54

33.6K 2.4K 32
                                    

Willis mengusap keringat di kening Joanna dan tersenyum saat Joanna mendongak untuk melihat ke arahnya, "kau hebat" bisik Willis membuat wajah Joanna memerah dan kembali menunduk untuk mengusap tubuh anak kuda itu dengan handuk bersih.

Berusaha tidak menghiraukan detak jantungnya yang seolah mencoba keluar dari rongga dadanya saat melihat senyum Willis yang entah kenapa terlihat sangat tulus padanya.

Dia hanya kasihan padamu Joanna, peringatnya dalam hati dan jangan biarkan dia menghancurkan hatimu.

"sudah selesai" kata Joanna dengan meletakkan handuk yang dipergunakannya di samping bayi kuda itu sebelum berdiri dari duduknya membuat Willis buru-buru berdiri dari jongkoknya.

"demi tuhan jangan pergi lagi dariku atau aku akan mengikatmu di tiang dan bercinta denganmu semalaman di istal ini" ancam Willis dan seketika menyesal karena melihat wajah ketakutan dan pucat Joanna.

Jelas sekali Joanna tidak pernah melupakan malam itu, mungkin rasa sakit yang sudah diberikan oleh Willis padanya.

Tidak ada kenangan manis yang tersimpan di benak Joanna tentang malam pertamanya melepaskan keperawanannya dan Willis tidak melakukannya dengan penghiburan atau dengan kelembutan.

Hati Willis seolah ditendang dengan tapal kuda melihat Joanna mundur saat Willis mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.

"Joanna... aku tidak benar-benar akan melakukannya, sungguh. Aku hanya... kau tau, mulutku perlu banyak sekali belajar berbicara dengan baik" mohon Willis menatap pada mata hijau Joanna yang masih terlihat ketakutan membuat Willis menghembuskan napas berat.

"aku tidak akan mau menyakitimu, sungguh. Malam itu aku bodoh, aku mabuk dan tidak menyadari bahwa aku sudah membuatmu kesakitan. Karena itu aku langsung mencarimu di rumah lamamu saat ingatan tentang malam itu kembali. Malam itu kau menangis kesakitan. Aku keterlaluan, aku minta maaf"

Joanna mengangkat tatapannya dengan ragu untuk melihat pada Willis yang mengusap rambut hitamnya dengan putus asa, rambut yang Joanna ingat sangat lembut diantara jemarinya saat mencapai pelepasan setelah rasa sakit.

Demi tuhan Joanna memang kesakitan tapi dirinya juga meledak setelah Willis menggerakkan tubuhnya dengan perlahan didalam tubuh Joanna tapi sepertinya Willis tidak ingat karena setelah pelepasan mereka berdua, Willis tidur seperti kerbau yang tidak terbangun bahkan saat Joanna akan pergi mencari Janete dan meminta ijin untuk menikah dengan Willis jika saja laki-laki itu berniat untuk menikahinya tapi saat Joanna kembali diam-diam ke kamar itu, Willis sudah pergi.

Dan selama ini Joanna pikir Willis pergi karena ketakutan tapi ternyata Willis mencarinya dan itu sedikit menghangatkan hati Joanna walaupun rasa takut untuk melakukan percintaan lagi masih menumpuk di dalam benaknya.

Rasanya sakit sekali.

Dan bagaimana caranya jika Joanna mau menikah dengan Willis tanpa bercinta? Itu tentu saja tidak adil bagi Willis. Tapi itulah tolak ukur cinta yang akan dipergunakan oleh Joanna. Jika Willis mencintainya maka Willis akan bersedia tidak bercinta dengannya demi mendapatkannya.

"tuan Cruz..."

Willis mengangkat pandangan melihat Joanna, "Willis" koreksinya.

"Willis, aku mau menikah denganmu dengan..." dan tanpa bisa melanjutkan kata-katanya, Joanna sudah berada di dalam gendongan Willis.

"aku bersumpah aku akan membahagiakanmu, aku tidak akan pernah melepaskanmu" bisik Willis menciumi bibir lembut Joanna membuat Joanna seketika melupakan syarat yang akan di ajukannya soal 'pernikahan tanpa bercinta' karena kepala Joanna kini terasa berkunang-kunang saat Willis membawanya masuk kedalam salah satu kandang bersih dengan alas jerami kering dan menidurkannya di sana.

Mereka terengah dalam jeda ciuman mereka sebelum kembali memagut dan tanpa di sadari oleh Joanna, kakinya sudah mengangkangi pinggang Willis yang sedang berusaha melepaskan celananya dan menyibak gaun Joanna lalu memasuki Joanna dengan pelan setelah menarik lepas celana dalam Joanna membuat Joanna mengerang dalam ciuman mereka.

"sakit? Kau tidak nyaman?" bisik Willis mengusap air mata Joanna yang perlahan menggenang di sudut matanya.

Joanna menggeleng pelan, "hanya... entahlah, aku... aku belum pernah bercinta lagi setelah malam itu. ini masih terasa aneh untukku" jawab Joanna polos membuat Willis tersenyum dan mengaitkan jemari mereka.

"kita akan melakukannya dengan perlahan sayang. Aku akan berhenti jika kau ingin berhenti, oke?"

Joanna mengangguk dan mengerang saat Willis mulai bergerak dengan pelan menyesuaikan didalam diri Joanna yang benar-benar masih sempit.

Willis menciumi dagu dan leher Joanna saat wanita itu memejamkan matanya erat-erat dan mengeratkan kaitan jemari mereka sebelum membelalak menatap Willis, "oh... oh tuhan aku... Willis" jerit Joanna tersentak saat mencapai pelepasannya dan membuat Willis harus menggeretakkan giginya kuat-kuat saat merasakan kehangatan Joanna mengetat di sekitar tubuh Willis yang hampir meledak.

Willis menunduk, mengusap punggung Joanna pelan saat tubuh Joanna melemah dan napasnya memburu sebelum bergerak dengan sentakan kuat untuk mencapai pelepasannya sendiri di dalam tubuh calon istrinya yang mugil.

Joanna mengusap punggung Willis yang menindihnya dengan lembut dan menciumi pundak Willis membuat Willis mengerang senang oleh perlakuan Joanna kepadanya.

"aku mencintaimu Joanna" membuat Joanna terkesiap dan tersenyum sebelum memeluk tubuh besar Willis dengan tangannya yang mungil.

***

"keparat, demi tuhan kenapa mereka melakukannya di sini" umpat Dante menutupi telinga Lexus dipangkuannya saat Cecillia memutar balik kursi beroda Dante dan tergelak.

"ayah... ada apa?" tanya Lexus penasaran mencoba melepaskan tangan ayahnya dari telinganya.

"Lexus, jangan membantah. Oke?" tegur Cecillia membuat Lexus mengangguk dan menurut saat mereka akhirnya kembali ke kereta kuda tempat Kenee menunggu.

"ada apa? Kenapa cepat sekali?" tanya Kenee penasaran.

"mereka sedang sibuk" jawab Cecillia mengedip dan membuat Kenee mengangguk memahami artinya untuk membantu Dante masuk kembali kedalam kereta kuda dan beranjak pulang tanpa pernah melihat bayi kuda itu karena ada adegan yang harus mereka hindarkan dari putera mereka.

Tapi Cecillia senang semuanya membaik, bahkan lebih baik dari yang di pikirkannya.


BASTARD prince (Paxton seri 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang