29

38.8K 2.7K 18
                                    

Dante baru kali ini merasa takut, tapi. Ayolah, hanya orang bodoh yang tidak takut jika memiliki istri sekeras kepala Cecillia, secerewet Cecillia, se mungil dan secantik itu.

Kalian pikir aku sedang memujinya? Bukan... aku sedang ketakutan.

Cecillia bahkan bisa berjalan mondar mandir tanpa terdengar oleh Dante karena wanita itu terbiasa tidak mengenakan alas kaki, bukannya terlihat kampungan malah terlihat sangat menggemaskan dengan jemari kaki kecil yang berlari kesana kemari dengan sigap.

Dan resmi membuat Dante tidak bisa tidur.

Hari ini wanita itu tidak hanya dengan santai masuk kedalam kamarnya tapi juga memindahkan barang-barangnya tanpa ijin serta membuatnya tidak bisa berkutik.

Semua geretakan Dante tidak mempan, semua kata-kata kasar Dante seolah tidak tertangkap telinganya, dan wanita itu bahkan tidak muntah atau jijik pada bekas luka di punggungnya yang bahkan bisa dengan mudah membuat Tattianna muntah didepannya.

Awalnya Dante pikir Tattianna muntah karena melihat punggung Dante membuat perutnya yang sedang mengandung bergolak, tapi setelah hari itu dan hari-hari sesudahnya Tattianna sama sekali tidak datang bahkan tidak mengirimkan pesan padanya.

Dante sudah berusaha mengirimkan pesan ke rumah Tattianna tapi tidak ada balasan sama sekali dan bahkan Tattianna memperlakukan Lexus dengan se enaknya, membuat Lexus menunggu hingga berjam-jam tanpa kepastian apakah pesan Dante akan di balas sehingga membuat Lexus akhirnya menyerah dan pulang dengan ketakutan untuk menghadap Dante. Dan bodohnya, Dante justru menjadikan anak kecil itu sebagai pelampiasan rasa marah dan kecewanya.

Dante memarahinya dan mengusirnya dengan kasar sehingga Lexus masih sangat ketakutan tadi siang saat masuk kedalam kamarnya untuk membantu.

Dante belum meminta maaf pada bocah itu dan anehnya kata-kata Cecillia membuatnya merasa sangat buruk, bahwa Lexus, Ritta dan Kenee masih bertahan disana demi dirinya walaupun tanpa di gaji.

Jika Ritta dan Kenee mungkin Dante bisa beranggapan bahwa mereka bertahan karena mereka yang sudah mengasuh Dante dari kecil.

Tapi Lexus? Dante sudah berjanji akan menjaga anak kecil itu sejak dirinya menemukannya di kota beberapa tahun yang lalu tapi kini dirinya yang telah bersikap kasar.

Semua pikiran Dante tiba-tiba tersela oleh suara pintu kamarnya yang terbuka membuat Dante memejamkan matanya berpura-pura tidur.

"ternyata sudah tidur" gumam Cecillia pelan, hampir membuat Dante mengerang kesal karena wanita itu kembali kekamarnya di tengah malam begini. Untuk apa?

Dante memberanikan diri membuka matanya sedikit untuk dapat melihat apa yang sedang dilakukan Cecillia malam-malam begini di kamarnya karena jelas bukan untuk membawakan makan atau memandikannya.

Membayangkan Cecillia memandikannya membuat Dante ingin mengerang tapi sekali lagi kesal saat melirik ke tempat adiknya dan tetap tidak terjadi sesuatu disana.

Kelumpuhannya membuat adiknya juga lumpuh.

Dante kembali mengalihakan tatapannya pada wanita yang duduk di atas ranjangnya sedang sibuk dengan kakinya sebelum menjatuhkan kain putih ke lantai kamarnya membuat Dante tau bahwa Cecillia sedang mengganti kain untuk membebat luka di betisnya namun memandang Cecillia yang memaksakan matanya untuk tetap terbuka sehingga sering kali kepalanya mengangguk-angguk sejenak membuat Dante hampir tertawa geli.

Cecillia menepuk-nepuk pipinya sendiri sedikit keras untuk memberikan rasa sakit agar dirinya tidak jatuh tertidur di kaki Dante sebelum kembali memeriksa bebatan lukanya dan beranjak ke sofa panjang di depan ranjang Dante lalu meregangkan tubuhnya sejenak dan merebahkan tubuhnya disana dengan bergelung seperti anak kucing kedinginan.

Setelah menunggu beberapa menit barulah Dante berani mengangkat tubuhnya dengan bantuan lengannya untuk melihat ke arah Cecillia yang tidur di ujung tempat tidurnya dengan jemari mungilnya memegang pergelangan kaki Dante. Dan membuat tawa geli yang awalnya hampir meledak dari Dante akhirnya lenyap.

Dante sangat ingin bisa merasakan jemari itu di pergelangan kakinya. Sangat ingin...

Dante kembali merebahkan tubuhnya dan mendesah lelah sebelum menutupi matanya dengan lengannya.

Kenapa tuhan menciptakan wanita seperti Cecillia?

Kenapa tuhan membiarkan Dante menikahinya?

Dan kenapa tuhan membiarkan Cecillia kembali saat keadaan Dante justru cacat?

***

"sudah tengah malam. Tidak ada kuda yang akan melahirkan hari ini" sapa seseorang dengan menepuk bahu Willis yang sesaat lalu sedang merenung.

Willis tersenyum lebar pada Kenee yang menyodorkan botol minumnya yang terbuat dari kulit dan di terima oleh Willis sebelum menegaknya dan sedikit mengeryit saat rasa terbakar menuruni tenggorokannya akibat wiski yang ditegaknya, "lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Willis membalik pertanyaan tanpa menjawab pertanyaan Kenee.

"beberapa bulan ini aku yang merangkap menjadi pengurus kandang dan juga petugas keamanan, aku sudah terbiasa hanya tidur satu hingga dua jam untuk kembali bekerja"

Willis tersenyum sebelum menegak kembali wiski milik Kenee, "kau sudah tidak muda Kenee, tidurlah biarkan yang lebih muda yang melakukan tugas berat" yakin Willis membuat Kenee mengangguk dan berdiri dari duduknya.

"aku seharusnya menolak tapi rasanya malam ini aku memang butuh istirahat, aku sangat lelah entah kenapa rasanya badanku tidak bisa di ajak untuk berkompromi. Akan kubuatkan kopi untukmu dan kebetulan aku punya sedikit biskuit untukmu" kata Kenee sebelum beranjak dan kembali menghentikan langkahnya saat mencapai pintu istal.

Kenee berbalik dan melihat ke arah Willis yang kembali menegak Wiskinya hingga wajahnya memerah, "Will, aku ingin berterima kasih dan juga meminta maaf padamu"

Willis tergelak, "untuk apa?"

"sudah membawa puteri Cecillia kembali"

Willis menggeleg, "aku tidak melakukannya untukmu, dan juga bukan sama sekali untuk Dante keparat itu. tapi aku melakukannya untuk wanita yang ku cintai, wanita yang selalu berusaha menjaga perasaanku dan tidak ingin aku terluka padahal dia masih mencintai orang lain. itu sayang sekali, benar kan Kenee?" ucap Willis sedikit melantur dan membuat Kenee tau bahwa Willis sudah mulai mabuk.

"ya, kau benar nak. Sayang sekali" ucap Kenee sebelum beranjak keluar dari dalam istal menuju rumah pondoknya.

Kenee jadi merasa seperti seolah dua anak lelakinya sedang memperebutkan wanita yang sama, tapi untung saja putera tertuanya tidak akan mau mengambil apa yang sudah menjadi milik adiknya.

Kenee sangat bangga pada mereka berdua.


BASTARD prince (Paxton seri 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang