[Part 5] Mistake

4.3K 410 4
                                    

Layahé silap-silapang
Ring gidaté, adi
Mawastu kedat dahat
Layah pinaka ajah
Mangda adi tan obah
Satya ngayahin beli

---

"Kamu pucat banget friend, apa kamu belum makan?". "Sudah". "Nggak biasanya kamu seperti ini... bentar lagi kamu harus beri sambutan, beneran nih, kamu oke?". Puja mengangguk. Saat pembawa acara mendaulat dia ke depan untuk memberi sambutan, dia segera berdiri menuju podium. Acara malam ini harus sempurna. "Terimakasih saudara-saudara sekalian bersedia menghadiri acara peresmian Glory, semoga kerjasama kita kali ini akan lebih sukses dari sebelumnya. Kami memiliki keyakinan dan kepercayaan anda yang begitu besar, akan membuat kami berusaha sebaik mungkin untuk keberhasilan yang kita impikan. Sebagaimana yang anda lihat dari rancangan Glory yang kami bagikan, saham Glory menguat dengan cepat, dan akan lebih baik lagi di periode berikutnya. Untuk sebuah keberhasilan dan kemenangan, mari bersulang!". Semua tamu mengangkat gelasnya, mengikuti Puja.

"Kayaknya aku sedikit pusing", bisik Puja saat turun podium. Jangga menatap sahabatnya. "Kamu butuh udara segar, kamar pribadimu akan kusiapkan, lebih baik kamu istirahat dulu". "Gimana persiapan acara di luar?". "Lancar, banyak juga tamu hotel yang menonton sendratari diluar". "Oh ya, ceknya masih di kamar, suruh ketua rombongannya menemuiku, kalau pertunjukannya seramai ini pasti bagus, kita bisa meminta mereka jadi penari tetap di sini, aku mau lihat sebentar...". Jangga mengangguk. "Baiklah, akan kusuruh pelayan menyiapkan kamarmu, 617, angka keberuntunganmu. Di sana juga sudah kupersiapkan ruang kerja dan ruang tamu supaya kamu bisa langsung menerima klien...terutama yang wanita...". "Sialan kau, bisnis is bisnis, jangan dicampur dengan masalah itu, sana!". "Oke bos!".

Pertunjukan tarinya benar-benar bagus. Pilihan Jangga tepat, Puja puas dengan keahlian sahabatnya itu, benar-benar bisa diandalkan. Seorang pelayan mempersilahkan dia duduk di barisan terdepan, bersama beberapa tamu penting lain. Tapi Puja menolak, keadaannya kurang memungkinkan untuk menambah penat kepalanya, mereka pasti sedikit banyak akan membicarakan masalah bisnis. Akhirnya dia memilih kursi di tempat yang nggak mencolok, untuk menikmati sendratari. "Selamat ya, acaranya bagus...", seorang gadis cantik menjajari duduknya. Dari suaranya Puja sudah hafal. "Ngapain kamu ke sini?. Bukannya kamu nggak terlalu suka sama keramaian?". Gadis itu mengerling manja. "Ah, Puja, maafin yang waktu itu ya, aku lagi sibuk ikut perawatan di salon langgananku, makanya aku bareng Harlan, takutnya ganggu acara kamu yang padat". "Nggak masalah, Tania...menurutku kalian cocok, lagipula Harlan lebih punya banyak waktu untuk kamu, aku nggak keberatan kok". "Kamu ngomongnya kok gitu sih sayang...". Puja hanya diam. Tania semakin pucat, dia nggak mau kehilangan Puja, lagian, kenapa waktu itu Puja mesti memergokinya jalan bareng sama Harlan?. Huh, Harlan nggak ada apa-apanya dibanding Puja, seluruh bualannya waktu itu tentang perusahaan yang dikelolanya dan aset di luar negeri, ternyata omong kosong. Tania merasa sangat menyesal, dia nggak mau kehilangan Puja, apalagi setelah dia tahu, Puja adalah pewaris Neo Square, jaringan hotel terbesar di negeri ini, nggak!. Dia nggak boleh kehilangan Puja, cara apapun akan dia tempuh untuk mendapatkan kembali Puja. Apapun, termasuk yang satu ini. "Minum dulu dong sayang...kamu jangan marah gitu...ini sherry kesukaan kamu". Puja mengambil gelas itu dan menghabiskannya sekali teguk, dia memang marah, baru kali ini ada wanita yang selagi dekat dengannya, malah jalan dengan lelaki lain, harga dirinya merasa terinjak, meski Tania sudah minta maaf, tapi, sekali penghianat, tetap penghianat. "Pergilah, nggak ada yang perlu kita bicarakan lagi, oke?". "Tenang dulu dong, aku bisa ngejelasin semuanya...". "Terserah, aku lagi pusing, bisa nggak kamu diam dan menikmati acara ini, atau kamu pergi dari sini?". "Baiklah...".

Puja merasa kepalanya tambah berat dan pening. Saat matanya fokus ke panggung, yang dilihatnya semakin menambah penderitaannya. "Kaukah itu?. Bahkan kau menggangguku sampai di sini, gadis dalam khayalan, menari dan teruslah menari...". Gadis yang sangat cantik, mengalahkan pesona ribuan dewi, mungkin dewi tercantikpun akan iri melihatmu. Apakah kau secantik itu, apakah purnama membantumu menipu mataku?. Puja menatap sang penari tanpa menyadari, itulah gadis dimana dia telah jatuh hati, pandangannya perlahan terasa kabur. Dia sudah tak bisa lagi membedakan mana yang khayalan, mana yang kenyataan. "Puja, kamu kenapa?", tanya Tania. "Pusing, aku mau istirahat dulu...". Puja berdiri dan menjauhi keramaian, tiba-tiba saja dia limbung. "Ja...aku bantu ya...", Tania memapahnya dan Puja membiarkannya, otaknya serasa kacau balau, ada perasaan aneh muncul. "Kamarmu di mana?". "617...".


Love In BaliWhere stories live. Discover now