Power Down(II)*13

Start from the beginning
                                    

"Tadi-?"

"Uhm, Tidak apa-apa." ujarnya sambil berjalan ke depan mendahuluiku. Aku pun segera menyusulnya.

"Baiklah, kalian yang sudah masuk berjalan ke arah selatan." ujar Jim-sensei dari luar atmosfer itu.

"Tidak ikutan?" tanya Flya-Sensei ke Jim-Sensei.

"Bagaimana mau ikut? Banyak penyihir yang harus kuperhatikan." ujar Jim-Sensei dengan tegas.

"Baiklah, kami duluan." Ujar Mixe-Sensei.

Selama perjalanan masuk kesana, tidak ada seorangpun yang berani terbang mendahului gelombongan seperti biasanya, bahkan aku. Kami tak diperbolehkan menggunakan kekuatan kami. Jadi, berjalan kaki yang merupakan hal yang jarang kami lakukan kembali pun kami jalani.

"Piya," panggil Mai. Aku langsung menghadap kearahnya. "Nai-Nee tidak bisa masuk." kata Mai sambil menunduk.

Ryoka langsung merangkul bahunya. "Setahuku, sepasang kembaran memang tidak bisa masuk bersama." kata Ryoka.

"Seharusnya, aku tidak masuk saja." ujar Mai dengan nada teramat menyesal.

"Bagaimana? Kita sudah masuk. Mau kembali?"

"Tapi, Piya..."

"Tidak apa-apa, ayo." ujarku sambil menarik Mai menuju arah sebaliknya. Tapi tanganku malah ditarik oleh Ryoka.

"Jangan, Piya. Alasan mengapa acara di Life River ini adalah kau. Kau dalam keadaan yang tidak aman." 

"Aku bisa jamin aku tidak apa-apa," Aku melepaskan tangan Ryoka. "Kau tidak perlu khawatir."

*

Aku berhasil sampai di luar atmosfer. Banyak magacal yang belum berhasil masuk nampak belum putus asa untuk masuk ke sana.

"Lho, Piya? Mengapa kau kembali? Sudah minum airnya?" tanya Tixe-Sensei

Aku menggelengkan kepalaku. Arah pandangan Tixe-Sensei pun menuju Mai. "Kenapa kalian berdua kembali?" tanyanya.

"Aku tidak ingin minum air itu tanpa kakakku." ujar Mai

"Nai tidak masuk bersama kalian?" Tanya Tixe-Sensei nampak terkejut.

"Bukannya sepasang kembaran tidak bisa masuk bersama?" tanyaku. Aku mulai panik saat menyadari bahwa Nai menghilang.

Jim-Sensei tidak menjawabku, dan itu membuatku makin panik. Namun aku berusaha menetralkan diri agar Mai tidak ikut panik.

"Mai, tunggu disini." ujarku, lalu berlari cepat menjauh dari gravitasi. Aku kembali ke pohon tadi, dan masih menemukan Tazu duduk di sana. "Tazu!"

"Sudah selesai?" tanyanya

"Belum," Aku memandang Yaa-Chi agak lama. "Ayo, Kita terbang."

"Tapi kan-"

"Kau harus minum."

Ah, bahkan Tazu juga menyuruhku begitu.

"Setelah menemukan Nai." Tambahku.

Setelah berkata demikian, aku langsung menarik telinga kelinci milik Yaa-Chi tanpa basa-basi. Tak kubiarkan Tazu mencegahku dengan perkataannya lagi. Aku terbang sangat tinggi dan ada sinar yang mencolok muncul dari Give-Pocket Yaa-Chi. Buku ini, buku hitam yang berisi kekuatan mind reader.

"Piya mencetak record sebagai magacal yang paling dekat dengan langit." ujar Yaa-Chi sambil menutup buku itu. Aku tak peduli. Bagaimana dengan tekadku yang bulat itu? Aku langsung terbang dengan cepat, buku yang Yaa-Chi pegang pun lepas, dan aku hanya melihat buku itu terjatuh dengan pelan ke bawah hutan dibawah gravitasi.

"Piya, bukunya!"

"Sudahlah, lupakan."

.

.

Author's POV

Sementara itu, Di dalam hutan grativasi, terdengar suara bantingan keras yang teredam karena benda itu berjatuh tepat di atas rerumputan yang lebat. Warna benda itu adalah hitam, dan sangat mencolok berada di atas rumput yang berwarna hijau itu.

Dan terlihat seorang perempuan berpakaian hitam menatap benda yang jatuh dari langit sambil bergumam kecil,

"Buku ini..."

.

.

"Piya, sepertinya ada yang memanggilmu." ujar Yaa-Chi kepada Piya.

Piya langsung berusaha berhenti secepat mungkin. Telinga Yaa-Chi tampak bergerak-gerak mencari sumber suara.

"Suara siapa?" tanya Piya.

"Invi." jawab Yaa-Chi sambil terbang membelakangi arah Piya, mengikuti asal suara. Piya pun mau tak mau harus mengikuti arah terbangnya. Beberapa saat kemudian dilihatnya Invi dengan sapu terbangnya terbang mendekat ke arahnya. Piya yang mengira bahwa itu hanya perasaan Yaa-Chi pun tersentak tak percaya.

"Kenapa kau disini? Kau kan-"

"Aku memang magacal refleks. Nai sudah kembali dan buku itu sekarang ditangan orang lain." ujar Invi dengan serius.

"Buku itu terjatuh di dalam hutan." sahut Piya dengan tatapan bersalah. Pastilah orang yang memungutnya sudah mengetahui semua rahasianya.

"Tapi, tenang saja Piya. Tidak mungkin pasukan BlackMix masuk ke sana dan kemungkinan yang memungutnya adalah magacal dari bangsa kita." sahut Invi berusaha menenangkannya.

"Iya, semoga." sahut Piya, "Aku akan mencarinya." 

Piya kembali ke tempat awal dengan hasil yang sia-sia. Bagaimana bisa, buku yang bagaikan buku diary itu sekarang sudah hilang dan berada ditangan orang lain!? Dalam hati dia memaki dirinya karena sudah melakukan penerbangan yang cepat dan tinggi tanpa berpikir tentang akibatnya itu.

"Maaf yah, Piya." Yaa-Chi menunduk menyesal ke arah Piya. Buku itu memang jatuh saat berada ditangan Yaa-Chi, tapi buku itu terjatuh karena kecepatan yang dibuat oleh Piya.

Piya sendiri juga bingung, bukan Yaa-Chi yang salah, tetapi dirinya sendiri.

"Yang penting buku itu bukan di pegang musuh." ujar Piya dengan nada netral. Padahal, didalam hati kecilnya tidak berkata demikian. Piya masih ragu dan panik bila buku itu diambil oleh seseorang yang tidak pantas.

"Aku akan membantumu mencarinya." ujar Invi.

"Bagaimana? Bukannya kamu Magacal Refleks? Kau tidak takut?"

Piya berusaha mencegahnya. Dia juga tidak bisa berharap banyak pada teman-temannya. Yang tahu soal buku itu hanya beberapa orang. Tidak semua orang dapat memberikan uluran tangan mereka buatnya.

***TBC***

UPDATED : 30 AGS 2015

REVISIONED : 12 JULY 2016

A/N : Lebih pendek dari sebelumnya? Saya memilih memotongnya, karena sudah beberapa kali ter-cut dan tidak terupload semua. Daripada terbuang sia-sia, kan?


Big Love, Prythalize

The Sorcery : Little Magacal Piya [Telah Diterbitkan]Where stories live. Discover now