20

26.2K 1.5K 96
                                    


Aldo pov

Moodku benar-benar sangat berantakan. Semenjak pembicaraan kemarin dengan Denisa. Dan aku hanya bisa melampiaskannya pada benda yang ada di tanganku ini.

Hp yang selalu menemaniku sejak galau yang berkepanjangan kemarin. Dan yang menemaniku bukan teman-teman yang menghubungiku -lagi pula sudah lama aku tidak menghabiskan waktu dengan temanku-

Melainkan game yang kata orang-orang sangat membosankan. Tapi demi apapun hanya game ini yang mampu membuatku sibuk sendiri dan melupakan masalahku.

2048!

Game sederhana yang menyita waktuku dan membuat ketagihan.

Karin yang memberi tauku tentang game ini. Bahkan dia mendownload nya diHPku. Dan semenjak itu aku tak berenti memainkannya.

Dan berkat kegalauanku yang sudah 2 hari itu, percaya atau tidak, ini lah score ku selama 2 hari ini. 7988988!

Keren kan? Haha.

-sebenarnya itu berkat ada undo-

"Pak?" Aku langsung mengangkat kepalaku menatap orang yang baru saja memanggilku.

"Kenapa tidak mengetuk?" Tanyaku kembali menjatuhkan kepalaku ke meja beralaskan lengan. Terserah lah Jeane melihatku yang aneh karna sikapku yang  seperti ABG galau.

"Saya sudah mengetuk pak. Tapi sepertinya bapak tidak mendengarnya." Hmm? Benarkah?

"Ohh. Dan ada apa?" Tanyaku tanpa basa-basi.

"Em ini sudah waktunya makan siang pak. Karna bapak tidak keluar, jadi saya berinisiatif mengingatkan bapak. Bapak tidak makan?" Jeane tersenyum sopan.

"Oh ya?" Aku mengecek jam diHPku. 12:31. Ah permainan ini benar-benar membuatku lupa waktu. Dan ternyata aku memang lapar!

Kenapa Denisa belum datang ya? Biasanya dia sudah datang jam....oh iya. Aku terkekeh hambar.

Denisa tidak akan ke sini lagi. Mungkin sekarang dia sedang berada bersama Yosua sekarang. Menghabiskan waktu bersama. Ck.

"Bisa kau pesankan makan siang untukku Jeane? Aku ingin makan di sini." Pintaku. Jeane langsung mengangguk dan keluar dari ruanganku.

****

Jeane pov

"Oh ya? Masa?" Aku menggangguk antusias. Aku dan Aldo-bossku- sedang menikmati makan siang diruangan Aldo.

Entah angin apa sampai Aldo memintaku menemaninya makan siang. Aku sih dengan senang hati akan menemaninya dong.

"Ya. Saya jurusan IPS." Jelasku. Benar dugaanku, Aldo tidak mengingatku. Sedih ya? Tapi tak apa.

"Waw. Aku tak memperhatikan datamu sebelumnya. Maaf ya junior." Aldo tersenyum ber

"Tak apa pak. Saya memang ga populer seperti bapak." Aku tersenyum malu karna dihadiahi senyum manis seperti itu.

"Aku tak sepopuler itu. Ngomong-ngomong jika bukan jam kerja, kau boleh memanggilku Aldo saja. Kau sangat formal sekali." Aldo kembali mengunyah makanannya.

"Baiklah Al." Ucapku gugup, takut dinilai tidak sopan. Tapi sepertinya Aldo tidak keberatan. "Tapi yang saya katakan benar, bapa-" Aldo menatapku memperingatkan. "Kamu sangat populer dulu." Ralatku.

"Kau melebih-lebihkan." Aldo tersenyum lagi.

"Aku tak melebih-lebihkan. Itu kenyataannya. Seorang BPH osis yang serius dan sulit disentuh." Aku mengucapkannya dengan sedikit mendramatisir. Terdengar Aldo tertawa.

DeepOn viuen les histories. Descobreix ara