11

25.2K 1.4K 12
                                    


Aldo pov

"Lama banget sih!" Grutuku saat melihat Karin keluar darikamarnya.

"Yee, kan kaka yang nyuruh rapih!" Karin memajukan bibirnya.

"Ckckck dasar pria tak berperasaan! Bagaimana bisa kau memarahi wanitasecantik ini?" Vion menghampiri Karin sambil tersenyum usil.

"Heh! Jangan macam-macam dirumahku!" Ancamku saat melihat Vionmendekatkan wajah mereka. Sepertinya ancamanku berhasil karna Vion tidakmelanjutkan aksinya dan malah cemberut seperti anak kecil.

Heran deh. Padahal umurnya sama denganku. Tapi kenapa sifatnya sangatkekanakan seperti itu?

"Ya sudah kami duluan kalau begutu." Vion pamit sambil menggandengerat tangan adikku.

"Eh! Tidak! Kita satu mobil!" Cegahku. "Aku tidak mau kaumelakukan hal yang aneh pada adikku!" Aku menatap Vion sinis.

Entahlah. Walaupun aku sudah mengizinkan mereka pacaraan, tapi aku selaluwaspada pada apa yang dilakukan mereka. Hell! Karin adalah adik kesayanganku!Tidak mungkin aku menempatkannya dalam bahaya! Dan bahaya terbesar adalah Vion!

"Huhh!" Vion menggerutu dan duduk disofa depanku.

"Ngomong-ngomong mana Denisa? Kita nanti telat nih!" Aku kembalikesal lagi. Sial. Kenapa aku jadi pemarah seperti ini?! Moodku sangat jeleksekarang!

"Aduh maaf ka, tadi aku nyari sepatu ini dulu. Maaf udah buat kakanunggu." Aku langsung menoleh pada asal suara. Denisa berdiri diambangkoridor rumah sambil memegang tembok untuk sanggahan sementara ia membenarkansepatunya.

Mataku membulat melihat Denisa sekarang! Holyshit! Apa ini seriusDenisa? Dia terlihat.... cantik! Sangat cantik!  Oke dia memang selalucantik. Tapi malam ini berbeda. Dia terlihat amat sangat dewasa dengan gaun danmake up itu.

"Eh? Gapapa kok." Aku tersenyum.

"Hey! Ka Al curang! Tadi aku diomelin! Denisa kok engga?!" Karintampak protes. Tapi itu tidak membuatku berpaling dari Denisa.

"Tenang lah manis, sesuai perkataanku tadi. Aldo tidak bisa marah padawanita cantik. Lihat saja dia. Dia sangat terpesona pada Denisa sampai lupacaranya berkedip." Kata-kata itulah yang sukses membuatku menoleh padaorang menyebalkan yang tadi berbicara.

"Brarti aku ga cantik dong mangkanya ka Al ngomelin aku!" Adikkutampak kembali cemberut.

"Siapa bilang? Kamu cantik banget gini kok! Kan beda presepsi karnakamu adiknya, manis." Vion menggenggam tangan adikku erat. "Sudahlahkita tunggu diluar saja yuk." Mereka pun pergi keluar rumah. Sisalah akudengan Denisa diruang tamu ini.

"Emm mau pergi sekarang?" Tanyaku setelah sekian lama diam.

"Tentu." Denisa berjalan kearah pibtu keluar. Saat Denisa maumelewatiku, aku menahan tangannya. Denisa menoleh padaku.

Sial! Semakin dekat wajahnya terlihat semakin cantik!

"Kenapa ka?" Tanyanya dengan wajah memerah. Emm sepertinya itubukan memerah. Tapi perona pipi yang dia pakai.  Atau itu memang ronawajahnya?

"Kau yakin ingin pergi?" Ais shit! Kenapa pertanyaan bodohitu yang keluar? Tentu saja iya! Karna dia sudah berdandan sangat cantikseperti ini!

"Maksud kaka aku ga usah pergi aja?" Tanya Denisa dengan mimikwajah datar.

"Bu-bukan begitu. Tapi aku takut kau tidak nyaman." Sial! Aku jadisalah tingkah seperti ini! Sebenarnya aku tidak tau kenapa aku harus bertanyahal bodoh seperti itu padanya? Entahlah, aku hanya ingin mengobrol dengannyamungkin?

DeepWhere stories live. Discover now