobil surbuban yang berisi penuh dengan teman-temannya. Samantha yang keluar pertama kali. Disusul Zachira di belakangnya, kemudian Diego, Exxel, Ully, dan Herry.

Mereka semua langsung takjub melihat rumah Lily yang sudah ditata sedemikian rupa agar menyerupai tempat nongkrong yang chic.

Setelah Lily berbincang-bincang dengan Samantha dan Zachira, dia berniat ingin menyapa teman-temannya yang lain. Namun, sebelum dia sempat beranjak lagi-lagi bel pintu berbunyi.

Lily mempersilakan Dylan dan Renata masuk, lalu memutuskan untuk membiarkan pintu terbuka lebar. Tak berapa lama, dia melihat motor Vino datang. Lily menyambut mereka semua. Lagu EDM mulai terdengar melalui sound system.

Jelas 'pesta kecil' ini sukses besar. Musiknya menular, bahkan nyaris menghipnotis. Tubuh-tubuh bergoyang mengikuti irama yang bergetar di bawah kaki mereka. 'Pesta kecil' ini nyaris berubah menjadi ajang dansa-dansi.

Mereka juga terlihat sangat menikmati sajian yang dihidangkan. Ruangan juga sudah mulai penuh, meski tidak sampai menyesakkan.

Sepertinya mereka cukup gampang disenangkan. Tidak sesulit yang Lily kira. Yang perlu dilakukan hanyalah berbaur dan mengobrol dengan mereka. Berani taruhan, tidak ada seorangpun di sini yang akan melupakan pesta ini.

Lily sudah mengitari ruangan satu kali, dan sampai lagi di tempat Samantha menikmati hidangan.

"It's amazing! Gila! Gue bener-bener gak nyangka lo bisa bisa bikin pesta yang keren kayak gini!" pekiknya bersemangat.

"Jadi, kita kan udah lulus SMA.. lo rencananya mau ngapain Say?"

"Gue bakal pergi dari sini. Tinggal bareng bokap gue di Perancis."

"What?! Lo yakin, nih?!"

"Yup! Gue udah mikirin ini baik-baik, Samantha."

Tiba-tiba Lily mendengar suara terkesiap di belakangnya. Damn! Apa itu suara Mom atau Oncle Jack?

THE GUARDIAN ANGEL ¦¦ PUBLISHED IN A BOOK ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang